PROLOGUE

134K 10K 547
                                    

Tahun baru hari itu, membuatku begitu senang. Aku mendapatkan banyak hadiah karena hari ulangtahunku bertepatan dengan tahun baru. Umurku sudah dua belas tahun saat itu.

"Selamat ulang tahun," ujar mereka berdua.

"Terima kasih Kek, Nek," sahutku senang.

Kakekku memberikanku banyak kembang api bunga. Sayangnya, Papa dan Mama tidak bisa menghadiri ulangtahunku karena keduanya sibuk dengan pekerjaan.

Aku ingin bermain kembang api, dan aku selalu ingat pesan Kakek untuk tidak menyalakan api sendiri dan juga tidak bermain di dalam rumah.

Aku tahu, mungkin terdengar seperti sikap mereka yang cukup over protective. Padahal, usiaku sudah dua belas tahun dan aku sudah masuk SMP satu semester dua tahun ini. Namun aku sendiri tidak bisa menyangkal apapun. Terlahir sebagai cucu satu-satunya dari pihak Papa memang akan berakhir seperti ini.

Yang paling kuingat dari malam yang membahagiakan itu adalah ..., mereka berdua pergi saat pukul satu pagi, begitu tahun yang baru, baru saja berlangsung selama satu jam. Tapi aku tidak tahu, karena urusan apa.

Kulihat bintang-bintang yang tampak berkumpul di atas langit, juga bulan sabit yang menerangi malam yang gelap hari itu. Langit malam itu begitu cerah, seakan tuhan menghadiahi ulangtahunku dengan pemandangan alam yang indah.

Yang kuingat, halaman rumah Kakek dikelilingi pagar yang begitu tinggi, dilengkapi sebuah gembok yang mengunci pagar.

Lilin dan korek api sudah kupersiapkan, tinggal meminta orang dewasa untuk membantuku menyalakannya.

Sambil terus-terusan bertanya dalam hati, kapan mereka akan kembali.

.

.

.

Suara deru kereta, peluit melengking, besi yang saling bergesekan terdengar olehku, membuatku terbangun. Setelah mendorong kursi ke jendela karena jendela yang cukup tinggi, kulihat ke arah bawah dan masih mendapati halaman masih dalam keadaan sama.

Pagar itu masih dalam keadaan terkunci, dan tidak ada mobil yang parkir di halaman itu, menandakan kalau Kakek dan Nenek belum juga pulang.

Setelah melapisi diriku dengan selembar pakaian tambahan yang menjadi hadiah ulangtahunku, aku membuka pintu dan meratapi bungkusan kembang api dan lilin yang juga tidak berubah.

Hal yang berubah hanyalah langit yang menjadi mendung, dan juga tiupan angin yang kian tajamnya menusuk kulit.

Lagi-lagi, aku mendengar suara itu, suara khas kereta api. Aku masih dapat mengingatnya karena, Kakek dan Nenek sering mengajakku keluar kota dengan kereta api.

Tapi, yang kuingat dari lingkungan yang sudah tidak asing bagiku, di daerah itu sangat terpencil. Dan rel kereta api terdekat, ada sekitar lima kilometer dari sini.

*

Orang-orang berpakaian hitam, menangisi Kakek dan Nenek yang tertidur di sebuah kotak yang mereka namakan peti. Papan bunga, bunga tampak mendominasi rumah Kakek-Nenekku.

Rupanya, kecelakaan maut menimpa Kakek-nenekku malam sebelumnya.

Papa dan Mama merangkul bahuku. Kulihat mata Mama bengkak dan memerah, sedangkan kantung mata Papa tampak mendominasi di bawah matanya Aku tahu Papa sudah tidak lama tidur karena pekerjaannya dan mungkin kantung matanya semakin bertambah saat beliau mengetahui kematian Kakek dan Nenek.

Aku tidak berani bertanya lebih lanjut, karena mengerti bahwa keluargaku tengah berduka karena kehilangan.

Disaat aku mendengar kembali suara itu, kuperhatikan mereka semua yang tampak masih larut dalam kesedihan duka yang memanjang. Tidak ada yang heran dengan suara yang janggal itu.

"Ma, Pa," panggilku, membuat Mama dan Papa menolehku. "Apa kalian mendengar suara itu?"

"Suara apa?" tanya Mama, mengerutkan keningnya. Ayah pun ikut mengerutkan keningnya bingung.

"Itu." Aku memejamkan mataku. "Suara kereta api."

Mama menggeleng, lalu tersenyum dengan begitu pahitnya. "Itu hanya imajinasimu, Nak. Kau pasti kelelahan." Ayah mengangguk setuju.

Padahal, aku yakin mendengarkannya dengan jelas.

Malam berikutnya, kami meninggalkan rumah Kakek-Nenek setelah mereka dikuburkan siang itu. Papa mengemudi, Mama duduk di samping kursi mengemudi dan aku duduk di belakang.

Suara itu kembali terdengar olehku, kudongkakkan kepalaku menatap spion yang Papa gunakan untuk melihat pantulan di belakang.

Dan respons Papa tetap sama; diam.

Kuperhatikan Mama yang tertidur nyenyak, seolah suara itu tidak menganggu tidur lelapnya. Padahal aku sampai terbangun mendengar suaranya dua hari yang sebelumnya.

Aku pun memutuskan untuk menganti posisi dudukku menjadi tidur, karena aku mulai terkantuk-kantuk saat itu. Barulah aku sadar bahwa suara kereta api itu benar-benar nyata, bukan imajinasi belaka seperti yang Mama katakan.

Di langit yang gelap yang penuh dengan bintang itu, lekukan yang tidak rapi tampak melaju. Di udara. Asap hitam muncul dari benda itu, kereta api. Kereta api itu melayang, tanpa ada aturan jalan seperti rel pada umumnya.

Disaat aku hendak menerawang lebih lanjut saat itu, rasa kantuk memenangkan diriku. Pelahan, kesadaranku tertelan oleh kantukku. Seluruh kesedihanku tentang apa yang menimpa kami, terlupakan sejenak dalam tidur. Suara itu menguasai keheningan, dan hari itu aku bermimpi bermain kembang api bersama Kakek dan Nenek.

***

28 April 2016.

Cindyana's Note

Hola semua! Gimana pendapat kalian? Komen doong

BTW, ketemu cerita ini dimana? :)

Sila kunjungi cerita saya yang lain~

LFS 2 - RED STRING (end) - Teenfict-Fantasy
Sila dibaca setelah selesai membaca Air Train <3

DN - Paranormal

The Lost Memories - Fantasy

Flashback - TeenFict

.

.

.

MIZPAH - Isekai Fantasy
Flora tiba-tiba terbangun di sebuah jalur rahasia di kerajaan asing. Lalu tanpa mampu berbuat apapun, dia malah menjadi tahanan yang akan digantung mati. Bukan hanya Flora yang merasa janggal, pangeran dari kerajaan itu juga merasa begitu.

APPETENCE - Isekai Fantasy
Carmelize selalu mendapat mimpi tentang kerajaan di suatu tempat. Yang dapat melihat keberadaannya hanyalah putri dari kerajaan itu. Mereka berteman baik, sampai akhirnya bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-11, Carmelize mengetahui rahasia gelap dari putri itu. Sejak saat itu, dia berhenti bermimpi.

ZEMBLANITY - Isekai Fantasy
Ryena ditunjuk menjadi penyembuh ketika dirinya nyaris terjatuh di jurang. Dewi Penyembuh memberikannya beberapa kekuatan dan tentu saja alasannya untuk menjalankan sebuah misi yang tidak Ryena tahu pasti. Suatu hari Ryena diundang ke Kerajaan Cahaya untuk menyembuhkan putra mahkota yang sedang sakit. Lalu, hal buruk terus terjadi setelahnya.


Huft. Capek banget ngeringkas ini, astaga.

C I N D Y A N A

C I N D Y A N A

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

LFS 1 - Air Train [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang