"Ini gue mesti lewat mana, setan." Daritadi Calum terus berbicara menggunakan kata-kata kasar, masih emosi dengan segala hal buruk yang terjadi malam ini.
"Tuh kan, nekat sih lo. Buta jalan aja sok sok ngajak pulang duluan." Ucapku yang langsung dibalas dengan tatapan tajamnya. Dengan sigap, aku balas dengan cubitan ringan di lengan kirinya.
"Eh, kasar banget sih jadi cewek." Ada jeda yang cukup lama sebelum dia berkata dengan suara yang pelan namun dapat sangat jelas kudengar;
"Untung aku sayang kamu, Va."
Kenapa sih, kamu suka banget ngelakuin hal-hal yang selalu ngasih aku harapan, Cal?
**
Sudah setengah jam kami berputar di jalanan berbelok-belok sempit berlubang yang sangat gelap, aku jadi membayangkan hal-hal mistis yang mungkin terjadi karena tempat ini benar benar menyeramkan, apalagi kami disuguhi pemandangan pohon pohon besar nan lebat di kanan dan kiri kami.
"Aduh, serem banget sih ini tempat. Kapan kita keluarnya coba, daritadi balik ke sini lagi sampe gue gumoh." Gerutuku, sambil menyalakan radio dan mencari-cari stasiun radio yang sinyalnya sampai ke tempat kami, namun, hasilnya nihil. Yang terdengar justru hanya suara kresek kresek aneh yang membuat suasana semakin seram.
"Tenang aja kali, kan ada gue. Lo gatau aja kalo ada setan yang nakutin gue, setannya yang pingsan." Ucapnya berusaha terdengar seberani mungkin, yang malah membuatku tertawa karena badannya yang sudah merinding hebat. "Ih, Varisca tolol. Lagi tegang kayak gini lo malah ketawa." Sambungnya.
Keadaan hening lagi, lama sekali. Sampai tiba tiba, suara radio yang aku sengaja hidupkan dengan tujuan untuk menakuti Calum itu menemukan sinyal sehingga suatu siaran terdengar jelas dengan volume yang cukup besar.
Lingsir wengi...
Tanpa kami duga lagu itu terputar, aku tidak tahu apa maksud dari stasiun radio ini memutar lagu horror itu. Ku lirik Calum yang mukanya sudah sangat pucat, dan kini berkeringat.
Balik lagi bersama kami! Kali ini kita bakalan ngebahas hal-hal mistis yang mungkin terjadi ke kamu! Hati-hati ya, kawula muda. Apalagi bagi kalian yang lagi berduaan, coba lihat ke belakang, ada sesuatu gak? hihihi.
Masih dengan backsound tertawa melengking seram dari penyiar itu, secara refleks, aku dan Calum bertatap-tatapan. Calum memberhentikan mobil kami yang memang sedari tadi kecepatannya sangat lambat. Kami menelan ludah, dan melihat ke arah belakang dengan gerakan slow motion.
Sesuai dugaanku, Calum berteriak kencang sekali, yang refleks membuatku ikut berteriak karena kaget dan panik sekaligus.
"Va, demi jiwa dan raga, matiin radionya!!" Aku dan Calum secara bersamaan mengulurkan tangan untuk mematikan radionya, namun, keberuntungan memang sedang tidak berada di pihak kami, tangan calum yang bergetar malah menyenggol tanganku, yang membuatku tak sengaja memutar tombol volume menjadi tambah keras.
Aku menutup kedua telingaku, dan Calum menutup kedua matanya dengan salah satu tangannya, sedangkan tangan yang lain mencari-cari tombol power yang baginya sulit ditemukan. Emang goblok. Ngapain coba tutup mata, ga nyambung banget. Pasrah, aku akhirnya menurunkan tangan kananku—yang sedaritadi kugunakan untuk menutup telingaku—dan memegang tangan Calum sambil mengarahkannya ke tombol power.
Mantep gila, alus bener.
Setelah kami selesai menormalkan jantung kami masing-masing, Calum berdeham untuk menarik perhatianku. "Varisca cimid cimidku, gue mau kasih tau lo sesuatu. Tapi jangan ketawa, ya." Katanya dengan muka serius. Lalu memajukan wajahnya dan berbisik, "Kebelet pipis pake banget. Gimana dong? takut ngompol."
Dan pernyataan itu sukses membuatku tertawa terpingkal-pingkal. "Pake botol aja deh, daripada ditahan, nanti batu ginjal kan berabe." Usulku setengah bercanda. "Thank God. Untung otak lo rusak ya, jadi yang kepikir ya yang goblok goblok. Daritadi gue ngarep lo ngomong gitu tau gak." Tanpa disangka-sangka, Calum ternyata dari awal memang sudah berniat untuk pipis di botol.
"Kelebihannya cowok nih, pipisnya bisa diarahin." Celetuknya yang kubalas dengan tatapan maksud–lo–apa–nyet.
"Bercanda elah. Hidup jangan dibawa serius terus sob." Ujarnya sambil tertawa lalu mencubit gemas kedua pipiku. "Lo emang udah sinting ya. Yaudah buru cari tempat buat pipis. Air seni lo bau jengkol. Ga suka gue." Balasku, lalu Calum langsung hormat ala tentara dan mulai menjalankan mobilnya lagi.
Membawa diriku serta perasaanku yang tak terbalaskan.
**
DOUBLE UPDATE WOY becoz im so fookin excited!!
KAMU SEDANG MEMBACA
astray • hood
Fanfic❝Let's take the long way home, shall we?❞ [COMPLETED] Written in Bahasa Copyright © 2016 by Kechood