enam

2.8K 171 26
                                    

"Coba ini."

Resa memberikan sebuah gaun pengantin padaku. Aku mengambilnya, menautkan gaun putih itu ketubuhku, kulihat pantulan seseorang dicermin.

Sesuai janji kemarin malam di telepon, aku datang ke butik Resa. Ia adalah teman semasa SMA-ku yang sekarang menjadi designer khusus baju pengantin. Resa memilihku sebagai model gaun pengantin terbarunya yang akan dipamerkan Sabtu ini.

"Cocok, Res?" tanyaku.

Masih sibuk memilah gaun yang lain, Resa menoleh padaku. "Lo coba pakai, gih. Biar lebih keliatan cocok." usulnya.

Aku menurut. Masuk keruang ganti sambil membawa gaun yang dipilih Resa. Kulepaskan semua pakaianku, menggantinya dengan gaun. Kemudian aku keluar dari ruang ganti.

"Gimana?"

Resa yang duduk di sofa, menoleh keasal suara. Ia menghampiriku sambil tersenyum binar.

"Gak salah pilih." Komentarnya membuatku tersenyum sejenak. "Kurang pengantin cowoknya aja, sih." Lanjut Resa.

"Sialan."

Resa menyengir, mendorongku untuk berdiri didepan cermin. Aku menurut dan nyaris tak mengenali diriku begitu melihat pantulan seseorang dicermin.

Gaun yang memiliki bentuk leher V, dengan bahu ditutup kain brokat putih, panjang gaunnya tidak sampai menyeret, sekedar menutupi mata kaki, dan tidak terlalu mengembang. Tidak mewah, namun terlihat menawan.

"Pokoknya lo jangan lupa Sabtu ini, Yi." ujar Resa ketika aku sudah mengganti pakaianku.

Aku mengangguk. "Tenang aja. Gue gak bakalan lupa. Kalau mau, gue buat alarm biar lo tenang."

Resa tertawa. "Iya, deh. Gue percaya."

Aku duduk di sofa dalam ruangan itu. Begitu banyak gaun pengantin disini, dan modelnya berbeda-beda. Mulai dari yang 'sangat cantik' sampai yang 'cantik'. Melihat ini, aku jadi ingin cepat menikah.

"Btw, lo sekarang sama siapa?" tanya Resa tanpa melihatku. Ia sibuk merapikan gaun yang di patung, kemudian ikut duduk disampingku.

Aku mengernyit, bingung. "Pacar maksudnya?"

"Ya, siapa lagi?"

"Belum, masih kayak dulu aja." jawabku. "Kenapa? Mau ngenalin gue ketemen cowok lo?" tanyaku langsung.

"Boro-boro! Gue aja masih sendiri."

Aku tergelak, mengangguk setuju.

"Tapi boleh, deh. Ntar gue kenalin." Resa menepuk pahaku.

"Serius?" tanyaku, sedikit antusias.

"Iya, tapi gue gak janji."

"Gak perlu pinter bisnis, yang penting pinter dikamar aja."

Resa berdecak. "Ambigu banget lo. Gue cariin yang pinter di ranjang, deh."

Lagi, aku tertawa. Begitu pun Resa. Kami mengobrol apapun tentang masa sekolah dan kabar masing-masing selama tidak pernah bertemu. Kebanyakan cerita teman-teman kami yang banyak sudah menikah. Hingga seseorang menyela.

"Mbak Resa, ada tamu yang kemarin mau fitting baju." ucap seorang pegawai butik Resa.

"Suruh duduk dulu, Pun."

Gadis bernama Pupun itu mengangguk, keluar dari ruangan.

"Bentar ya, Yi." ucap Resa membuatku mengiyakannya.

Mataku mengekori bayangan Resa yang keluar dari ruangan. Sementara itu, aku mengecek handphone ku yang tak kupegang sejak beberapa jam yang lalu.

Mistake On RopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang