1. Pertemuan Pertama

506 34 4
                                        


"Beberapa pertemuan mungkin bisa kita persiapkan jauh jauh hari. Namun, beberapa lagi terjadi tanpa bisa kita perkirakan. Tapi satu yang perlu kau tahu, tidak pernah ada kebetulan dalam sebuah pertemuan"


Surabaya, 1999

Pagi ini hujan menumpahkan segala air matanya di Kota Surabaya. Suara kilat menggelegar dimana mana, dan seorang laki laki ditemani bundanya sedang bersiap siap pergi ke sekolah barunya. Hujan pada pagi hari itu pun tak juga mematahkan semangatnya untuk tetap pergi ke sekolah. Ia merupakan seorang laki laki berperawakan jangkung, ber alis tebal, berbadan atletis, dan memiliki rahang yang kokoh. Dadanya bergemuruh senang, bagaimana tidak? Ia baru pertama kali menginjakkan kaki di Kota Surabaya.

Seragam atasan putih dengan bawahan abu abu yang pas di badan laki laki itu. Lengkap dengan sepatu fantofel berwarna hitam legam. Terlihat berwibawa dan gagah daripada teman teman sebaya nya.

Ayahnya dipindah tugas ke Surabaya dalam rangka dinas kerja yang membuat anak dan istrinya harus ikut untuk dipindah ke Kota Surabaya. Sebelumnya keluarga mereka tinggal di Bandung, tepat nya di daerah Buah Batu. Meski dalam hatinya, ia masih teringat dengan Bandung. Kota kelahirannya. Paris Van Java. Kota tempat ia menghabiskan masa kecil hingga beranjak dewasa seperti ini.

"Abang, ayo berangkat kita gaboleh telat apalagi ini hari pertama kamu di sekolah"

"Iya bunda, tapi nanti dijalan abang tidur yaa kan perjalanannya jauh bun"

"Iya nanti bunda bangunkan deeh"

Di tengah derasnya hujan yang bercampuran dengan suara klakson mobil. Alline melirik jam tangan di pergelangan tangannya pukul 05.30 rupanya. Masih pagi tetapi sudah seramai ini jalanan Kota Surabaya.

Alline, Ibu dari seorang laki laki yang sedang beranjak dewasa ini menatap dengan lembut anak sulungnya. Laki laki yang setelah ini akan mewujudkan impiannya menjadi seorang dokter. Alasannya hanya satu, ia ingin mengabdikan seluruh hidupnya pada orang lain,membantu orang lain yang sangat membutuhkan pertolongan, dan membuka rumah sakit gratis karena ia ingin membantu orang orang yang tidak mampu.

Sambil mengelus kepala anak sulungnya yang sedang terlelap, Alline meneteskan air mata. Mengingat bagaimana dahulu anak ini setiap hari nya selalu membuat bangga ia dan suaminya. Entah itu mendapat peringkat 1 atau mendapatkan kejuaraan tingkat nasional dalam cabang olahraga anggar,karate, basket, renang dan berbagai cabang olahraga lainnya. Dalam hatinya ia sangat bersyukur karena telah di anugerahkan anak laki laki yang tampan dan se cerdas itu.

"Abang, bunda tau abang telah beranjak dewasa seperti anak laki laki seusia abang. Itu artinya abang sudah dewasa, mampu mengemban tanggung jawab dan abang harus bisa menjaga nama baik keluarga. Dan hari ini, abang akan melewati 3 tahun yang paling terindah dan sangat bermakna di kehidupan abang. Cepat atau lambat bunda akan tau kalau nanti nya abang akan jatuh cinta pada seorang perempuan. Semangat sekolah nya ya bang. Bunda, ayah dan adik adik akan selalu sayang sama abang" Alline meneteskan air mata, air mata yang memiliki arti bahagia karena sebentar lagi anak lelakinya itu akan tumbuh dewasa.

"Bang bangunn nih udah sampai" Alline menggucang nggucangkan badan anaknya itu, namun yang dibangunkan tak kunjung membuka mata.

"Wah bunda kok gak bilang kalo udah sampai?" yang dibangunkan pun berusaha membuka mata sampai akhirnya dia melihat jam yang melingkar di tangannya.

Mata lelaki itu melebar.

"Bundaaa abang sekolah duluu yaaaa, assalamualaikum"

"Waalaikumusalam, hati hati abanggg, jangan lari lari nyebrangnya" teriak bunda sambil tertawa dan menggeleng gelengkan kepalanya.

Laki laki itu menyusuri trotoar depan sekolahnya, berjalan dengan senyuman yang lebar. Sambil menikmati udara Surabaya yang nyaris berbeda dengan Bandung. Bandung pada pagi hari sangat sejuk. Sedangkan Surabaya pada pagi hari, tidak se sejuk Bandung di kala pagi.

Lelaki tersebut juga tersenyum melihat orang orang yang berlalu lalang di jalanan pagi hari, melihat semangat orang orang mencari nafkah. Melihat orang tua yang senantiasa meluangkan waktunya untuk mengantarkan buah hatinya. Dan menitipkannya pada sebuah lembaga yang bernama sekolah. Di sisi lain, lelaki itu juga melihat padatnya kendaraan didepan sekolah nya tersebut. Hal tersebut menimbulkan kemacetan. Kemacetan baginya hal yang lumrah terjadi di mana mana. Seperti yang ada di depan matanya saat ini. Hubungan antara jalanan, kendaraan, dan ketergesaan pada pagi hari. Seolah olah mereka sudah seperti sahabat karib.

Ketika ia sampai di depan gerbang sekolah baru nya dan seketika itu pula seorang gadis perempuan juga memasuki gerbang sekolahnya dengan tersenyum riang gembira. Lelaki itu ikut tersenyum melihatnya. Dan perempuan itu tidak sadar dari kejauhan ada laki laki yang diam diam sedang memperhatikannya.

Dan untuk yang pertama kali. Ia benar benar jatuh cinta pada seorang gadis.

hello, i'm back! haha gimana ceritanya?maafkeun aing kalo ceritanya jelek:( Jangan lupa vote yaaaaa, terima kasiiihhh❤ -shafacazzurra

Now and ThenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang