Bab 5: Suaka

43 14 0
                                    

'Dor!' terdengar letusan tembakan Akihiko--memekakkan telinga, peluru yang ditembakkan berhasil mengenai dada mayat hidup di hadapannya.

"Mati kauu!!" seru Akihiko.

Eiichi kemudian berlari mendahului Akihiko kemudian mengayunkan pipa tembaga yang ia pungut belum lama ke arah tengkorak zombie itu--menghantamnya hingga tersungkur ke tanah.

"Usahakan untuk tak bersuara, Akihiko..." ujar Eiichi dengan tenang, walau ia baru saja memukul kepala orang hingga pecah.

"Aku tahu!" namun ia tak mengecilkan volume suaranya sedikitpun.

Mayat hidup lain datang mendekatinya--sebelum akhirnya Akihiko menghindar dan mendorongnya dengan kuat ke tepian jalan layang itu hingga jatuh ke jalan raya belasan meter di bawahnya. Mereka sudah berada dekat dengan distrik selatan--tempat yang mereka tuju. Jalan layang ini adalah penghubung antara distrik tengah dan distrik selatan, bahkan dari atas situ--fasilitas dari institut kesehatan dapat terlihat--dengan asap hitam kelam yang mengepul hingga ke angkasa.

Langit yang mendung membuat Akihiko bertanya-tanya akan waktu, dan dimanakah mereka dapat berteduh.

"Kita harus bergegas, Eiichi! Kita harus cepat mencapai rumah Saburou!" ujarnya, berencana untuk menghiraukan mayat hidup lamban yang berada di sekitar mereka.

Namun rencananya tak dapat dilaksanakan--karena tiba-tiba saja terdengar lolongan memilukan di dekat mereka, lolongan yang tak asing bagi mereka--seekor Bloodeye.

"Itukah zombie cepat yang tadi?" ujar Jirou hampir seperti sebuah bisikan.

Sebelum ada yang dapat menjawabnya, sesosok zombie dengan mata semerah darah melompat dan merangsek dari balik mobil yang berada di dekat Jirou.

"Bajingan!" umpatnya.

"Sialan!" Akihiko segera melepaskan sebuah tembakan ke arah zombie itu, namun gagal mengenainya, dan justru mengenai bumper mobil yang berwarna hitam itu.

Refleks temannya itu berhasil menolongnya, Eiichi memukul rahang makhluk itu menggunakan pipa tembaganya hingga goyah dan tersungkur. Lalu akhirnya Jirou mengakhiri makhluk itu dengan menembak kepalanya dari jarak dekat menggunakan senapan yang ia lucuti dari pria tua yang ia temui awal-awal hari ini.

"Makan itu, bajingan!" geram Jirou.

Namun bagai mimpi buruk yang belum berakhir, sesosok Bloodeye lainnya terdengar dari kejauhan--bahkan sudah terlihat tengah berlari ke arah mereka.

"Ayo kabur!"

Mereka berempat--bersama Keita, sang bocah pria yang baru saja bergabung bersama mereka pagi ini langsung saja berlari menuruni jalan layang itu, menuju ke arah distrik selatan.

"Kita tak akan sempat..." gumam Akihiko.

Tiba-tiba saja terdengar harapan yakni seruan seseorang dari kejauhan. Ia mengenakan jaket musim dingin berwarna coklat tua.

"Cepatlah! Cepaat!"

"Teman-teman! Ayo!" ujar Akihiko menginstruksikan kedua temannya dan anak kecil itu untuk mempercepat langkahnya.

Akhirnya, tak beberapa lama kemudian akhirnya terdengar letusan senjata api dari kejauhan--tembakan tersebut berhasil mengenai Bloodeye tersebut telak tepat di tengkoraknya.

"Cepatlah! Cepat!" seru seseorang yang berada di penghujung jalan layang tersebut sambil melambai-lambaikan tangannya.

Mereka akhirnya tiba di bawah, di ujung jalan layang tersebut. Orang yang sebelumnya memanggil mereka kini tengah menaiki tangga besi di sisi sebuah gedung apartemen dengan cepat. Tangan dan kakinya silih bergantian membawa tubuhnya semakin tinggi dan mendekati atap gedung itu. Senapan berburu yang tergantung di punggungnya terlihat sangat mencolok.

Mission Report : KinzokushimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang