Empat - Rival !

2.1K 76 1
                                    

Dya berlari dengan cepat setelah turun dari angkutan umum biru-kuningnya.
Tangannya sudah membawa topi abu-abunya.
"Mang Asep tunggu!!!" Pekik Dya ketika melihat penjaga sekolah yang sudah paruh baya hendak menutup gerbang sekolahnya.
"Cepet neng!" Ujar Mang Asep yang masih membukakan gerbang untuk Dya.

"Tasnya simpen sini aja neng, nanti mang Asep bawain ke kantin." Ujar Mang Asep sambil menunjuk kesalah satu tembok tempat duduk.

Dya mengangguk lalu melepaskan tas ranselnya dan meletakannya ditempat yang Mang Asep tunjuk.
"Nuhun Mang!!!" Teriak Dya yang sudah melesat masuk ke dalam lapangan sekolahnya.

Sedikit kesusahan mencari barisan kelasnya, Dya putus asa lalu berbaris di barisan bukan kelasnya.

"Kok lo baris disini??" Tanya Jemima salah satu murid kelas sebelas jurusan IPA yang melihat Dya berdiri disampingnya.

Dya nyengir kuda, "Gue telat. Barisan kelas gue kejauhan. Noh dipojokan sana." Jawab Dya sambil menunjuk barisan kelas IPS nya yang berada dipojok lapangan.

Jemima manggut-manggut, "Lo sih demen banget telat kalo habis kegiatan OSIS." Rutuk Jemima kepada Dya.

"Sssssttt...." Pekik Dya cepat memotong aksi protes Jemima yang super bawel dari kawanan anak-anak IPA 1.
.
.
Selesai upacara pagi ini Dya segera mengambil tas ranselnya yang Mang Asep simpan di kantin.
Dya melewati ruangan pecinta alam. Biasanya jam segini angkatan Dika berkumpul sebelum kembali ke kelas, namun hari ini terlihat kosong dan sepi karena seluruh pemiliknya tengah berada di pegunungan Jayagiri.

"Ciiiieee.. ada yang kangen nih." Goda Gito ketika memergoki Dya diam didepan ruangan pecinta alam.

Dya berdesis sambil melirik tajam kearah Gito lalu meninggalkan Gito menuju kelasnya.

"DYA!!!!" Sambut Riana ketika melihat Dya masuk kedalam ruangan kelas sebelas IPS 4.

Dya berlari kearah Riana lalu memeluk Riana erat, "Ih, kangen nih kangen..." Ujar Dya dengan nada manja.

"Yeee... elo sendiri yang kebanyakan dispen OSIS. Tugas Akuntansi udah lo kerjain belom?" Tanya Riana sembari mengapit lengan Dya menggiring ke bangku keduanya.

"Yang dikertas folio??" Tanya Dya.
Riana mengangguk.

Dya mengacungkan jempolnya sembari mengeluarkan beberapa lembar kertas folio miliknya,
"Udaaaaaaahh dong. Yang sama buku besarnya kan??" Tanya Dya.

Riana meraih tugas milik Dya lalu memeriksanya, "Gila, ada angin apa lo kerjain tugas Bu Nia?? Angin cinta Jayagiri dari Dika??" Sindir Riana mengingat Dya terkadang malas untuk mengerjakan tugas Akuntansi.

Dya melotot, "Huusss. Sembarangan. Gue males berurusan sama Bu Nia soalnya Ri... Tau sendiri kan kalo nggak ngerjain tugasnya mesti nyalin dua kali lipat." Jawab Dya sambil menyandarkan punggungnya ke bangku.

Riana menepuk-nepuk pundak Dya dengan cepat, "Jadi lo udah nerima Dika??" Tanya Riana dengan nada ingin tahu yang langsung membuat Fina dan Mona ikut berbalik kearah bangku mereka.

"Ceritain dong Dy... Kok lo nggak cerita sih kalo Dika nembak lo!!" Tambah Mona dengan nada sedikit tinggi memancing respon Nisa yang menurut kabar burung di Bina Nusa Bangsa, Dya itu rival terberat Nisa buat dapetin hati Dika.

"Nggak usah teriak juga kalik ah." Gumam Dya sambil melirik Nisa yang sudah menatap Dya dengan tatapan ketidaksukaanya. sinis.

"Lo sengaja gantung ceritanya Dy?? Sengaja nggak kasih jawaban??" Tanya Fina tak sabar.

"Dika nggak nembak gue. Kemaren dia cuma becanda doang ke yang lain. Lagian beritanya udah nyebar aja deh." Jawab Dya datar.

"Serius lo Dy??" Tanya Riana. "Jadi Dika nggak nembak lo??" Tanya Riana bengong.

TentangDyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang