"Tidak pernah bisa kujelaskan bagaimana aku bisa mencintaimu. Bahkan sebuah barisan kata yang dirangkai menjadi suatu kalimat indah pun kurasa itu semua tak mampu. Memang benar apa yang kebanyakan orang katakan. Jatuh cinta yang benar adalah merupakan tanpa alasan. Jika fisik merupakan alasan utama jatuh cinta, maka itu bukan cinta. Namun hanya sebuah nafsu belaka"
Surabaya, 2002Genap 2 tahun sudah kita saling mengenal, Naranta Pramudya. Dihadapkan berbagai macam cobaan, berbagai macam tantangan pada sebuah hubungan ini. Adanya cobaan merupakan bumbu di dalam hubungan kita, Naranta. Menjadi pemanis hubungan diantara kita berdua. Tidak ada yang pernah salah, bahkan Tuhan sekalipun yang mempertemukan kita berdua. Walau yang kutau nyatanya hadirku hanya sebuah angin lalu bagimu. Memang sejak awal kau yang jatuh cinta terlebih dahulu. Kemudian baru lah aku yang mencintaimu. Dan tak habis pikir pula bagaimana dahulu kamu mengajakku berkenalan di kantin sekolah ini. Kamu yang berbicara bahwa kamu menyukai teman sekelas ku. Ia bernama Alikha. Alikha? Mana ada temanku yang memiliki nama tersebut? Nyatanya itu hanya alibimu saja ya supaya kamu bisa memberi tahu ku tanpa sadar bahwa sejak awal perkenalan kita kamu sudah terlebih dahulu mencintaiku.
Dan sudah 2 tahun ini, rasa ku kepada mu semakin bertambah, Naranta. Walau kedua sahabatmu mencintaiku juga, setidaknya kamu pun berkaca. Mereka menganggapmu hebat. Mengalah demi mu untuk mendapatkanku. Nyatanya, hanya di awal saja kah Naranta? Lalu untuk apa dahulu kamu mengucap janji di hadapan Narendra bahwa kamu mampu menjagaku sepenuh hati? Ya Tuhan, apa memang ini akhir cerita ku dengan Naranta? Aku masih mencintainya sampai detik ini. Tak berubah sampai kapanpun. Kecuali ketika nanti Naranta memilih meninggalkanku. Untuk apa menjadi wanita lemah yang selalu menangis untuk mengharap kehadirannya kembali? Toh, semua sudah ada yang mengatur. Dan saya, Alisha Zhafira percaya akan hal itu.
***
Selamat Pagi, Surabaya!
Terima kasih telah menjadi saksi bisu perkenalan ku dengan Alisha 2 tahun lalu. Alisha semakin terlihat menarik saja. Walau kantung matanya kulihat tempo hari semakin menebal. Entah apa yang telah ia lakukan terhadap dirinya yang menawan itu. Alisha, ingatkah kejadian diantara kita ketika aku membawamu kepada bunda dan memperkenalkanmu pada kedua adik ku. Bunda merindukan mu Alisha. Setiap hari, sepulang sekolah. Bunda mempertanyakan kabarmu. Bagaimana kabar Alisha sekarang? Kujawab "Baik baik saja bunda. Ia masih tetap cantik". Aku berbohong kepada bunda. Mengatakan bahwa gadisku baik baik saja. Padahal dalam hati mu hancur lebur, kan? Maaf kan diriku Alisha aku tak bermaksud membuatmu seperti itu. Bahkan aku yang bertemu denganmu setiap hari saja seperti menahan rindu bertahun tahun. Nyatanya jarak diantara kita semakin jauh ya, Alisha.
Walau ku tahu sebenarnya dalam hatimu, kamu pun rindu denganku. Aku yang salah, aku tak mampu menjaga dan mengontrol perasaan ku ketika Sandra kembali ke Indonesia. Aku memang juga mencintainya namun sebatas masa lalu. Dan aku jauh lebih mencintai seorang Alisha Zhafira yang sangat tegar walau yang kutahu bunda pernah bercerita bahwa sebenarnya perempuan itu tidak ada yang tegar. Perasaannya rapuh, sensitif, dan benar benar halus. Kalau kita sebagai seorang laki laki tidak berhati hati maka hancur segalanya. Perempuan bisa memaafkan namun bekasnya masih ada.
Memoriku pun menyimpan bagaimana awal aku bertemu denganmu. Melihatmu berjalan di depan pagar sekolah. Tersenyum sangat tulus. Belum pernah kulihat hadirnya seorang wanita yang se menawan dirimu, Alisha. Walau di kota kelahiran ku, Bandung yang terkenal akan gadis gadis cantik nya pun tak mampu membuatku se jatuh cinta ini.
Dan Sandra, ia gadis yang juga pernah kusukai. Sebatas menyukai. Tidak lebih dari sekedar kata itu, Alisha. Yang kutahu Sandra adalah gadis baik baik. Ia benar benar baik. Sampai pada akhirnya, Sandra memutuskan untuk pindah ke Perancis. Segalanya berubah. Semuanya berantakan. Dan Rama mengetahui bahwa kami saling menyukai. Hanya saja Rama tetap diam untuk menjaga kedua rahasia tersebut. Sikap sikap Sandra pun jauh sekali dari sifat cara memperlakukan kamu Alisha, kalau kamu tahu yang sebenarnya. Sandra tidak seperti itu, mungkin amarah memang sedang menguasai dirinya. Hingga akhirnya begitu. Dan kumohon jangan pergi hanya karena Sandra. Kamu jauh lebih baik darinya. Hati suci dan keberanian mu yang patut kuacungi jempol. Namun sekarang aku hanya bisa mendekapmu dari kejauhan Alisha. Mengapa kita jadi sejauh matahari? Sebelumnya kita sedekat nadi. Mungkin jika ada kalimat kiasan yang lebih dekat daripada itu akan kuucapkan padamu. Dari ketulusan hatiku. Lubuk hatiku yang paling dalam. Hanya kamu seorang, Alisha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Then
JugendliteraturDia. Laki laki yang pertama kali kutemui di depan gerbang sekolahku. Ketika itu kami masih berseragam SMA. Dia, laki laki bertubuh gagah. Ber alis tebal. Dan memiliki rahang yang kokoh. Dia adalah dia. Akan selalu menjadi dia yang kucintai. Dia ada...