The Last Station - "The Final"

46.8K 5.4K 667
                                    

Dua tahun telah berlalu sejak kejadian itu.

Siang ini, cuaca panas tak terelakan terjadi di kota kami, tak terkecuali Sekolah SMA Permata. Saking teriknya siang ini, aku sampai yakin bahwa jika saja seseorang menyiram air di tengah lapangan basket, air itu akan menguap dalam beberapa menit saja.

Aku masih berhubungan cukup baik dengan grup 'Five RainWomen' sekalipun masalah yang muncul di sana benar-benar membuat sakit kepala. Aku bahkan tak tahu alasan mengapa grup chat itu masih saja bertahan meskipun sudah empat tahun berlalu sejak kejadian di halte. Mungkin karena kami berlima selalu mencoba untuk saling mengerti satu sama lain, entahlah.

Bahkan saat ini, di jam istirahat aku terus memperhatikan layar ponsel tanpa membalas pesannya.

Riryn selalu marah padaku dan Alenna karena kami berdua sangat jarang bergabung dalam chat. Tapi aku selalu membaca semuanya, meskipun notifikasi pesannya 999+ atau bahkan disaat mereka bertiga membahas hal yang sama sekali tidak kumengerti. Bahkan disaat Riryn mem-spam sticker untuk membuat ramai.

Beberapa kali aku bertemu mereka di tempat-tempat tertentu di kota ini, dan aku dapat menyimpulkan sifat mereka dari chat ataupun perkataan mereka saat kami bertemu secara langsung.

Metta. Dia seorang vegetarian, kami mengetahuinya saat kami memutuskan untuk bertemu dan makan bersama. Pernah, saat kami semua memakan burger dan menu junk food, dia hanya makan kentang goreng dan minum coke. Tidak tega, saat kami berada di cinema, kami memberikan semua popcorn caramel kami kepadanya. Metta murah senyum, baik hati, sangat optimis dan sangat sabar.

Riryn, dia yang paling konyol di antara kami berlima. Riryn sangat ceria, humoris dan benar-benar bisa membuat sekelilingnya tertawa karena ulahnya. Maksudku, siapa yang berbicara pada semua benda mati yang ada di sekelilingnya? Kalau ada, orang itu pasti Riryn. Bayangkan saja, saat di bioskop waktu itu, dia berbicara dengan bangku kosong di sampingnya, di depannya, berbicara dengan minumannya dan juga tasnya!

Baiklah, ke Clay yang sedikit lebih kalem daripada Riryn. Sepertinya Clay selalu insomnia malam-malam, sebab kantung matanya itu selalu tampak kentara meski dia telah menutupinya dengan...ah, apa itu namanya. Oh, Foundation, ingatkan aku kalau aku salah. Dan dia lebih sering muncul di grup tengah malam, gaib tapi nyata, kalau kata Riryn. Riryn sepertinya juga sering insomnia, karena dia sering sekali membalas chatting Clay malam-malam. Bedanya hanya, Riryn tak tampak kantung matanya dan selalu terlihat ceria meski punya kulit yang sedikit pucat.

Alenna. Kudengar dia bersekolah di salah satu SMA Favorit yang hampir kumasuki dulu. Alenna masih sama, pendiam, tapi tak separah dulu-aku juga begitu sih-Sepertinya terkaan Riryn memang benar, Alenna sudah mempunyai pacar. Kadang Riryn suka menyindirnya terang-terangan di chat grup, apalagi saat malam minggu dan Alenna tidak muncul. Padahal setelah dipikir-pikir, di malam kapanpun Alenna tidak pernah benar-benar muncul. Dia hanya mengirimkan satu stiker, stiker dengan beruang coklat yang berekspresi datar sedang menangkap kupu-kupu. Alenna sekali.

"Ra, mantengin handphone mulu," tegur Gracia sambil menepuk bahuku, aku sedikit terperanjat juga saat melihatnya membawa mapan dengan dua mangkok bakso dengan satu tangannya.

"Ah, thanks." Aku meletakan ponselku di meja dan menerima mangkok yang diberikan Gracia.

Gracia duduk, "Lagi nungguin chat doi ya?"

"Doi apa?" Aku mengerutkan kening, "Siapa Doi?"

Gracia menatapku datar, lalu mengambil saos dan kecap tanpa berkata apa-apa. Akhirnya yang kulakukan hanya mengikutinya, memasukan saos dan kecap secukupnya dan memakannya tanpa suara. Ya, kebiasaan makan tanpa mengobrol masih kubawa terus, sih.

LFS 1 - Air Train [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang