[21+]
===
Tangan Aldric menangkup pipiku, membuat wajahku mengadah. Sementara satu tangannya lagi meremas pantatku, lalu turun meraba pangkal pahaku yang mulai lembab.
Aku tak bisa menolak, kedua tanganku sudah mengalung dileher, balas menciuminya dengan nafsu.
He's a good kisser.
Aku sedikit melompat, melingkarkan kedua kakiku di pinggul Aldric, dan langsung ditahan dengan satu tangannya.
Entah aku berat atau tidak, Aldric langsung menggendongku keluar dari lift ketika pintunya sudah terbuka, kemudian menurunkanku di pintu apartemen. Aku bersyukur lorong apartemenku begitu sepi.
Aku yang sudah terkuasa oleh birahi, mengumpat ketika tak menemukan card key di tasku. Dengan keadaan genting seperti ini, benda laknat itu sulit ditemukan.
Aldric mengambilnya dari tanganku, mengerang ketika ia membukanya dengan gerakan siput. Begitu pintu itu berhasil terbuka, Aldric mengangkat tubuhku lagi sesudah menutup pintu menggunakan kakinya.
Ia membawaku kekamar, merebahkanku di tempat tidur, lalu menatapku sejenak. Tangan Aldric bertumpu di sisi kepalaku, menahan bobot tubuh agar tak sepenuhnya menindihku.
Aku bisa lihat bagaimana matanya menggelap, dikuasai oleh gairah. Sama sepertiku.
Aldric menyibak blush serta bra dari tubuhku. Matanya jatuh ke buah dadaku, menatap sebelum kepalanya merunduk disana. Nafasku tertahan merasakan Aldric meniup, lalu menggesek hidung mancungnya pada puncakku.
Aku tak tinggal diam, ikut bergeriak membuka kancing kemeja Adric, melepaskan lalu membuangnya sembarang. Kedua kakiku masih setia melingkar di perut Aldric, dengan sesekali menggesek bagian intimku ke kejantannya yang sudah mengeras.
Aku melepaskan ciuman Aldric, merasa tidak puas karena aku sudah full-naked sementara dia masih setengah. Dengan gerakan cepat, aku melepas sabuk dan menurunkan celana serta boxernya. Pupil mataku langsung melebar melihat bagian tubuh Aldric yang sudah mencuat.
"Bi."
Aldric menenggelamkan wajahnya dilekukan leherku. Aku memahaminya, mendorong tubuh Aldric hingga tertidur, lalu duduk di pahanya. Tepat didepan kejantannya yang tak sabar ingin kupuaskan.
"Don't teasing me."
"I'm not." balasku.
Aku memegang bagian tubuh Aldric, menggerakkan tanganku naik-turun, sambil sesekali mencium pucuk kejantanan Aldric. Dia terlihat pasrah, mulutnya terbuka seiring desahan yang lolos dari sana.
Aku mengulum batang milik Aldric, memainkannya dengan lidah didalam mulutku. Tubuhnya sedikit tersentak sewaktu kejantannya mengenai gigiku.
"Bi..."
Aldric mendorong kepalaku, sebelum sesuatu keluar dan membasahi sprei. Aku tersenyum puas dan dia menatapku tak terima.
Yeah, i'm winner.
Aldric menarik diri, mengangkat dan membaringkanku lagi dengan kedua paha terbuka. Ia mengelus kewanitaanku, menyusup satu jarinya disana. Spontan aku mendesau.
Ini bukan awalan, aku juga pernah mastrubasi, memasukkan vibrator atau jari kedalam vagina. Tetapi, aku tak lagi melakukannya semenjak disibukkan dengan jadwal juga tak mood-ku untuk self service.
Aku menjauhkan tangan Aldric sebelum sesuatu dibawah sana keluar. Aldric juga tidak protes sama sekali, memilih kembali mengacau kejantannya yang sempat 'tertidur', sebelum melesakkan ke kewanitaanku.
"Al."
Aku menggigit bibir bawah, menahan bahu Aldric supaya tak bergerak dulu. Ia sampai menatapku khawatir, mengelus pinggangku untuk mengurangkan rasa nyeri.
"Sakit?"
Aku menggeleng, tertawa dalam hati karena melihat mimik wajahnya.
Beberapa detik, Aldric mulai menggerakan pinggulnya. Menghujam bagian tubuhnya ke intimku. Kubenamkan wajah di antara leher Aldric, seraya mencengkram kuat punggungnya.
Aku mengerang, merasakan nikmat lebih dari vibrator yang berada dibawah sana. Aku tau mengapa perempuan sekarang lebih banyak melepaskan keperawanan di masa muda mereka.
Hampir klimaks, Aldric mempercepat tempo, menciumi bibirku. Aku menggigit bibir bawahnya tak tahan, membuat Aldric meringis kesakitan.
Hingga pelepasan, mataku terbuka, mendapati Aldric menatapku dengan nafas terengah-engah. Tanganku beringsut ke dada Aldric yang naik-turun, lalu naik mengelus tengkuknya.
Kutangkup pipinya, mendekatkan wajahnya denganku hingga dahi kami saling menempel. Aku mengecup bibirnya lembut, dengan mata terpejam guna menikmati hembusan nafasnya yang menerpa kulit wajahku.
Beberapa saat suasana menjadi hening. Aldric melepaskan kontak tubuh, lalu berguling kesampingku. Bisa kurasakan, kakinya menarik selimut untuk menutupi tubuh kami. Aku menarik selimut lebih erat, membelakangi Aldric tanpa menoleh sekalipun. Entah dia sudah tertidur atau belum.
Aku masih berusaha mencerna kejadian barusan, dengan setengah mengantuk. Seingatku, aku dan Aldric tak ada memesan minuman alkohol lainnya ketika makan malam tadi. Aku dan dia sama-sama sadar melakukannya.
Mataku yang hampir terpejam kembali terbuka kala tangan Aldric melingkar di pinggang, dan menarik sampai punggungku menyentuh dada polosnya.
"Good night, Bi."
Hanya kata itu yang dapat kudengar sebelum aku benar-benar pulas dan terbawa kealam mimpi.
===
Mataku terbuka, sedikit terbelalak melihat wajah seseorang didepanku. Aku menggerakan tubuh yang terasa kaku. Ternyata, satu tangannya masih melingkar diperutku dengan posisi tubuh telengkup dan wajah mengarah padaku. Ia masih tidur.
Aku menyingkirkan tangannya pelan, takut membuat Aldric terbangun. Kuletakkan disisi tubuhnya. Lalu diam, meneliti wajahnya yang begitu adem. Dia tak mengeluarkan dengkuran apapun.
Sesaat pandanganku jatuh ke punggung polosnya yang tak tertutupi selimut. Jelas, aku bisa melihat tato naga yang selalu mengintip di balik kemeja kerja Aldric.
Aku bangun, mengutip pakaianku dan Aldric di lantai. Kugantung pakaiannya, lalu meletakkan pakaianku di tumpukan pakaian kotor. Setelah itu aku masuk ke dalam kamar mandi, berniat membersihkan diri.
Selesai mandi, aku tidak langsung keluar, melainkan duduk di kloset hingga hampir sejam. Tanganku memegang handphone yang membuka aplikasi kalender. Seingatku ini bukan masa subur. Kuharap begitu.
Saat aku keluar, aku mendapati Aldric duduk di bibir kasur dengan pakaian sudah lengkap ditubuh. Dia menoleh, tak menunjukkan ekspresi padaku.
"Kamu mau sarapan?" tanyaku, berbasa-basi.
"Saya harus pulang. Ada sesuatu yang ingin dikerjakan."
Aku masih berdiri di depan pintu kamar mandi, tersenyum masam dan mengangguk. "Hati-hati."
Aldric tidak membalas.
Aku mendekati lemari, mengambil beberapa helai pakaian, lalu kembali masuk kekamar mandi.
Ketika keluar, aku tidak menemukan Aldric di kamar dan diruangan manapun. Ia sudah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake On Rope
RomanceSeseorang pasti memiliki ikatan tali masing-masing. Entah kapan tali itu akan mengikat, yang pasti keduanya akan saling cocok. Tidak denganku, tali-ku salah. Hingga menjadi tali kekang. [21+] nb: karena pemberitahuan wattpad (mulai dr tanggal 19 Sep...