Bab 9

600 53 6
                                    

Saat Linda menghambur keluar dari rumah Bayu, gadis itu hanya tahu satu tempat untuk mencari Surya; di bawah pohon mangga, dan ke sanalah gadis itu berlari tunggang langgang dengan panik.

"Surya!" Gadis itu berteriak.

Untungnya pemuda itu memang ada di sana, mengamati rumah Oma Lusi, padahal Linda sudah tidak ada di sana. Surya terkesiap dan menoleh saat mendengar Linda.

"Bayu... tolong Bayu. Ibunya...." Linda terengah-engah.

Surya bertukar pandang sejenak dengan gadis di sebelahnya, dan sedetik kemudian mereka memelesat membelah malam, menuju ke rumah Bayu di sebelah. Linda bisa mendengar teriakan pemuda itu sayup-sayup, juga pecahan kaca dan retakan kayu. Gadis itu tidak bisa membayangkan apa yang terjadi di dalam sana.

Detik berikutnya, Bayu terlempar keluar dari jendela kaca. Tubuhnya melayang dan akhirnya berdebum di atas pasir kering, menyebabkan debunya melayang. Linda sempat merasa terheran karena tidak ada tetangga yang terbangun atau terganggu karena keributan mereka, tapi gadis itu tidak bisa memikirkan hal itu sekarang.

"BAYU!" teriaknya dan dia menghampiri pemuda yang terkapar itu. Surya dan gadis berambut panjang itu sudah berdiri di antara mereka dan rumah, membentuk sebuah pagar yang tidak berguna.

Bayu terbatuk-batuk dan darah memuncrat dari rongga mulutnya. Pemuda itu terkekeh dan tersenyum sinis. "Sial," desisnya. "Sial!"

Dan Linda bisa melihat airmata mengalir di pipinya, tapi Bayu segera mengusap airmata itu.

"Apa yang terjadi?" tanya Surya tanpa menoleh.

Bayu terbatuk lagi, berusaha untuk duduk. Linda membantunya dengan memeluk pundaknya "Dia menjebol rantaiku," jawab Bayu.

Surya mendesah. "Bayu, aku harus membawanya."

Bayu terdiam. Linda tidak tahu harus berbuat apa sekarang, jadi gadis itu diam saja sambil tetap memeluk pundak Bayu, khawatir.

"Bayu?"

"IYA, aku tahu!" teriak Bayu geram. Kemudian pemuda itu memandang tanah. Air mata menetes ke atas telapak tangannya. "Bawa saja. Tapi kalau dia kesakitan...."

"Di mana kamu simpan pasaknya?" tanya Surya.

Bayu mengertakkan giginya. Setelah jeda beberapa detik, dia membuka mulutnya. "Di bawah meja makan."

Belum sempat Surya pergi untuk melakukan tugasnya, ibu Bayu sudah muncul di halaman depan, tiba-tiba seolah dia muncul dari udara begitu saja. Rantai di kakinya terseret-seret di atas pasir.

"Bayu... kok kamu jahat?" katanya dengan suara lirih.

Ini bukan ibu Bayu yang Linda kenal. Sudah jelas bukan. Mata wanita itu berubah merah sekarang. Rambutnya sudah awut-awutan, bahkan Linda bisa melihat rahangnya membesar, memberi tempat bagi dua taring besar untuk menonjol keluar. Pundaknya juga sudah membesar.

Wanita itu sedang berubah.

"Lana, aku akan menahannya di sini. Kau temani Bayu untuk mencari pasaknya, dan bakar."

Gadis berambut panjang ikal itu mengangguk dan menatap Bayu. Pemuda itu mengertakkan giginya dan mengangguk.

Linda mundur, hanya bisa menjadi penonton kali ini.

*

Tugas pertamanya.

Dada Lana begitu berdebar-debar dengan tugas pertamanya ini. Tapi bukan hanya itu saja yang membuat dadanya terasa sakit. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia bisa merasakan Bayu, yang sekarang ada di sebelahnya, tidak ingin terpisah dari keluarganya satu-satunya. Ibu yang menyayanginya.

When the Glass Shattered (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang