Chapter 13 : Gadis Badai

416 41 7
                                    

(Terinspirasi dari anime Jepang Ao Haru Ride dengan beberapa perubahan)
Cast :
Kim Myungsoo / L Kim
Park Jiyeon
Son Naeun
Jeong Eunji
Choi Minho
Kim Sunggyu / Kim Saem
Etc
Genre : Romance, Friendship, School life, Family, Comedy, etc.
Author : Rin Hyomi
......
WARNING TIPO BERTEBARAN DIMANA-MANA
Happy Reading!!!
.......
Myungsoo pov
"Mengenai eommamu, apa dia punya keluarga selain kau?" tanya dokter padaku, ia sepertinya ragu mengatakan apa yang terjadi pada eommaku sekarang, sudah seminggu eomma dirawat dirumah sakit dan hanya aku yang menemaninya setelah aku pulang dari sekolah. Aku bisa mengerti itu karena aku masih duduk dibangku kelas 2 SMP, baginya mungkin aku masih anak-anak tapi selain aku tidak ada orang yang bisa eomma andalkan saat ini.
"orang tuaku bercerai. Appa dan hyungku tinggal jauh" jawabku seadanya,
"kalau begitu aku harus menelpon appamu atau hyungmu dulu" ia memberiku pilihan, tapi ...
"aku satu-satunya keluarga yang tinggal bersama eommaku" ucapku lagi,
"dimana keluarga yang lain?" tanyanya mulai heran dengan keningnya yang berkerut.
"tidak ada, hanya aku"
"hmm ..."
"sekarang aku satu-satunya yang tinggal bersamanya, jebal beritahu aku apa yang terjadi pada eommaku, uisannim" ucapku memohon berusaha meyakinkan dokter itu bahwa aku sanggup mendengar apa yang sebenarnya terjadi. Ia melihatku dengan tatapan iba, dan beberapa saat akhirnya ia pun menyerah dan menyampaikan hasil pemeriksaan eomma padaku.
.
.
Sudah sejam aku berdiri mematung didepan kamar 250, tempat eomma dirawat inap, terasa ada beban berat yang menghalangi tanganku untuk menggeser pintu kamar itu agar terbuka dan menampakkan sosok yeoja yang sangat aku cintai. Berulang kali aku mengatur napasku, menenangkan debaran jantungku yang terasa ingin meledak sejak aku keluar dari ruang dokter tadi. Namun dengan langkah mantap dan keping-keping harapan yang dengan susah payah aku kumpulkan, aku pun membuka pintu itu dan menampilkan senyum cerahku padanya seperti biasa.
"oh, Myungsoo. Apa yang uisa katakan padamu?" tanya eomma lalu meletakkan majalah yang tadi dibacanya dinakas ranjang rumah sakit. Aku menghampirinya dan mendudukkan diriku dikursi samping ranjangnya lalu meletakkan tas sekolahku dibawa ranjang.
"uisannim bilang tidak tahu sampai ia harus menyelidikinya lebih detail. Uisannim masih ingin eomma untuk melakukan beberapa tes"
"oh, begitu yah" gumamnya
"bagaimana nyeri punggungmu eomma?" sebelum memutuskan dirawat dirumah sakit eomma sering mengalami sakit punggung sampai tidak bisa bergerak sama sekali.
"sekarang sudah mereda. Perawat sudah memberiku obat penghilang rasa sakit" ucapnya dengan tenang, aku memperhatikan tangan kanannya yang mulai membengkak karena jarum infus.
"apa eomma terkena hernia atau sesuatu?" tanyaku
"hernia akan lebih sakit dari ini kan? Aigoo uri Myungie" ucapnya geli, lalu terbatuk-batuk dengan suara yang keras. Aku terdiam lalu memalingkan wajahku kearah jendela, ada jendela cukup besar dikamar ini, aku berjalan mendekati jendela itu sementara suara batuk eomma masih bergema disudut ruangan ini.
Beberapa menit kemudian, batuk eomma mulai mereda dari kaca jendela aku bisa melihat eomma susah payah mengatur napasnya agar normal kembali.
"Myungsoo-ah, tidak perlu mengkhawatirkan eomma, pulanglah" ucapnya setelah ia sudah agak tenang. Lalu dengan senyum tulusnya ia berkata "sepertinya eomma hanya masuk angin. Kau tidak perlu khawatir".
Aku terdiam beberapa saat dan menoleh kearahnya lalu kembali duduk dikursi "tapi aku ingin tinggal sedikit lebih lama" ucapku tenang, ia hanya diam dan tersenyum padaku, tangan kirinya terangkat lalu mengusap pipi kiriku lembut dari tatapan matanya ia berusaha mengatakan padaku bahwa ia baik-baik saja.
Butuh beberapa menit sebelum aku mengangguk mengerti dan beranjak dari kursi, "baiklah, aku juga perlu mempersiapkan keperluan eomma. Aku pulang".
Aku berbalik sekali lagi sebelum menutup sempurna pintu kamar eomma. Eomma melambaikan tangannya padaku, aku tersenyum lalu menghilang dari balik pintu.
.
"ibumu memiliki kanker diparu-parunya, rasa sakit dipunggungnya menunjukkan itu telah menjalar ketulang-tulangnya dan ..."
Ucapan dokter itu kembali terngiang, aku sudah tahu semuanya, namun aku harus tetap bertingkah normal seperti semua baik-baik saja.
.
Author pov
Park Eunhee menatap sendu kepergian anaknya, ia tahu meski anak itu bersikap baik-baik saja didepannya, dia pasti sudah tahu semuanya dari dokter. Untuk itu ia memutuskan menghubungi anak sulungnya.
"yeoboseyo Sunggyu-ah, ini eomma. Ini mungkin bukan berita baik untukku. Myungsoo berusaha keras untuk menyembunyikannya, tapi ..."
"..."
"oh, itu benar. kau perlu bertanya pada uisa tentang apa yang terjadi. Sunggyu-ah tolong jaga deongsaengmu".
.
.
Ceklek ...
Myungsoo masuk kerumah sederhana yang selama ini ia tempati bersama eommanya, tatapan matanya kosong.
"dan ... itu sudah mencapai tahap terminal. Jujur tidak banyak pengobatan yang efektif. Eommamu masih punya waktu setengah tahun untuk hidup" begitulah kata-kata terakhir dokter yang sukses membuat Myungsoo membulatkan matanya tidak percaya.
Ia menghampiri kursi goyang disudut ruang tamu yang menghadap langsung ketepi pantai. Kursi itu, ia selalu mendapati eommanya duduk disana menikmati matahari senja tiap kali ia pulang dari sekolah. Sekarang bias-bias cahaya senja dari ufuk sana mulai membayang menerobos celah-celah jendelanya yang menghadap kepantai, beberapa menit kemudian hanya sisa sisa senja yang menerangi rumahnya, menambah kesan suram yang sedari tadi menghinggapinya.
Bruk ...
Ia terjatuh tepat didepan kursi goyang eommanya, ia tidak bisa menopang tubuhnya lagi ...
Myungsoo pov
Mengapa? Mengapa aku tidak menyadarinya? Agar tidak merepotkan eomma dimasa depan, demi bisa masuk SMA, perguruan tinggi dan perusahaan yang bagus. Aku menghabiskan seluruh waktuku dengan belajar.
Bahkan saat eomma menyuruhku untuk makan malam bersama, aku selalu memintanya mulai makan tanpaku, jika sudah seperti itu eomma selalu bilang ia merasa kesepian sepanjang waktu. Dan aku akan mengatakan meski eomma kesepian, eomma pasti akan senang jika aku sukses dan punya banyak uang nanti, walau begitu eomma selalu tersenyum lalu berkata ia tidak terlalu tertarik pada hal itu, waktu yang ia habiskan denganku saat makan dan nonton tv, menurutnya jauh lebih penting.
.
Dan bodohnya aku, ...
Kenapa baru sekarang aku menyadari bahwa selama ini aku salah. Aku menepuk-nepuk keras dadaku, disini terasa sangat sakit?
"eomma ... eomma!!!"
Tanpa aku sadari, air mata sudah mengalir dikedua pipiku.
"mianhe eommaa, hiks ... hiks ... mianhe, jeongmal ... mianhe, hiks ..."
Aku begitu putus asa, sehingga tidak bisa melihat hal lain. Tapi ternyata aku salah, ada hal yang lebih penting selain kesuksesan yang aku kejar, walau begitu aku tidak akan tepat waktu. Setengah tahun adalah waktu yang sangat singkat.
... kring ... kring ... kring ...
Aku menoleh kearah telpon rumah yang sedang berdering itu, pikiranku menerawang mencoba menebak siapa yang menelpon, dari rumah sakitkah? Aku menggeleng keras Tidak! Belum saatnya aku yakin itu!
--kami tidak dirumah sekarang. harap sebutkan nama dan alasan kau menelpon setelah bunyi nada berikut--- tut ... Myungsoo-ah, ini hyungmu. Apa kau ada disana? Aku baru saja mendapat telpon dari eomma, setelah urusanku selesai aku akan ke Jeju segera----
.
"Myungsoo-ah, tolong jagalah eomma ya?"
.
Author pov
"Hyung mianhe ... mianhe ... hiks ... mianhe ... hiks ... mianhe!!!"
Jerit Myungsoo dengan keras, ia tidak bisa lagi membendung semua rasa penyesalan dalam hatinya. Ia gagal menepati janjinya kepada hyungnya dan ia sudah jahat kepada eommanya karena sudah membuatnya merasa kesepian selama ini.
"Akhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!! Mianhe!!!!!!!!!!!!!!!"
.....
"Myungsoo!!!"
"Myungsoo!!!"
Seorang gadis berseragam SMP berlari menuju kearahnya, Myungsoo memicingkan matanya, suaranya begitu familiar tapi ia tidak yakin sebenarnya siapa gadis itu.
"oh, Jiyeon?"
Ah, itu benar. aku sedang bermain polisi dan penjahat? Tapi dia berlari ke arahku dengan ekspresi menakjubkan, ekspresi yang sangat aku sukai dari seorang Park Jiyeon, cinta pertamaku.
.
Myungsoo tersentak dengan keringat membasahi tubuhnya, apa tadi ia bermimpi? Ia mulai merapikan tempat tidurnya dan segera masuk kekamar mandi. Saat akan memasukkan bukunya kedalam tas, ia melihat note yang ditinggalkan Jiyeon dibukunya.
-belajarlah agar tidak mengambil kelas musim panas, fighting!!!-
Perlahan ia meraba tulisan tangan itu dan tiba-tiba bayangan eommanya yang tersenyum kembali menyapanya. Ia terkejut, beberapa detik kemudian wajahnya kembali dingin, ia meremas note itu dan membuangnya ke tempat sampah.
.
Skip ---
"L-ah!"
"L-ah!"
"L-ah!"
Minho melambaikan tangannya didepan wajah Myungsoo yang sedari tadi ia panggil, tampaknya Myungsoo sedang melamun, hal yang baru sekali ini Minho lihat darinya.
"huh?" jawab Myungsoo sekenanya.
"mengapa kau melamun? Ayo kita pergi" ajak Minho
"huh?" Myungsoo tidak mengerti maksud Minho
"hari ini kau tidak bekerja kan?" tanya Jiyeon yang berdiri dipintu kelas bersama Naeun dan Eunji. Hari ini memang Myungsoo tidak bekerja, ia hanya bekerja 3 hari dalam seminggu sepulang sekolah dan terkadang ia juga mengambil sift malam diakhir pekan.
"artinya kita bisa belajar bersama kan?" Minho memaksanya untuk ikut bersama mereka keperpustakaan.
Dan sampailah mereka disana, Jiyeon dan Minho mereka berdua yang paling bersemangat diikuti Naeun lalu ada Eunji yang sebenarnya malas jika berhadapan dengan Myungsoo, tapi jika itu demi kebaikan Kim saem ia rela membantu Myungsoo agar tidak gagal ujian.
Akhir-akhir ini suasana perpustakaan terbilang cukup ramai, mungkin karena ujian semester akhir semakin dekat dan agar tidak gagal dan harus mengulang ujian yang mengharuskan mengambil kelas tambahan dimusim panas, maka kebanyakan siswa dari berbagai kelas menghabiskan waktu mereka diperpustakaan untuk belajar hingga larut malam. Pada musim ujian seperti ini, perpustakaan dan beberapa fasilitas sekolah memang baru akan tutup jam 12 malam sampai ujian berakhir.
"L-ah, hari ini kau ingin mulai dari mana?" tanya Naeun yang duduk dekat Jiyeon.
"terserah kalian" ucapnya datar
"jadi kau bisa menangani apapun ya? Sikap yang bagus" ujar Eunji
"oh, ya aku membawa rangkuman matematika lagi"
"dan aku membuatnya lagi untuk pelajaran sains"
Myungsoo memandangi kedua rangkuman yang diberikan Minho dan Jiyeon kepadanya dengan tidak bersemangat.
"baiklah, aku mau ke toilet sebelum kita mulai" ucapnya lalu meninggalkan mereka diperpustakaan.
.
.
Satu jam kemudian,
"L lama sekali" ucap Naeun pada Jiyeon, Jiyeon menoleh kebangku Myungsoo yang masih kosong, "apa saja yang dia lakukan ditoilet?" gumamnya.
"apa dia pulang?" Eunji membungkuk melihat kolong meja mencari sesuatu, "yang benar saja tasnya tidak ada" ucapnya.
"ha? Jinjja?" ucap Jiyeon setengah berteriak, ia lalu membekap mulutnya sendiri saat ditegur oleh siswa lainnya.
"dia menipu kita!" ucap Minho ikut kesal
"dasar anak nakal" timpal Eunji.
"sungguh tidak bisa dibiarkan!" Jiyeon memasukkan semua bukunya dan alat tulisnya dalam tas dengan kecepatan kilat, "kajja kita pergi! Jika mengejarnya sekarang, kita pasti bisa menangkapnya" ucapnya kesal sambil berjalan mundur memandangi teman-temannya yang masih sibuk merapikan buku-buku mereka dan tanpa ia sadari ia menginjak kaki seorang siswa yang berdiri dibelakangnya.
Refleks siswa itu langsung memegang kakinya kanannya yang terinjak, menyadari itu Jiyeon langsung membalikkan badan tapi kakinya tersandung sesuatu dan
Bruk ...
Jiyeon jatuh terduduk dipangkuan siswa itu dengan tangan kirinya yang menyentuh sesuatu yang sangat ganjal, ia sedikit meraba apa yang dipegangnya itu dan saat ia menoleh ..
"Huwaaaaahhhhh, mianheee!!!!!!!!!" teriak Jiyeon, ia segera bangkit lalu berlari secepat kilat meninggalkan TKP dengan wajah semerah tomat, bagaimana mungkin ini bisa terjadi, jeritnya dalam hati.
Sedang siswa namja itu hanya terdiam ditempat mencerna apa yang baru saja terjadi, wajahnya langsung memerah menahan malu, bagaimana tidak baru pertama kali ini ada yeoja yang memegang organ vitalnya. Ia lalu bergegas bangkit dari tempatnya lalu secepat mungkin keluar dari perpus, ia tidak ingin menjadi bahan tontonan hampir semua siswa yang ada disana setelah kejadian tadi.
.
"Jiyeon-ah tunggu!!"
Minho, Eunji dan Naeun bergegas keluar dari perpus dan ikut berlari mengejar Jiyeon.
Skip ---
Cafe Dunkin Donat's depan stasiun kereta
"sepertinya L berhasil lolos, tapi dia sedikit berbeda hari ini" ucap Minho
"iya, dia bertingkah aneh kan?" sahut Naeun
"ini seperti misteri. Aku merasa ada sesuatu membebani pikirannya. Aku pikir kita dekat dengannya, tapi hari ini dia membuat kita kesal" ungkap Minho bingung,
"dia seperti kucing" ucap Eunji datar, "dia bahkan tidak tahu apa yang dirinya inginkan. Baboya!".
"tapi dia menarik, kita harus menghabiskan waktu bersama selama liburan musim panas nanti! Ayo kita pergi ketempat-tempat menyenangkan, nonton film, ke amusement park. Oh ya, kita juga bisa pergi ke pegunungan untuk hal seperti lokakarya kepemimpinan!"
"tentu tapi aku tidak ingin tersesat lagi"
"hahaha ..."
"yah, itu hanya ... um, bagaimana mengatakannya yah?"
Jiyeon menatap ketiga temannya bergantian dengan senyum cerah, Myungsoo-ah semua orang menunggumu. Jika kau membuka pintu, ada tempat terang yang menunggumu disana.
.
.
Jiyeon menekan-nekan bel didepannya dengan kesal, orang yang dicarinya tidak kunjung membuka pintu.
Ceklek
"Kim saem?"
"jika kau mencari Myungsoo , dia belum pulang"
"Kim saem! Kim Myungsoo tidak mau membuka pintu hatinya untuk kami! Aku telah membuka banyak pintu kosong tapi ... aku benar-benar ingin membuka pintu yang dia kunci. Meski itu dikunci ganda sekalipun"
"hahahh ... begitu yah, tapi ini mungkin sedikit salah. Menanggapi kiasan itu, dia mungkin tidak punya gagang pintu apalagi lubang kunci, haha"
Wajah Jiyeon seketika mendadak murung "lalu apa yang harus aku lakukan Kim saem?".
"aku juga tidak tahu"
"kalau begitu aku akan mendobraknya!!! Dasar anak nakal!!!"
Teriak Jiyeon lalu berlari meninggalkan Sunggyu yang masih mematung ditempatnya, ia berkedip beberapa kali sebelum sadar apa yang dia lihat tadi. Park Jiyeon, memang bukan gadis yang biasa, gadis itu seperti badai.
"Myungsoo-ah cepatlah keluar dari balik pintu itu"
.
Myungsoo pov
"jika kau butuh teman bicara, kau bisa berbicara padaku. Kau tahu ada aku, Minho, Naeun dan Eunji!"
.
"L-ah apa kau mendengarnya? Kau tampak agak bosan"
"eoh? Mianh"
"tidak, ini adalah ciri khas L, dia selalu seperti ini"
"kau serius?"
"tapi akhir-akhir ini kau jarang kesini"
"apa kau telah menemukan sesuatu yang menyenangkan?"
Kai membuatku teringat dengan Jiyeon dan yang lainnya, "tidak juga" jawabku singkat.
.
"Kim-ssi!!!"
Aku menoleh dan seketika terlonjak kaget, lagi dia berlari ke arahku dengan ekspresi itu, Park Jiyeon.
.
Aku menggeleng lemah mendapati gadis itu kembali mengekoriku dibelakang, "sudah aku bilang, seorang gadis tidak boleh kesana sendirian" ucapku mengingatkannya.
"Kim-ssi, sampai kapan kau akan melakukan hal ini?"
"apa maksudmu dengan hal ini?"
"maksudku segala yang kau lakukan sekarang"
Aku berhenti sejenak lalu menoleh kebelakang, kemudian aku kembali melanjutkan langkahku, tidak ada gunanya menjawab pertanyaan itu.
"apa tidak melelahkan melakukan ini setiap hari? Apa gunanya itu?"
Aku berhenti sekali lagi, "tidak ada gunanya. Tidak peduli apa yang aku lakukan, itu tidak ada gunanya. Orang sepertimu tidak akan bisa memahaminya"
"mendengar kau mengatakan seperti itu, aku tahu itu akan membuat eommamu sedih"
"aku tahu, aku sudah banyak berpikir sendiri. Tapi aku masih memiliki perasaan yang tidak bisa diselesaikan dengan argumen itu. Meski aku melakukan kesalahan, itu tidak bisa dimulai lagi. Duduk disamping eomma setiap hari, mengamati tubuhnya yang kian hari kian melemah yang tampak bersiap-siap meninggalkan dunia ini.
Apa yang aku pikirkan saat itu. Kau tidak mungkin bisa mengerti"
.
Jiyeon pov
Tidak ada ekspresi sedih yang Myungsoo tunjukkan padaku saat mengatakan hal itu, hanya ekspresi dingin. Tapi mendengar perkataannya barusan, aku mengerti ia masih menderita karena kejadian itu. Hanya ia yang bisa memahami semua penderitaan yang dirasakannya. Perlahan aku berjalan mendekatinya, kupandangi wajahnya yang tanpa ekspresi itu. Dan untuk kesekian kalinya air mataku mulai mengalir lagi.
Tidak peduli bagaimana aku membayangkannya, itu tidak akan cukup. Tapi ... tapi ... aku ingin memahamimu dari lubuk hatiku.
Tanpa ku sadari tangan kiriku mulai memukul pelan dadanya berulang kali.
Apa perasaan ini salah? Aku ngin mendobraknya .. pintu itu, aku ingin mendobraknya.
"mengapa?" ia menghentikan tanganku, "mengapa kau sangat ingin terlibat? Bukankah kau ingin aku melepasmu? Kau, Minho dan yang lain ... hal itu membuatku takut".
Jika kau takut itu berarti, "Kim-ssi!!!" refleks aku mendorongnya kebelakang yang ternyata adalah tepian jalan yang cukup curam. Myungsoo yang tahu itu berusaha menahan tubuhnya agar tidak terjatuh kebawah tapi karena tidak bisa menahan berat tubuhku, kami berdua jatuh bersama.
Bruk ...
Posisi kami, agak aneh tapi bukan itu yang penting sekarang.
.
Author pov
"sudah terlambat!" ucap Jiyeon
Myungsoo dengan tubuh terlentang hanya diam memandangi gadis yang ada diatas tubuhya sekarang. "faktanya adalah kau takut menunjukkan dirimu dan peduli pada kami! Kau takut kehilangan kami kan?"
"kau tidak tahu malu" jawab Myungsoo
"jika kehilangan sesuatu, kau bisa menggantinya dengan hal lain, kau tidak perlu menggantinya dengan hal yang sama kan? Jika kau mendapat 10 hal kecil, atau 100 hal kecil bersama ... itu cukup untuk membuatmu maju.
Tidak ada yang akan mengkritikmu meski kau bersemangat untuk sesuatu atau menertawakannya dan jika ada yang melakukannya, aku akan memukulnya"
Tes ...
Air mata Jiyeon mulai membasahi baju Myungsoo, tapi bukan itu yang Myungsoo pikirkan saat ini. Ucapan Jiyeon seakan berhasil mengetuk pintu hatinya, Jiyeon memang benar, untuk mengubah suasana hati, tertawalah dari dalam lubuk hati dan temukan makna kehidupan. Aku ingin itu, batinnya.
Ekspresi wajah Myungsoo mulai melembut, ia mengusap lembut kepala Jiyeon lalu memeluk tubuh mungil yang sedari tadi menindih tubuhnya. Dalam diam perlahan sudut matanya mulai mengeluarkan benda asing itu, air matanya terakhir kali mengalir saat ia mengetahui hidup eommanya tinggal sebentar lagi dan sekarang kembali mengalir karena ucapan Jiyeon yang berhasil mendobrak pertahanannya selama bertahun-tahun ia jaga.
"mungkin selama ini, aku sedang menunggu ini. Sesuatu yang seperti badai. Gumawo Jiyeon"
.
TBC

UNFORGETTABLE MEMORY [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang