Bab 13 : Harapan

8 3 3
                                    

"Keluar... Dari sini..?" ucap Saburou dengan keraguan dalam nadanya, ia mengangkat sebelah alisnya.

"Ya! Kita bisa menyeberangi jembatan, lalu semua akan baik-baik saja!" Jirou menjawab dengan antusias.

"Tapi bagaimana kita membawa semua orang ini dari sini, itu pertanyaan sebenarnya, Jirou." ujar Eiichi dengan tenang.

Akihiko memahami itu, namun ia juga memahami keinginan Jirou untuk mengambil kesempatan ini dan mengakhiri ini semua sesegera mungkin.

"Kita harus merencanakan ini dengan matang," Akihiko menepuk lengan Jirou dengan punggung jemarinya.

"Kuharap kakak mendengar ini," ujar Emi dengan suara yang pelan.

"Coba kau coba hubungi kakakmu, siapa tahu kita bisa menyusun rencana untuk pergi ke pengungsian bersama." Eiichi memutar kepalanya ke arah gadis tersebut.

"Benar, cari Goro-san, dan pinjam radio darinya," timpal Akihiko, "Lalu beritahu kakakmu untuk tetap berkomunikasi dengan kita."

Gadis itu mengangguk mengerti, kemudian berjalan cepat keluar dari ruang tamu yang mewah tersebut.

Disusul oleh Jirou, "Aku akan membantumu dengan radio-radionya!" ujarnya dengan antusias seraua berlari menyusul Emi.

"Apakah menurutmu ini ide yang bagus, Akihiko?" ujar Saburou.

"Apa maksudmu..?"

"Yah, keluar dari pulau ini, bertaruh untuk 'keamanan' yang sudah jelas menjauh meninggalkan diri kita."

"Saburou-san, kita akan berhati-hati... Lagipula ini sekarang atau tidak sama sekali." ujar Akihiko menjawab pertanyaan Saburou.

"Kau nampak ragu, Saburou?" tanya Eiichi seraya menatap kedua manik Saburou--yang dipenuhi keraguan.

Saburou menghela nafasnya, kemudian mengalihkan pandangannya dan melihat ke arah lain, ke arah ornamen elok yang menghias temboknya--ia melamun.

"Tidak, hanya saja... Aku tidak tahu, aku khawatir," ujar Saburou pelan.

"Pikirkan baik-baik, Saburou, waktu kita terbatas..." ujar Akihiko seraya memegang dan memijit pundah Saburou.

"Tentu." jawab Saburou sambil melukiskan sebuah senyuman pahit.

Saburou kemudian mendapati sosok anak kecil, mengintipnya dari balik tembok; Keita kecil. Pandangannya amat ambigu, terdapat kesedihan, amarah--namun juga ketabahan dalamnya, setidaknya itulah yang Saburou pikirkan.

"Hei, aku akan ke kolam renang untuk mendinginkan kepala," ujar Saburou pelan seraya berjalan melepaskan diri dari tangan Akihiko.

"Tentu, kau layak mendapatkannya, jangan dijadikan beban!" seru Akihiko sambil tersenyum, sementara Eiichi hanya memperhatikan dalam senyap.

***

"Hei, bagaimana?" tanya Akihiko sambil memasuki ruangan dimana Emi, Hayami, Goro, dan Jirou berada--ruangan itu adalah kamar dimana Emi dan Hayami tidur.

"Tidak bisa..." jawab Goro menghela nafasnya panjang, seraya mengusap tengkuknya.

"Ah, kemampuanmu sudah menumpul, Jirou?" ujar Akihiko seraya menoleh ke Jirou, "Sekarang bagaimana?"

"Enak saja!"

"B--bukan begitu, Akihiko-san," jelas Emi, "Radionya bekerja, akan tetapi aku tidak dapat mencapai kakakku."

"Emi-san, kakakmu adalah orang yang sangat kuat, mungkin ia sedang sibuk membunuh zombie," ujar Akihiko, yang melihat kekhawatiran dan ketakutan padanya.

Mission Report : KinzokushimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang