1. Drive into Infinity

7K 1.1K 224
                                    

"Hah, udah gila ya lo?" Refleks, aku menjawab dengan kebingungan, tak menyangka ia benar-benar mengajakku pulang.

"Goblok. Orang ganteng gini dibilang gila. Beneran anjir gue serius, gakuat disini, panas."

Tanpa aba-aba, Calum langsung menarikku menjauhi tempat Indy menerima Luke. Walaupun dalam kegelapan aku bisa melihat mukanya yang memerah, mungkin ia menahan tangisnya.

Persahabatan kami akan berantakan, itu yang aku tahu. Semuanya pasti akan berbeda.

"Eh si tolol, barang-barang gue masih di villa!"

Calum lalu melepaskan gandengannya, yang berarti ia memberiku waktu untuk mengambil barangku.

ler. kan gue masih mau digandeng. kapan lagi coy.

"Yaudah, beresin dulu. Gue tunggu di mobil ya."

Calum memang membawa mobil, dia telat bangun dan ketinggalan bus. Mungkin itu menjadi malapetaka baginya tadi pagi, tapi sekarang aku yakin dia bersyukur.

Dengan cepat aku berlari menuju kamar. Malas bila ada yang melihat aku pergi membawa tasku, karena mereka pasti akan menghujaniku dengan beribu pertanyaan. Sambil tergesa-gesa aku memasukkan semua bawaanku yang berserakkan kedalam koper tanpa memedulikan bila ada yang tertinggal.

Setelah beres-beres seadanya, aku menutup pintu kamar dan memutuskan untuk keluar melalui pintu belakang. Namun, ternyata dari kejauhan aku melihat kedua orang yang sangat tak ingin kutemui.

"Luke, I love you so much."

Setelah jarak kami hanya berbeda belasan meter, tak sengaja aku mendengar suara Indy yang sedang bermesraan bersama Luke, entah mengapa aku tersenyum.

Di satu sisi aku sedih, karena Calum kehilangan orang yang sangat dicintainya, tapi di sisi lain aku senang, karena Indy mendapatkan kebahagiaannya.

Atau aku senang karena kehilangan satu saingan untuk mendapatkan Calum?

Anjing, kenapa muka dua banget si gue.

Tapi sungguh, aku bingung.

Sambil menghiraukan mereka, aku berjalan mengendap agar mereka tidak menyadari kehadiranku. Setelah merasa sudah mencapai jarak aman, aku kembali berlari. Tidak sabaran sehingga sempat menabrak beberapa orang.

Dan disana, aku melihat Calum sedang menutup bagasinya. Senyum pun langsung merekah dibibirku, membayangkan dalam belasan jam ke depan aku akan berduaan dengan orang ini menulis puluhan atau bahkan ratusan lembaran cerita tentang keseruan kami yang baru.

Aku berhenti sebentar, mengagumi orang yang sangat kusayangi itu dari belakang. Apapun yang akan terjadi dengan hidupnya, seberantakan apa pun itu, aku berjanji, aku akan terus mendukungnya. Walaupun aku harus menghancurkan diriku sendiri, walaupun aku tahu bahwa hati ini yang akan tersakiti, walaupun aku tahu bahwa dia tidak akan pernah menyadari perasaanku yang terus menguat seiring dengan berjalannya waktu.

Aku akan terus mencintainya.

Sambil terus tersenyum aku berjalan ke arahnya. "Woy, sat, udah selesai nih. Seriusan mau pulang duluan?"

Jujur, aku capek terus berpura-pura seperti ini. Berpura-pura tidak mencintainya lebih dari sebatas teman. Tapi mau bagaimana lagi? aku tidak ingin persahabatan ini hancur hanya karena perasaanku yang hanya sepihak, yang tak terbalaskan.

"Iya, nggak juga sih tapi." Ucap Calum sambil menggaruk tengkuk lehernya kebingungan.

"Dih, labil lo jelek tot."

"Drove into infinity, and held you until you fell asleep." Senandungnya sambil membukakan pintu penumpang depan untukku.

Dan dari situ, cerita kami dimulai.

**
aduh super gembel banget plus alay abis emang gue tau.

Shout out buat ash-ik yang namanya rela gue pinjem!! Tuh noy, seneng kan lu pacaran sama lukman.

yang vomments gue doain doinya peka (insert emot har har) kritik, saran dan masukkan juga boleh biar kedepannya gak segembel ini.

astray • hoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang