Delapan Belas - This Love ❤

2.8K 108 12
                                    

Hallo Readersss.. maafkan untuk chapter ini yang kelamaan banget. Karena aku sendiri sempat diribetin beberapa kerjaan dari kantor dan sempet ada masalah.
Jadi daripada hasilnya kurang maksimal, aku pending dulu.
Tapi aku harap chapter ini bisa mengobati rindu kalian sama Dika, Dya dan Bagas .
.
Happy reading ❤.
-
-
-
-
"Denger-denger kemaren lusa lo dianterin Bagas balik ya??" Tanya Fina pada Dya yang sedang mengerjakan tugas Sosiologinya.

"Huumm..." Jawab Dya singkat.

Fina dan Mona berdecak kesal mendengar jawaban singkat Dya,

"Dyaaaaa.. jawab yang bener dong. Sumpah, hubungan lo, Bagas sama Dika tuh udah teka-teki banget. Menurut gue, kelanjutan cerita kalian tuh paling ditunggu banget." Ujar Mona gemas.

"Pada nggak ada kerjaan aja yang nunggu kelanjutan cerita gue." Jawabnya datar.

"Lo kenapa sih daritadi jawabannya nggak enak gitu?" Tanya Fina kesal.

"Nah lo juga ngapain dari tadi nanyain itu terus. Dari semalem malah." Balas Dya ketus namun tangannya masih mengerjakan tugasnya.

"Lagi jadi singa Fin." Bisik Mona pelan lalu berbalik mengabaikan Dya yang masih mengerjakan tugasnya.

Tidak lama dari obrolan ketiganya terdengar suara riuh dari arah lapangan, belum lagi beberapa siswa berlari ke sisi lapangan.

Dya acuh. Ia tau hari ini anak pecinta alam  tengah melakukan latihan repling, sudah bisa ia tebak suara riuh itu ketika pentolan-pentolan pecinta alam sedang melakukan aksinya.

"Ada yang jatoh ??? Siapa???" Tanya teman sekelasnya sembari berteriak membuat Dya menaruh pulpennya kasar.

"Dy..." Panggil Mona lirih melirik kearah Dya.

"Gue kedepan dulu ya." Ujar Dya dengan wajah merah melihat kearah Fina dan Mona.

Keduanya mengangguk, Mona mengambil tugas Dya membantu menyelesaikan beberapa nomor soal Sosiologi itu.

Dya berlari kearah kerumunan pinggir lapangan.

"Bagas..." Gumam Dya lirih sambil berusaha menelan salivanya mati-matian.

Dya melihat Bagas yang sudah pingsan, pipi kanannya memerah, ada darah yang keluar dari keningnya, tangannya juga mengalami luka.

Dya membayangkan bagaimana sakitnya jika ia terjatuh dari lantai dua dan membentur sisi tembok podium upacara.

"Siapa yang ngurus safetynya Bagas diatas??" Tanya Rudi senior dua tahun diatas Dya.

"Saya Bang..." Jawab Dika dengan tenang namun ada rasa bersalah di matanya ketika melihat Dya sudah berada disana.

BUUUUUKK!!! .
Rudi meninju pipi kiri Bagas hingga membuat sisi bibir Dika berdarah.

"Goblog! Kenapa safety carrabiner nya sampe lepas???!!" Tanya Rudi berang.

Dika menarik nafasnya berat, "Maaf Bang, tadi saya udah yakin kenceng waktu ngunciin carrabiner nya." Bela Dika susah payah.

Beberapa anggota pecinta alam membopong Bagas perlahan menggunakan blangkar  untuk membawa Bagas ke Rumah Sakit.

"Jangan cuma gara-gara cewek otak lo jadi ikutan sinting. Jangan karena dia lo anggap rival lo jadi lo bisa ngelakuin gini. Cara lo kampungan Ka!!" Bentak Rudi lagi dengan kasar.

"Sorry Bang, tapi saya juga bantu periksa carrabiner nya Bagas memang sudah aman Bang." Tambah Duta memberanikan diri.

Rudi hanya menatap marah kearah Dika lalu meninggalkan mereka.

TentangDyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang