Bab 1 : Awal Dari Akhir

315 47 25
                                    

Hari itu, tanggal 23 November 2017 adalah hari yang sama seperti biasanya, Akihiko Mori; pemuda berusia sembilan belas tahun, tengah meluncur di atas papan seluncurnya, bersama teman-teman sebayanya; Jirou Abe, Eiichi Shimizu dan Saburo Inoue.

Mereka terlihat berseluncur dengan asyik di taman yang tak begitu ramai itu, tertawa dan bergurau satu-sama-lain, mereka juga terlihat sambil menunjukkan kebolehan mereka dalam melakukan trik-trik Skateboarding mereka.

"Whoa, Noseslide yang bagus, Akihiko!" ucap Jirou sambil tertawa dan bertepuk tangan saat ia melihat Akihiko terjatuh saat berusaha untuk melakukan trik bernama 'noseslide' itu.

"Berisik sekali kau, Jirou!" jawab Akihiko sambil bangkit dari atas tanah lalu bergurau dengan mendorong Jirou, mereka semua penuh dengan gelak tawa.

Beberapa menit kemudian anak-anak muda dengan jiwa penuh semangat itu tengah duduk-duduk di bangku taman, meneguk sekaleng soda yang dibelikan Eiichi. Sudah lebih dari satu jam mereka bermain, jadi wajar apabila mereka kelelahan sekarang ini.

Kini jam yang berada di taman menunjukkan pukul 17.00 waktu setempat, setelah berbincang-bincang satu-per-satu dari mereka pun kembali ke kediaman masing-masing. Termasuk, Akihiko yang berjalan dengan santainya, dengan tangan kanan yang memegang ponsel pintar dan tangan kiri yang memegang skateboardnya, dengan ibu jarinya, ia mengusap layar sentuh smartphone-nya, meng-scroll layar ponselnya ke bawah untuk melihat kabar-kabar beberapa saat belakangan ini.

Banyak kicauan dari following-nya yang membuatnya mengerutkan dahi keheranan, banyak sekali berita yang... Menurutnya janggal?

'Hei, apakah kalian dengar kabar di distrik selatan?', 'Pihak kepolisian menghimbau kita untuk tidak keluar rumah untuk sementara ini, kenapa ini?', 'Aku harap semuanya baik-baik saja...', 'Teman-teman, jangan keluar rumah untuk sementara! Aku dengar dari ibuku begitu', demikianlah isi beberapa kicauan yang Akihiko baca, dan semua pengguna yang mengirimkan kicauan tersebut berdomisili di Kinzokushima, dimana ia tinggal.

"Ada apa dengan distrik selatan..?", gumam Akihiko seraya melihat ke arah kanan--ke arah mata angin selatan saat ia tiba di sebuah pertigaan jalan, menatap langit oranye yang perlahan-lahan semakin tertelan kegelapan.

Ia lalu berjalan saja ke arah kiri, menuju rumahnya yang hanya tinggal satu blok dari sini, ia tinggal di pusat Kinzokushima, cukup jauh dari Distrik Selatan.

Tak butuh waktu yang lama bagi Akihiko untuk tiba di rumahnya yang sederhana.

"Aku pulang..." ujarnya setelah masuk melalui pintu depan.

Tak ada jawaban. Karena kedua orang tua Akihiko tengah pergi ke luar negeri untuk urusan bisnis, baru saja kemarin mereka meninggalkan rumah--namun mereka harus pergi ke Tokyo terlebih dahulu, karena rute pemerbangan dari bandara Kinzokushima cukup terbatas.

Setelah mengunci pintu depan rumahnya, pemuda itu berjalan ke ruang tamunya untuk menyalakan televisi lalu beranjak ke kamar mandi sambil melepaskan bajunya. Ia hanya ingin agar suasana rumahnya tidak sunyi, itu mengapa ia menyalakan televisi.

Saat Akihiko masih berada di kamar mandi, mengeringkan rambutnya, tersiar sebuah berita sekilas, ".....--Kepolisian Kinzokushima telah memusatkan penjagaan pada Fasilitas Penelitian di Distrik Selatan Pulau Kinzokushima, menyusul keadaan genting di tempat tersebut. Namun, hingga saat ini belum ada kabar yang jelas dari pemerintah setempat... Mereka mengklaim bahwa ini hanyalah protokol saat ada penelitian yang berlangsung, namun di sisi lain kepala kepolisian setempat menghimbau masyarakat sekitar untuk tetap bersama keluarga di rumah. Sekian berita dari kami--selanjutnya... Kepolisian Tokyo belum menanggapi permintaan warga untuk menindak sosok yang disebut 'Fenomena', yang kerap mengusik ketenang--..", tiba-tiba layar televisi mati.

Mission Report : KinzokushimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang