Tujuh Belas - Confused

1.7K 78 0
                                    

Dya berjalan terkatung-katung diatas trotoar sepanjang jalan Asia Afrika. Hari ini Dya merasa serba salah terhadap Dika dan Bagas. Dya duduk sejenak di salah satu bangku taman depan hotel Savoy Homan. Ia menghembuskan nafasnya berat sembari menyandarkan punggungnya di sandaran bangku taman tersebut.

"Cape banget kayaknya??" Tanya Dika yang sudah berdiri disamping bangku Dya.

Dya terkisap ketika melihat Dika yang sudah berdiri disebelahnya, "Kok lo bisa disini nemuin gue???" Tanya Dya kaget.

Dika tertawa kecil, "Gue dari tadi ngikutin lo pas lo pamitan sama Bagas." Jawab Dika santai.

Dya sedikit tertohok dengan jawaban dari Dika, "Oh... Sorry ya Ka..." Ujar Dya tiba-tiba dengan perasaan tidak enak kepada Dika yang sudah duduk disampingnya.

Dika menatap Dya heran, "Sorry?? Buat??" Tanyanya sambil menatap mata Dya lurus-lurus.

Dya susah payah menelan salivanya, "Anu, soal tadi sore yang gue ngebatalin janji Ka. Nggak taunya gue juga malah kesini malah sendirian." Jawab Dya dengan perasaan bersalah.

Dika tertawa ringan sambil mnegacak-acak puncak kepala Dya, "Udah... Nggak usah segitunya. Lo mau balik sekarang ??" Tanya Dika.

Dya mengangguk, "Kayaknya sih iya. Bosen juga sih." Jawabnya sambil tersenyum lebar.

"Yaudah ayo gue anterin lo balik." Ajak Dika yang segera berdiri.

Dya menatap Dika sayu, "Tuhkan, gue jadi nggak enak lagi." Protes Dya dengan nada serba salah.

Dika mencubit hidung Dya, "Nggak usah lebay." Jawab Dika seadanya.

Dya mencibir kearah Dika ketika mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Dika. Dya segera menyusul Dika untuk berjalan berdampingan.

"Dy..." Panggil Dika saat mereka hampir sampai di tempat parkir motor yang tidak jauh dari Braga.

"Hmmm..." Jawab Dya menoleh kearah Dika.

Dika tersenyum hangat, "Thank's ya." Jawab Dika singkat.

Dya mengerenyitkan keningnya, "Buat???" Tanya Dya bingung.

Dika menarik nafasnya, kedua tangannya mencengkram bahu Dya lembut, "Thank's karena lo udah mau maafin gue. Gue nggak akan banyak janji apa-apa buat sekarang sampe gue beres sertijab. Itupun kalo lo mau nunggu." Jawab Dika panjang lebar sambil masih menatap mata Dya lurus-lurus.

Dya tersenyum tipis, "Otak gue sebenernya masih kesel sama lo. Otak gue sebenernya masih maksa buat cari alasan buat ngejauh lagi dari lo dan benci sama lo. Tapi, hati gue masih mau maafin lo dan kesempatan buat lo lagi." Tandas Dya panjang lebar dengan tatapan mata tegas.

Dika tersenyum, "Kesempatan?? Kesempatan apa Dy???" Tanya Dika iseng.

Dya menelan salivanya gugup. Ia segera menyingkirkan tangan Dika yang masih nongkrong di bahunya.

"Ah, udah ayo pulang. Keburu malem nih Ka." Ajak Dya yang berjalan mendahului Dika dengan gugup.

Dika tertawa kecil mendengar jawaban Dya dengan tingkah laku gugupnya.
-
-
-
-
Dya menatap kosong gelang coklat pemberian Bagas waktu itu. Gelang itu masih tersemat manis di tangan Dya. Sudah pasti gelang itu tidak bisa dilepas karena Bagas menalikan tali mati.

"Gue pikir udah nentuin pilihan. Tapi kayaknya masih galau aja." Ujar Laras tiba-tiba yang sudah muncul dihadapan Dya.

"Emh.." Ujar Dya tercekat. Dya segera mengalihkan pandangannya pada komputer OSIS dihadapannya.

"Nggak dijawab nih gue ?" Tanya Laras sambil asik meng-scrolling  ponselnya.

"Gue harus jawab apa?" Tanya Dya datar.

TentangDyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang