Tiga hari sudah berlalu sejak Akihiko dan kawan-kawannya meninggalkan Sanctuary. Dan delapan hari setelah malapetaka ini dimulai. Benar, zombie outbreak ini telah berlangsung selama lebih dari satu minggu. Mereka harus bergegas menjemput teman-teman mereka, kemudian secepatnya keluar dari pulau ini.
Cuitan gagak-gagak yang beterbangan di angkasa mengiringi jalan mereka sore menjelang malam hari itu. Hari ke-delapan ini hampir selesai, maka mereka sambil mencari-cari tempat untuk bermalam selagi berhalan. Dan tak butuh waktu lama bagi mereka hingga menemukan satu.
"Baiklah, kita bermalam di sini...", ujar Akihiko sambil melihat ke sekeliling atap gedung itu.
Ia lalu membantu Eiichi untuk menaiki tangga itu, kemudian membantu yang lainnya untuk menaiki tangga yang sama.
"Huph... Ayo lekas, aku memegangimu", ujar Eiichi seraya membantu Emi menaiki tangga tersebut. Setelah Emi, Jirou lah yang terakhir naik.
"Kenapa tidak bermalam di dalam saja?", ujar Keita seraya melihat ke arah Akihiko.
"Yah, kau lihat kan pintu depan terbuka?"
"Lalu?"
"Berarti ada dua kemungkinan, antara pemiliknya sudah pergi atau sudah terinfeksi, tapi masih nyaman di rumah"
"Kita kan belum tahu, kita belum memeriksanya"
"Kita tak bisa ambil resiko, Keita-kun... Hari sudah gelap, dan kita tak bisa membuang energi kita untuk melawan zombie di bawah sana jika memang ada... Walau jika kita tahu ada zombie pun, kita tak tahu pasti jumlahnya berapa...", sahut Eiichi sebelum Akihiko sempat menjawab.
"Benar... Lalu jika akhirnya kita terluka-- atau kalah dan zombie itu mengejar kita, kita harus membuang energi lagi untuk berlari kabur... Kalau kita kabur naik ke sini, mereka akan ribut di bawah, lalu bisa-bisa menarik perhatian teman-teman mereka", tambah Akihiko.
"Jadi lebih baik jika kita tidak menarik perhatian mereka... Toh kita hanya semalam... Mereka tak mungkin naik ke sini dan minta uang sewa bukan?", gurau Jirou.
Keita hanya cemberut, "Terserah saja... Kalau memang benar begitu ya sudah...".
Emi mendekati anak baru remaja itu lalu memegangi kedua bahunya dari belakang, "Kau bantu kami juga ya... Untuk tak menarik perhatian siapapun di bawah sana, oke Keita-kun?", gadis itu tersenyum ramah.
'Klek! Klek!', "Bagus, pintu tangga yang menuju ke bawah terkunci, aku merasa lebih lega sekarang...", Jirou menghembuskan nafasnya lega.
Mereka lalu menyalakan api di dalam sebuah gentong seng bekas sebagai api unggun, lalu menaruh barang-barang bawaan mereka melingkari tong tersebut.
"Dari semua musim, kenapa zombie outbreak ini terjadi di musim dingin sih... Sudah dingin, mereka juga pasti akan membusuk lebih lama", keluh Jirou sambil menarik ranselnya mendekat lalu memeluknya erat, "Dingiinnn...", bahkan dengan topi beanie, dan jaket tebal yang ia kenakan.
"Kita harus cari sarung tangan secepat mungkin ya...", ujar Akihiko, menciptakan uap yang mengepul di depan mulutnya.
"Ummm... Aku punya...", Emi membuka tas ranselnya, kemudian mengeluarkan lima buah sarung tangan yang lukup tebal.
"Eh? Kau bawa rupanya?", ujar Eiichi.
"K-kenapa tidak dari kemarin coba? Dan kau sendiri kenapa tak pakai?", Jirou amat tak habis pikir.
"Y-yah, kalian tak bertanya atau bicara apa-apa soal itu sampai sekarang... Dan, aku akan merasa tidak enak jika aku sendirian yang memakainya", ia lalu membagikannya pada rekan-rekan bertahan hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Report : Kinzokushima
Action[Highest Ranking : #13 on Zombies (04.10.18)] Petaka menaungi seluruh langit pulau buatan manusia yang bernama Kinzokushima. Layaknya anjing yang menggigit tangan majikannya, serum yang dikembangkan para ilmuwan yang bekerja di bawah pemerintah Jepa...