empat

3.1K 173 9
                                    

Trip kedua... Trip kelima... Pakaianku berganti-ganti. Sampai diakhir acara, aku beserta model lainnya keluar dari backstage, berdiri beriringan di depan stage.

Para tamu berdiri dari duduknya, bertepuk tangan pada model-model didepan mereka. Begitupun dengan para fotographer dan beberapa awak media, yang tak mau kalah menjepret momen dihadapannya.

Senyumku belum juga pudar. Kedua mataku menyapu para tamu yang datang, bisa kulihat Pani dan Kika berada disana. Tersenyum puas melihat penampilanku saat berjalan di catwalk tadi.

Bergilir, kami berjalan ke belakang tirai yang menuju backstage. Mbak Ariasa, yang berperan dalam pameran busana ini tersenyum puas pada kami.

"Greatly! I like it!" serunya.

Kami tersenyum, tak lupa mengucapkan terima kasih karena sudah memilih sebagai model rancangannya.

Setelah mengobrol sebentar, aku masuk keruang ganti, mengganti pakaianku dengan pakaian yang kukenakan saat pergi. Hanya kemeja big size berwarna ungu dan skinny jeans berwarna biru dongker, serta flatshoes berwarna gelap.

Aku menemui kedua temanku di lobby hotel Grandy, tempat pameran itu berlangsung. Mereka tengah menunggu di kursi panjang samping meja resepsionis.

"Hai." sapaku, berdiri dihadapan keduanya.

"Tadi itu lo keren banget!" seru Pani heboh.

"Mana badan lo molek lagi." kini giliran Kika menyambung, memukul pelan perutku yang rata.

Aku mengerdikkan bahu. "Gue gitu."

Dua pasang mata Kika dan Pani memutar bersamaan membuatku tertawa geli.

"Tumben nih pengantin baru yang abis honeymoon keluyuran." Kucolek dagu Kika, menggodanya.

Sejujurnya, aku terkejut dengan kehadiran Kika. Kupikir Kika masih ingin menghabiskan waktunya sepulang dari bulan madu beberapa hari yang lalu.

"Rehan lanjut ngantor. Ya, gue bisa apa selain gak kerja lagi, yaudah gue jalan selagi Rehan ngeizinin juga."

Aku dan Pani beroh ria. Sebentar aku diam, teringat akan sesuatu.

"Putri mana? Masih mual-mual, ya?" tanyaku, mengkhawatirkan kabarnya.

Terakhir kali kami mengobrol seminggu yang lalu, saat aku menelfonnya untuk ditemani kekantor Aldric, tapi tidak jadi. Di group chat juga dia jarang muncul.

"Ibu mertuanya datang, jadi sibuk-sibuk gitu." jelas Kika.

"Jadi gak bisa keluar, nih? Gue pengen hang out berempat."

Aku membuka pintu penumpang mobil Kika, Pani duduk di jok samping kemudi. Kika mulai melajukan mobilnya keluar parkiran hotel.

"Coba aja hubungin. Lagian mertuanya juga gak galak-galak amat kayak ibu kostan." Kika memberi karcis parkir ke tukang parkir melalu jendela sampingnya.

"Bentar, deh, gue telfon dulu."

Aku menoleh pada Pani yang menghubungi Putri, belum ada jawaban. Wajahku berpaling ke jendela, menatap jalanan pada siang hari yang terpantau padat.

Kulihat Kika mulai menghidupkan tape mobil yang tersambung ke handphone nya. Suara Brian McKnight terputar diawal.

First, first time I looked into your eyes

I saw heaven, oh, heaven in your eyes

Everything I did before you, wasn't worth my while

Mistake On RopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang