bab 12

26 1 0
                                    

"Aku berangkat yah, udah waktunya, selamat tinggal, aku pasti kasih kabar kok, aku sayang kalian, muuuuaaaaaccccchhh."

Aku berangkat jam 2 siang dan sampai Palembang 2 jam setelahnya, dan sekarang aku di bandara Palembang menunggu ka Nik jemput, tanpa menunggu lama, dia pun ada di sana sedang menungguku lalu aku memanggilnya dan memelukknya. Dan ternyata ada si Indra juga di sini, wooowww, aku di jemput 2 laki-laki tampan lalu aku tersenyum kepada mereka berdua.

Mereka bawa barang-barangku menuju parkiran sambil berjalan, kami membicarakan banyak hal mulai dari pekerjaan yang aku tinggalkan dan pertungan yang aku sudahi. Ka Nik memberikanku semangat, "Dek, kakak sayang banget sama kamu, Dek, kalo kaka bisa lakuin sesuatu buat kamu maka katakanlah, Sayang."

"Jangan sungkan sama kakak yah, Dek! kamu kan udah kaya adek kaka sendiri," kata Ka Nik penuh perhatian, yang di sambung lagi oleh Indra.

"Iya, Dek, kita berdua akan slalu menjaga kamu dek, jangan pernah ngerasa sungkan sama kami, kamu itu berharga dek. Cuma laki-laki bodoh aja yang bisa buat kamu terluka! kalo perlu kakak cariin kamu laki- laki yang jauh lebih kaya dan lebih tampan dari laki-laki itu," sambung Indra.
Aku pun tersenyum karena perhatian yang mereka berikan, lalu aku hanya mengatakan, "Aku akan berjuang untuk lebih baik, Kakak yang tampan. Aku gak akan mau tengok ke belakang, karena masa depanku adalah hari esok yang akan aku jalani."

Lalu kami pun sampai parkiran dan kedua kakakku ini yang sibuk memasukan barang-barang dan aku hanya duduk diam di kursi samping kemudi, dan setelah mereka selesai mereka langsung masuk mobil dan Ka Nik yang mengemudikan sedangkan indra di kursi penumpang, di dalam mobil kami bercerita banyak hal, ketawa penuh kebahagian yang sangat menyenangkan sampai tidak terasa sudah sampai kediaman Rumah Hermawan dan aku di sambut saat masuk rumah oleh semua keluarga besar.

Oma langsung memelukku erat dan menangis karena cucu kesayangannya terluka Karena laki-laki dan di ikuti tante Sofie yang juga menangis karena keadaanku.

"Sayang, maafin Oma, yah, di saat kamu terluka Oma gak ada di sana," kata Oma yang berlinang air mata.

Begitupun Tante Sofie yang begitu menyayangiku katanya, "Tante gak tega liat kamu kaya gini, Sayang. Kamu lebih kurusan dari terakhir tante lihat kamu, kamu sakit, Nak?" tanya Tante.

"Gak kenapa kok, Tan, Oma dan semua, aku baik-baik aja kok." Penuturanku. Mereka sudah tau kejadian itu karena sebelum aku memutuskan ke sini, aku memberitahu mereka semuanya.
Mereka marah besar tapi setelah aku bilang aku gakpapa, mereka memintaku datang dan tinggal di sini, setelah aku pikirkan beberapa hari akhinya aku menerima tawaran mereka dan disinilah aku sekarang.

"Hey, udah ah gak usah pake sesi nangis gini lah, tante kan jadi sedih nih, ayo duduk, Sayang," kata Tante Bella lalu aku pun mengikuti Tante Bella. Sementara barang-barangku di bawa ke kamar atas oleh pelayan rumah tangga. Aku pun cipika-cipiki ke semua anggota keluarga tapi sepertiny ada beberapa yang tidak ada, aku pun bertanya, "Citra sama

Indah kemana, Tan?" tanyaku.

"Mereka lagi ada tugas katanya nanti juga datang," kata Tante Bella. Lama kami ngobrol tak terasa sudah menjelang makan malam dan aku di minta bersih-bersih dang anti baju dulu di kamar aku pun menurut, setelah selesai aku turun ke bawah dan bergabung untuk makan malam. Kami keluarga besar makan malam sangat khusyuk karena peraturan rumah ini bila sedang makan tidak boleh bicara, selesai makan kami menuju ruang bersantai karena ini adalah weekend makanya mereka ada di sini berkumpul karena yang tinggal di rumah ini hanya Oma, Oppa, Tante Sofie, Om Rian, Niko, dan Indra, Om Candra, Tante Dian beserta anaknya, Citra dan Indah juga lebih memilih tinggal di sini di bandingkan di rumah mereka masing-masing, padahal jarak rumah ini dengan rumah mereka tidak jauh, juga asisten rumah tangga dan para pembantu lainnya untuk mengurus rumah mewah nan megah ini.
Bila hari libur semua keluarga pada datang berkumpul bersama, inilah yang aku suka kalau berada di sini yaitu kebersaaan yang terjalin. Setelah bercanda ria ada yang main catur yang di lakukan Om Adit dengan Om Rian, Om Candra dengan dengan Niko, Oma, Opa, Tante- tanteku dan Mitha, Anya kakak iparku sedang ngobrol, maklum lah ibu- ibu, Indah dan Citra sedang sibuk mengerjakan tugasnya, Nicolas lebih memilih main gitar di pojokan, Radit dan Ricky juga sibuk dengan caturnya, kalo si indra bawa pacarnya ke rumah dengan ijin Tante Sofie dan sekarang ada di taman belakang, Audy sedang bermain dengan Natasha, Nakula, dan Sadewa sedang ada di pangkuan Tante Dian dan Tante Sofie.

Aku lebih memilih menyemangati Niko yang sedang bertarung melawan Om candra, "Ayo, Kak, masa kalah sih sama si Om, payah nih Kakak," kataku membuat riuh.

"Dek, kamu malah bikin Kakak gak fokus ini mah. Awas ya kalau Kakak kalah, Kakak ketekin nanti," katanya kesal sambil mengacak rambutku. "Ihhhh, Kakak kebiasaan lah, masa aku diketekin, bau dunk entar. Tante tuh Ka Niko jahat, masa aku mau diketekin kalo dia kalah!" kataku mengadu.

"Niko, jangan gitu ah sama adiknya," omel Tante Sofie.

"Hmmmmm, tukang ngadu kamu, Dek. Dasar kamu!" Dia pun menjitak kepalaku hingga aku mengaduh kesakitan.
Kak Ricky langsung memarahi Niko, "Niko kamu ini gitu banget, kasian itu si Adek. Sini, Dek, deket Kakak aja," kata Kak Ricky membela ku.

Aku pun langsung duduk di samping Kak Ricky sambil manyun ke Kak Niko.

Kak Niko langsung minta maaf, "Maaf, Dek. Kan Kakak cuma becanda, jangan ngambek dunk!" katanya penuh permohonan. Aku tidak menjawab biar tau rasa di omelin Kak Ricky, Kak Radit, Oma dan Tante

Sofie. "Kakak beliin apa aja deh yang kamu minta asal gak manyun gitu, gimana?" tawarnya.

Dengan tersenyum aku menjawab "Apa aja nih?! Seriusan apa aja?

Oke aku maafin, aku pikirin dulu yah aku mau apa, mungkin hp baru, baju baru, sepatu baru, tas baru kayanya cukup deh," kataku menuntut.

"Emmmm, semuanya aja kalo gitu, Dek. Sama tokonya, mentang- mentang Kakak bilang gitu," katanya frustasi, walau aku tahu semua yang aku inginkan pasti dituruti, karena Kak Niko juga Kak Ricky nggak pernah bisa menolak keingginanku.

"Wahhhhh, kamu enak banget si Al, ditawarin sama Kak Nikko gitu, aku aja harus ngerengek dulu baru dibeliin," kata Indah dan disambung Citra, padahal mereka sibuk mengerjakan tugas akhir mereka.
Aku pun tertawa diikuti semua orang diruang tamu, kecuali yang di taman belakang sana yang nggak tau lagi ngapain. Gak terasa waktu sudah malam. Inka pamit pulang pada semua dan padaku yang baru berkenalan tadi, Indra mengantarnya pulang.

****

Ini adalah hari minggu, aku bangun pagi-pagi. Semua orang rumah sibuk. Kak Niko, Nicolas, Indra, Indah, Citra mengajakku jogging pagi keliling komplek kota Palembang, aku pun ikut seperti biasa kalau aku sedang berada di sini. Aku memakai sepatuku yang dibelikan Kak Indra, serasi dengan celana tigaperempatku, meraih earphone, aku menyambungkan pada ponsel dan memasangnya ke telinga. Setelah bersiap-siap, aku turun ke bawah menghampiri mereka yang sudah menungguku.

Kami memutari komplek, kemudian menuju taman yang biasa di datangi orang-orang saat jogging karena di sana banyak sekali tukang makanan. Aku tertinggal jauh karena berkali-kali berhenti untuk istirahat. Istirahat yang kesekian kalinya, aku duduk di bangku panjang, lalu aku menyadari ada sepasang mata yang memperhatikanku. Aku mulai ketakutan, bukan karena apa-apa, hanya takut kalau-kalau dia orang jahat yang ingin menculik wanita dan menjualnya.

Akhirnya aku lari lagi mencari keberadaan saudaraku yang lain, aku tergesa-gesa dan tanpa sengaja menabrak tubuh Kakakku, Niko.

"Kamu kenapa, Dek? Kok ketakutan gitu," tanyanya hati-hati.
"Tadi ada yang memperhatikanku, Kak. Sama kaya waktu dulu, waktu aku masih sering ke sini untuk jogging," kataku ketakutan.

"Mana orangnya, Dek? Ayo kita samperin."Kak Niko memelukku

erat.

Kami pun akhirnya makan di tukang bubur Pakde yang terkenal enaknya juga relative murah, aku dan lainnya makan dengan lahap dan nambah lagi karena hari ini Kak Indra yang mentraktir kami.

Lama kami bercerita dan bercanda, akhirnya kami memutuskan pulang dengan berjalan kaki bersama sampai rumah sekitar pukul 10.30, sesampainya di rumah ternyata sudah ada pacarnya Kak Niko dan Kak Indra yang sedang membantu para wanita-wanita memasak. Kak Niko langsung memeluk kekasihnya, Kak Amanda. Menciumnya sehingga membuatku iri karena kesetian dan keromantisan mereka dari 8 tahun lalu sampai saat ini.

Aku pun langsung naik ke atas dan diikuti yang lainnya kecuali Niko dan Indra yang masih bersama kekasih mereka masing-masing.

Di kamar aku beres-beres dan bersih-bersih, lalu setelah selesai aku rebahan di kamar yang luas ini, sambil menatap langit-langit kamar. Terbayang dengan kelakuan laki-laki yang aku cintai. Aku meyakinkan diriku bahwa aku bisa melupakannya dengan berbagai hal yang aku lakukan di sini. Aku pun menghapus air mataku yang tumpah tanpa disengaja dan aku berkata dalam hati bahwa tidak akan ada lagi air mata karena laki-laki.

*****

Vote and coment ya

Luv im

2 Love 1heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang