Empat

1K 23 0
                                    

Empat

Ji-eun tampak sedang berdiri di sebuah jalanan lenggang dengan latar danau di sebelah kanannya, serta beberapa pepohonan teduh ginkgo. Lagi-lagi ia tersesat. Sudah hampir setengah jam Ji-eun berkeliling tapi tidak berhasil menemukan café pasangan kakek-nenek Han. Karena terlalu lelah akhirnya Ji-eun memilih duduk di sebuah bangku taman yang menghadap langsung ke danau.

Tiba-tiba saja seseorang menepuk bahunya pelan. Meski pelan, tapi cukup berhasil membuat Ji-eun terkejut.

Omo!…Ka-Kang Jaejun?” Seru Ji-eun setelah mendapati seorang pemuda tak asing tengah berdiri di sampingnya. Kang Jaejun hanya tersenyum menanggapi reaksi Ji-eun. Ji-eun sempat tak percaya kalau pemuda ini adalah Kang Jaejun yang sekelas dengannya, tapi setelah melihat senyum khasnya, akhirnya ia percaya. Kang Jaejun terlihat sangat berbeda saat tak memakai seragam sekolah seperti biasanya. Kalau di sekolah dia memakai kacamata, sedangkan sekarang dia tidak memakai kacamata dan terlihat tidak terlalu culun.

“Kau sedang apa di sini Ji-eun-ssi? Menunggu seseorang?”

“A-aku…”

Ji-eun, terlihat bingung. Ia sebenarnya tidak terlalu senang menjelaskan situasinya sekarang pada Jaejun. Ini hal yang agak memalukan, mengingat ia tersesat pada umurnya yang sudah tidak kecil lagi.

“…Kau sendiri kenapa di sini?” Ji-eun balas bertanya, mengalihkan pembicaraan.

“Aku sedang berjalan-jalan saja. Kebetulan rumahku di daerah sini.” Ji-eun hanya mengangguk.

“Ji-eun-ssi boleh aku duduk di sini?” Tanya Jaejun, setelah lama ia berdiri. Ji-eun hanya mengangguk sebagai jawaban. Hening sesaat, sebelum Jaejun kembali membuka suara. “Umm, Ji-eun-ssi. Aku pikir kita adalah teman.”

“Eh?”

‘Teman? Apa-apaan orang ini? Bicara denganku saja baru sekarang setelah setahun sekelas. Apakah aku terlihat seperti laki-laki sehingga ia tertarik berteman denganku?’

Ji-eun tak bisa membayangkan kalau mereka benar-benar menjadi teman. Ji-eun sedikit menggeser posisi duduknya setelah Jaejun berkata seperti itu.

Maechosd bread-cake cafè

Jeoneun, Park Hyul-su imnida.”

Gadis yang bernama lengkapkan Park Hyul-su itu memperkenalkan dirinya di depan para pemuda yang tengah duduk di salah satu tempat di dalam cafè roti.

“Wah, cantik sekali sepupumu Jun-ah~”

“Benar, andai aku seberuntungmu Ken, ckckck~”

Hyul-su yang di puji hanya bisa tersenyum dan sesekali tersipu sambil sekilas melirik Ken yang tengah menikmati cake-nya. Seperti biasa, Ken senang berdiam diri pada saat-saat seperti ini.

“Ken, ayo bicara sesuatu jangan makan saja!”

Seru Junsu sambil menyikut lengan sahabatnya itu. Ken yang diberi perlakuan hanya bisa mendesah malas. ‘Mau tanya apa?’ pikirnya.

“Umurnya berapa?” Akhirya Ken membuka suara, terpaksa tentunya. Ken memang sudah tidak tahu lagi mau bertanya apa. Otaknya sedang kosong sekarang. Yang ia inginkan sekarang adalah acara percakapan hari ini cepat terselesaikan sesegera mungkin. Agar ia bisa cepat pulang ke rumah dan tidur. Ia lelah, apalagi besok ia sudah harus pindah ke sekolahan barunya.

“Aisshh…sebenarnya kau bertanya pada siapa?” Seru Taesan.

“Umurku sama dengan kalian.”

Sakura In Seoul (Revisi)Where stories live. Discover now