satu

8.1K 263 38
                                    

"Yi, udah dimana?"

"Masih di jalan, Pan. Macet. Duluan aja."

"Buruan, ya. Gue sendiri nih."

"Iya-iya."

Sambungan terputus. Aku melepaskan handsfree dari telingaku dan meletakannya di laci dashboard. Kulihat lampu rambu lalu lintas masih berwarna merah.

Andai saja aku berani menerobos kawanan kendaran disini, 5 menit akan kutempuh ke tempat resepsi Kika dan Rehan yang diselenggarakan di hotel.

Aku membanting setir, begitu ada sisi kosong kekanan, dan langsung menginjak rem ketika ada motor lewat dengan kencangnya. Hampir.

Gak lucu kalau aku tiba-tiba menambrak seorang pengendara motor dengan waktu mepet begini. Apalagi kendaraan lain belum juga menunjukkan tanda-tanda akan mengalah padaku.

Ya Tuhan...

===

Aku meminum fruit punch digelasku sambil melihat sepasang manusia di depan pelaminan yang tengah berbahagia itu.

Kini, Kika mengikuti jejak Putri yang meninggalkan masa lajangnya di umur kurang 25 tahun.

Terharu.

Usai acara bersalam-salaman dan mengucapkan selamat dengan Kika dan Rehan, aku kembali duduk di antara banyakanya kursi kosong disini. Hanya sendiri. Tadinya, Pani menemaniku. Tapi ia sudah lebih dulu pulang.

"Boleh saya duduk disini?"

Aku menoleh keasal suara. Melihat seorang lelaki berdiri di dekat mejaku. Sebentar aku menoleh kemeja lain yang juga kosong.

"Boleh."

Lelaki berjas itu duduk dihadapanku. Matanya fokus melihat benda tipis ditangannya. Entah apa yang dikerjakannya. Kurasa, ia termasuk orang sibuk. Hingga menyempatkan waktunya bekerja disaat kondangan seperti ini. Miris.

Aku masih meneliti laki-laki itu. Sampai ia mengalihkan wajah dari iPadnya dan melihatku. Aku sontak memalingkan muka ke pelaminan.

Bego. Sekaligus malu karena kegep. Bisa-bisa dia kegeeran lagi karena aku liatin?

"Kamu sendiri?" tanyanya padaku.

Aku kembali melihatnya lagi. "Tadi sama temen, tapi dia duluan pulang." jelasku. "Kamu?"

Please, Abigail. Emang lo liat dia lagi berdua sekarang?

"Iya. Kalau gitu, saya duluan."

Aku mengangguk dan tersenyum sopan. Bagaimana pun juga dia adalah tamu Kika dan Rehan.

Laki-laki itu sudah hilang diantara kerumunan tamu lain. Aku menghela nafas panjang. Hampir tak terhitung aku sudah melakukannya berapa kali untuk hari ini.

Aku menemui Kika dan Rehan lagi sekaligus pamit pulang. Langkahku keluar dari lobby, menuju parkiran mobil.

Lagi, aku menghela nafas melihat keadaan mobilku yang begitu mepet dengan mobil Fortuner hitam dibelakang mobilku. Mataku langsung mencari keberadaan satpam hotel disini atau tukang parkir.

Hotel mewah gini masa parkir aja gak becus, sih?

Dalam hati, aku mengira-ngira jarak mobilku dan mobil Fortuner dibelakangku. Mobilku begitu terjepit sekarang. Mana didepanku tembok. Masa aku sosor gitu aja temboknya?

Pelan, aku menginjak gas mundur. Dan... BRUK! Bahuku langsung merosot begitu mendengar suara gaduh dari belakang mobilku.

Sumpah, demi masa lajangku! Aku gak siap liat keadaan mobilku dan mobil dibelakangku itu sekarang.

Seseorang mengetuk kaca jendelaku. Dia menyuruhku turun. Aku menurut, dengan wajah harap-harap cemas. Siapapun, musnahkan aku detik ini juga.

"Kamu lihat ada mobil saya dibelakang mobil kamu?" tanyanya.

Aku menelan ludah. Melihat seseorang didepanku yang sudah merubah imagine dirinya sendiri untukku dari beberapa menit yang lalu. Ya, dia laki-laki yang ijin duduk dihadapanku tadi.

"Sorry. Mobilku mepet. Lagian tukang parkirnya juga kemana, sih?" tanyaku mulai kesal.

Kenapa aku merasa jadi disalahin?

Laki-laki itu tidak menjawab. Ya memang itu bukan pertanyaan untuknya. Ia berjalan ke tempat 'kejadian', melihat bagian belakang mobilnya dan juga mobilku.

Mulutku menganga. Parah. Aku bahkan mengalihkan wajah melihat keadaan mobilku yang tak dapat dijelaskan lagi.

"Kamu harus ganti rugi." ucap laki-laki itu.

Aku berkacak pinggang, tak terima. "Apa? Mobilku juga kena. Kenapa harus aku yang ganti rugi?" tanyaku.

Laki-laki itu tidak merespon lagi. Kurasa mulutnya hanya mengeluarkan ucapan hal yang penting saja.

"Harusnya kamu juga tau, perempuan bukan ahli buat maju-mundur mobil diparkiran." kataku.

Dia mengernyit mendengar ucapanku. Apa aku salah ngomong?

"Kalau gitu," laki-laki itu mengeluarkan kartu namanya dari dashboard mobilnya dan menyerahkannya padaku. "Ini kartu nama saya. Hubungin ini kalau kamu sudah siap mengganti rugi." lanjutnya.

Rahangku nyaris turun mengenai aspal. "Hei, mobilku juga korban disini."

"Saya akan mengganti rugi mobil kamu, dan begitu pun sebaliknya. Saya harap kamu mengerti, karena saya sedang buru-buru sekarang."

Aku bungkam sesaat, salah mengartikan maksud ucapannya. "Yaudah, pokoknya kamu jangan lari!" seruku.

Laki-laki itu mengangguk, pamit pergi, dan meninggalkanku bersama mobil Fortuner nya.

Aku kembali melihat mobil Kecilku yang malang.

Ya Tuhan. Aku tidak sanggup melihat ini.

===

Pic dimulmet itu buat yang penasaran atau yang ga tau sama Lee Sung Kyung x))

Mistake On RopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang