Author POV
Kini keheningan mengambil alih suasana. Tidak ada sepatah kata pun terucap dari kedua mulut sepasang manusia ini, mereka terus tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
Ribuan mil sudah mereka lampaui. Kota demi kota terus mereka lewati. Namun tetap saja, kedua insan ini masih enggan untuk berbicara.
Varisca, yang terus menatap ke arah jendela di sampingnya itu masih belum bisa mencerna kalimat terakhir yang ia dengar.
Sedangkan Calum, yang selalu mencuri pandang ke perempuan di sebelahnya setiap 5 menit sekali itu mempunyai firasat yang sangat buruk.
Ia merasa jika malam ini merupakan kesempatan terakhirnya untuk mengungkapkan semua perasaan yang ia miliki kepada perempuan yang sudah menemaninya sejak pertama kali ia menjejakkan kakinya ke dunia ini.
"Va, kok gue ngerasa sebentar lagi gue bakalan kehilangan lo, ya?" Tanya Calum cemas. Ada sesuatu yang benar-benar mengganjal perasaannya ini. Sesuatu yang benar-benar ia takutkan.
"Hah? Gue gak akan kemana-mana kok." Begitulah jawaban Varisca setelah jeda yang cukup lama. Walaupun ia sendiri tidak yakin dengan ucapannya.
Keheningan lagi-lagi menyelimuti mobil mereka. Handphone Calum yang masih membuka aplikasi waze itu berbunyi, memberi tahu bahwa mereka sudah memasuki kawasan Bandung. Hanya 2 kalimat itu yang mereka lontarkan selama perjalanan dari Jogja tadi. Calum sebenarnya ingin mengobrol dengan Varisca lagi, namun ia mengurungkan kembali niatnya karena melihat mata Varisca yang mulai mengantuk.
Calum tidak ingin kembali terjebak dalam perasaan gusarnya yang semakin membesar. Jadi ia menyuruh satu tangannya bergerak untuk menyalakan radio, mencari saluran kesukaannya.
Mungkin dewi fortuna sedang berbaik hati kepada Calum, ternyata saluran radio kesukaannya itu sedang memutar lagu kesukaan Varisca. Calum tahu kebiasaan Varisca saat mendengarkan lagu Right There milik Ariana ini, ia selalu mendengarkan dengan volume full. Keisengan Calum kembali muncul, ia membesarkan suara radionya, yang sontak membuat perempuan di sebelahnya itu terbangun.
"Anjir, bangun-bangun lagunya ini. Jadi pengen joget." Ucapnya sambil membesarkan volume yang padahal tadi sudah dibesarkan Calum. Tanpa aba-aba, Varisca mulai menari-nari di kursinya, yang tidak lama kemudian diikuti Calum.
Mereka terus bernyanyi sambil menari acak-acakan sambil tertawa. Tidak terasa, kini mereka sudah sampai di Jakarta.
Namun, kedua pihak masih tidak rela untuk pulang ke rumah. Mereka belum ingin petualangan pada malam hari itu berakhir.
Setelah melalui perdebatan panjang untuk menentukan tempat yang selanjutnya akan dikunjungi, akhirnya pilihan mereka jatuh kepada Game Center.
Varisca mencari informasi mengenai Game Center 24 jam terdekat dari tempat mereka berada, yang untungnya tidak terlalu jauh. Dengan semangat Calum membelokkan stir mobilnya menuju lokasi Game Center tersebut.
Kedua orang itu mencoba segala macam permainannya. Mereka terus bermain sambil tertawa dengan sangat keras tanpa memedulikan tatapan dari orang-orang di sekitarnya. Mereka bermain seakan ini merupakan permainan mereka untuk terakhir kalinya.
Varisca memberi saran untuk foto di photobox sebagai kenang-kenangan. Walaupun Calum awalnya menolak, ia setuju karena Varisca memberikan jurus andalannya. Yaitu puppy eyes, Varisca tahu bahwa Calum selalu luluh jika ia memasang ekspresi seperti itu.
Setelah puas foto-foto, kini Varisca menyeret Calum untuk bermain UFO Catcher. "Cal, gue pengen banget deh boneka yang itu." Pinta Varisca kepada Calum. Karena Calum sudah mengetahui bahwa pemilik Game Center ini pasti melonggarkan clawnya, jadi ia membiarkan Varisca bermain sendirian. Calum hanya memerhatikan Varisca bermain dari belakang badan perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
astray • hood
Fanfic❝Let's take the long way home, shall we?❞ [COMPLETED] Written in Bahasa Copyright © 2016 by Kechood