7. Late Night Calls and Another Text

5K 881 423
                                    

"Sudah sampai, kanjeng ratu."

Calum memarkirkan mobilnya di lahan kosong yang agak jauh dari warkop, katanya tidak enak jika dilihat oleh orang-orang yang sedang nongkrong di warkopnya.

Calum berjalan di sebelah kananku. Dia selalu berada di sisi kananku bila sedang berjalan di tempat yang dilalui kendaraan. Katanya, jika terjadi sesuatu buruk yang tidak diinginkan maka dia bisa melindungiku.

Calum memang pantas dijuluki sebagai manusia paling lebay di dunia ini.

Kami berjalan sambil bergandengan tangan, dengan Calum yang terus mengayunkan tangan kami dan aku yang menggerutu kelaparan.

"Eh, ini lucu banget pacarannya di warkop. Jadi inget masa muda."

Begitu sampai di warkop, kami disambut dengan teriakan antusias dari bapak-bapak yang sedang nongkrong disana. Gaul juga.

"Nuwun pak, maaf ganggu hehe." Ujar Calum sopan. "Boten nopo-nopo, lek. Jarang banget ada orang pacaran yang dateng kesini, kan, kita jadi seneng." Balas bapak-bapak yang lain. "Aku tresno karo kowe," Ledek bapak-bapak yang tadi sambil memeluk orang di sebelahnya.

Aku dan Calum hanya bisa tersenyum salah tingkah. "Eh, wis toh wis, jangan diledekin. Kasian, pada arep mangan." Perintah bapak-bapak yang mengenakan peci. Lalu mereka mempersilahkan kami masuk.

"Mas, indomie soto pake telor gapake sawi untuk saya. Satu lagi indomie kari yang pedes pake telor ditambah bawang sama cabe ya, pake sawi juga, buat dia." Pesan Calum kepada mas penjual di warkop ini.

Calum knows every little things I love. Salah satu sifatnya itu selalu sukses membuatku terus jatuh cinta lagi dan lagi kepadanya.

"2 teh manis angetnya juga ya mas." Lanjutnya memesan. "Cal, gue minumnya—" Cegatku sebelum akhirnya dipotong oleh Calum. "Es teh manis, kan? Jangan, Va. Dingin, nanti masuk angin." Lagi-lagi Calum tahu apa yang aku mau.

"Hm. Iya deh." Aku tidak terlalu suka teh manis hangat. Selagi masih bisa memesan es teh manis, mengapa tidak? "Yah, ngambeknya mulai deh." Ucap Calum sambil memencet-mencet pipiku. "Apaan sih. Gak usah pegang-pegang, bisa?" Cibirku sambil menanabok tangannya.

"Lagi kasmaran ya, dek?" Lagi-lagi salah satu dari kumpulan bapak-bapak itu mengajak Calum ngobrol. "Iya, pak. Doain saya, ya." Balas Calum. Aku tidak mengerti apa maksudnya, jadi aku diam saja sambil tersenyum sopan. "Iya, semoga langgeng sampe ke KUA. Cocok deh kalian berdua."

Aamiin, pak. Tapi sayangnya Calum sukanya sama orang lain, bukan sama saya.

Sialnya, Calum sekarang malah asik mengobrol dengan bapak-bapak yang lain. Mungkin memang kesialan sedang menimpaku. Ternyata, gasnya habis. Jadi kami harus menunggu cukup lama sampai gas yang baru dipasang. Karena bosan menunggu indomieku yang tak kunjung matang, aku mengecek handphoneku yang daritadi bergetar.

78 Unread Massages
26 Missed Call

Dan semuanya berasal dari Indy. Bagaimana aku bisa sampai melupakannya? Pasti dia sangat khawatir karena aku dan Calum menghilang secara tiba-tiba. Atau malah dia melupakan kami berdua karena keasikan dengan Luke?

Pikiran negatif itu gak bisa dicegah, guys.

Kubuka pesannya terlebih dahulu. Hampir semua isinya menanyakan keberadaanku, namun pesan terakhir darinya membuat emosiku naik.

Lagi sama Calum, ya? Ambil aja, tuh. Lo suka dia, kan? Gue udah punya Luke sekarang, gak butuh dia lagi.

Apa maksudnya?

Aku langsung keluar berlari keluar sambil menahan emosi. Tidak memedulikan tatapan bingung yang aku dapat dari bapak-bapak di warkop. Sepertinya Calum mengejarku, namun entahlah. Yang jelas aku sudah benar-benar geram. Setelah merasa cukup jauh dari warkop, aku menelpon Indy. Pada dering ketiga, telponnya dijawab. Tanpa pikir panjang, aku langsung meneriakinya.

"Maksud lo ngomong gitu apa, sih?!" Air mataku mulai mendesak untuk dikeluarkan. Belum sempat aku mendengar jawaban dari Indy, Calum sudah duluan berada didepanku memasang tatapan bingung.

Aku benci dengan diriku sendiri. Terutama pada sisiku yang selalu lemah saat berada bersama Calum. Calum selalu bisa membuatku merasa aman, senyumnya selalu bisa menenangkanku. Tapi, aku benci itu. Aku tidak mau terus menerus menangis di hadapannya.

Aku tidak mau terus-terusan bersandar kepadanya. Lambat laun dia akan meninggalkanku demi perempuan yang dicintainya. Dan aku sadar akan hal itu, aku juga akan berusaha mencari sandaran baru. Walaupun hal itu terlihat mustahil.

Calum memeluk dan mengusap kepalaku, refleks aku mematikan telponnya. "Kenapa, Va? Sini cerita sama aku."

**
WAh reaksi Calum gimana ya abis baca sms itu

hehe

sok misterius banget lu ken tai

eh btw liat dah luke goblok banget

AHAHAHAH straya apaan anjir bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AHAHAHAH straya apaan anjir bingung

astray • hoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang