Lima - Take My Hand

2K 69 1
                                    

Suara riuh terdengar ramai dari semua penjuru di SMA Bina Nusa Bangsa Selasa siang ini. Hari ini para anggota pecinta alam tiba setelah melakukan pendidikan kepengurusan di Jayagiri. Para anggota pecinta alam kelas sepuluh sudah berdiri berjejer dengan berlumuran tanah lumpur, sebentar lagi mereka akan disematkan syal hijau sebagai resminya mereka menjadi anggota pecinta alam.

Dya ikut berdiri dari samping halaman disebelah Tyas. Sebenarnya ini kemauan Tyas untuk melihat Indra lebih dekat yang notabene Indra adalah gebetan Tyas baru-baru ini.

"Indra keren Dy..." Puji Tyas sambil mengapit lengan Dya namun matanya terus menatap Indra yang sedang memberikan pengarahan kepada anggota pecinta alam kelas sepuluh.

Dya melirik Tyas aneh, "Keren darimananya???" Tanya Dya yang bingung sosok keren mana yang Tyas lihat dari Indra.

secara fisik dan tampang jika dibandingkan dengan Dika masih Dika yang menang. Dika juga memiliki kulit putih, tampang Dika seperti ada turunan Arab-nya. Sedangkan Indra??? Sunda abis!!!.

"Pokoknya ya, ada hal terkeren yang nggak lo liat dari Indra. Cuma gue yang liat dan tau pokoknya." Jawab Tyas yang kini meninggalkan Dya menuju kerumunan anak pecinta alam angkatan Dika.

Tyas emang jago buat caper! Dya membatin lalu balik badan memutuskan meninggalkan lapangan samping.

Bruuuukk!!!!

Dya berjengkit ketika dia menabrak seseorang yang sudah berdiri di belakangnya, Dya mendongak.

Dika.

"Loh, kok nggak ngumpul??" Tanya Dya kaget sambil mengusap-usap keningnya yang sakit karena menabrak tepat di dada Dika.

"Lain kali kalo mau balik badan jangan main langsung balik badan. Untung yang lo tabrak gue, bukan cowok lain." Ujar Dika tidak memperdulikan pertanyaan Dya tadi.

Dya nyengir, "He-eh. Sakit juga lumayan." Jawabnya polos sambil masih mengusap keningnya.

Dika tertawa lalu mengusap kening Dya dengan hangat dan lembut. Dya menerima perlakuan Dika dengan deg-degan. Dya kangen Dika.

"Gue kangen nih sama lo. Makanya gue langsung nyamperin lo." Ujar Dika menjawab pertanyaan Dya yang tadi ia ajukan.

Pipi Dya bersemu merah mendengar kata-kata yang Dika ucap tadi. Kali ini tugas pemukul bedug membuat jantungnya berdegup kian kencang.

Dya tertawa kecil, "Iya..." Tambah Dya singkat.

Dika mengerutkan alisnya, "Iya??? Iya apa???" Tanya Dika.

Dya menggeleng cepat, "Hah?? Enggak Ka, enggak." Jawab Dya malu dan salah tingkah.

Dika tertawa, "Gue pikir iya kangen gue juga." Tambah Dika, "Gue kumpul PA lagi ya. Lo balik jam berapa???" Tanya Dika.

"Nggak tau Ka, katanya mau ada rapat tapi nggak tau juga." Jawab Dya.

Dika manggut-manggut, "Yaudah, kalo lo mau kita pulang bareng ya. Nggak pa-pa deh gue tungguin lo beres rapat." Ujar Dika menawarkan.

"Jangan Ka. Lo balik aja duluan, gue kayaknya pulang telat banget. Kasian. Lagian lo mesti istirahat total, besokkan lo langsung sekolah." Cegah Dya dengan perhatian.

Dika tersenyum hangat, "Yaudah kalo gitu. Gue tinggal ya kedalem." Pamit Dika dengan ritual kebiasaannya, mengacak-acak puncak kepala Dya dan mengizinkan kupu-kupu terbang di atas kepalanya.

Dya masih termangu ditempatnya setelah Dika pergi, kemudian ia melangkahkan kakinya enteng ke ruangan OSIS. Baru beberapa langkah Dya melihat Bagas dengan teman-teman pecinta alam lainnya yang sedang berkumpul. Kali ini mereka sudah nampak bersih, tidak berlumuran tanah lagi seperti tadi.

TentangDyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang