Bab 7

698 61 19
                                    


Setelah satu bab yang agak melenceng dari jalan cerita utama, kembali lagi yuk ke Linda. Gadis ini sudah depresi, melihat hal macem-macem pula, dan bahkan berpikir bahwa dia menjadi gila. Hingga akhirnya dia memilih kabur....


*


"Bunuh dia," desis sebuah suara.

"Gorok lehernya," bisik yang lainnya.

"Oh, kuliti saja dia hidup-hidup, kemudian bakar setengah matang," komentar yang lain.

Saat itulah Linda sudah tidak bisa menahannya. Gadis itu bangkit dari ayunan, kemudian menjerit sekuat tenaga. Seketika suasana halaman upacara SD masa kecilnya yang tenang itu pecah. Burung-burung yang tadinya hinggap tenang di pohon terkaget dan terbang menjauh. Kucing yang enak-enak melenggang melompat, kemudian berlari terbirit-birit mendengar Linda berteriak.

Aku tidak gila. Linda mengatakan hal itu sekali lagi di pikirannya.

Tapi kenapa semua orang mengatakan dia gila? Suster Lastri melaporkan bahwa dirinya mulai kehilangan akal sehat, melihat hal yang tidak-tidak.

Tapi, Linda bukannya melihat hal yang tidak-tidak! Buktinya, Bayu juga melihat hal yang sama! Pemuda itu melihat dua bayangan itu, bahkan berbincang dengan mereka.

Hanya saja, pemuda bayangan itu mengatakan hal yang sama kepada Bayu. Apa tadi tepatnya? Lambat laun Linda akan kehilangan akalnya? Benarkan itu tadi yang dia katakan? Apa pemuda itu juga mengatakan bahwa dia akan membunuh Linda? Mencincangnya, dan menyajikan dagingnya kepada anjing liar?

Tidak.

Dia tidak gila. Pikirannya masih waras.

Tentu saja dia waras. Apa lagi dirinya selain kewarasan itu sendiri?

Ibunya sudah berusaha sebisa mungkin membuat Linda tetap waras. Ibunya sudah mengatur semuanya agar Linda tinggal mengikutinya saja, belajar, bekerja, hidup bahagia. Jalan hidupnya sudah tertulis dalam buku agenda ibunya. Kenapa dia tidak waras? Tentu saja dia waras, kan?

Dia waras, kan?

"Waras... waras... waras." Linda berdendang yang entah kenapa nadanya riang. Tiba-tiba hatinya dipenuhi dengan perasaan yang begitu bahagia, hingga dia ingin bernyanyi dan berjoget. "Aku waras, aku sehat. Ooooh... Aku anak sehat, tubuhku kuat! Karena ibuku rajin dan cermat!"

Iya, ibunya. Semuanya karena ibunya. Karena ibunya dia waras.

Untuk sejenak gadis itu menggerak-gerakkan tangannya, menggeleng-gelengkan kepalanya dan menjejakkan kakinya ke tanah. "Aku anak waras!"

Waras? Apa itu 'waras'?

Tiba-tiba saja kata itu serasa tidak berarti dalam benak Linda. Kenapa tadi dia berkata 'waras'? Aneh. Terus apa artinya?

"Kenapa?" Tidak terasa air mata bergulir di pipinya. Sebuah kata yang tidak ada artinya membuat dia sedih sekarang. Linda mengusap pipinya dan dia marah pada dirinya sendiri yang menangis.

"Jangan nangis! Memangnya kamu cewek lemah, apa?! Cuma cewek jalang yang lemah yang pakai air mata buat minta simpati!"

Itu kata-kata ibunya. Sangat jelas, bahkan Linda bisa mendengarnya di telinganya.

Jalang.

Itukah dia? Cewek jalang tukang nangis dan pengemis simpati?

Itukah dia?

When the Glass Shattered (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang