[21+]
===
Aku terbangun karena alarm handphone. Tanpa bangkit, kuulurkan tanganku ke nakas, mematikan alarmku sebelum bunyinya membangunkan manusia kerbau di sampingku. Dia terlihat pulas dengan posisinya yang memelukku, dan kaki kami yang saling menimpa.
"Al." lirihku, dan tidak mendapat respon apa-apa. Hingga aku menggigit kulit rahangnya pelan, membuat Aldric terbangun.
Tangannya mengucek mata sambil sesekali mengerjap. "Hm?"
"Bangun, udah siang." kataku, mengecup kelopak matanya.
Alis tebal Aldric saling bertaut, seraya melirik ke arah jendela. Setelah itu, dia berbalik badan dan melanjutkan tidurnya.
"Heh! Kok tidur lagi?"
Aku melingkarkan tangan di pinggangnya langsung sambil mencium tengkuknya, menghisapnya hingga meninggalkan satu bekas di sana.
"Bangun, gak?!" Ancamku.
Justru Aldric semakin menarik tanganku, memperat pelukanku di tubuhnya.
"Banguuuun!" Teriakku.
"Berisik, Bi." Satu tangan Aldric mengambil bantal untuk menutup kepalanya.
"Biarin!" Kujauhkan bantal itu supaya bisa menggigit daging telinganya, satu tanganku lagi mulai menyusup ke balik kaus Aldric. "Bangun." ucapku lagi, mengusap perutnya dan mengecup belakang kepalanya. "Kalau gak, aku bangunin yang di bawah, nih?"
"I-iya iya, bangun." Aldric menyerah, bangun dan merubah posisinya menjadi duduk dengan kedua mata masih tertutup.
Aku tertawa kecil, mencium bibirnya sekilas, dan tidur lagi. "Gitu aja sampe sore."
Dia berdecak, mendorong tubuhku. "Bikin sarapan, gih."
Aku menarik tangannya menyebabkan Aldric kembali berbaring di sampingku. "Gak terlalu cepat?" tanyaku, memeluknya.
"Kecepatan apa?"
"Kecepatan bangunnya, Al."
Aldric melirik kebelakangku, tepat mengarah ke jam dinding, "Nggak, Bi." Tangannya mendorongku lagi. "Sana buat sarapan."
"Bentar lagi."
Aku mencoba memejamkan mata, merasa Aldric ikut melakukannya. Kurasa tidur semalam sudah cukup. Kudekatkan wajahku pada Aldric, merasakan hembusan nafas yang hangat, hingga bibir kami bertemu.
Mataku kembali tertutup sejak Aldric menghisap bibir bawahku. Aku membalas perlakuannya, memindahkan satu tanganku ke belakang kepalanya, dan memilin anak rambutnya di sana. Tangan Aldric mengelus pinggangku dari dalam selimut, kemudian naik ke punggungku dan bermain di karet braku. Biasanya, aku tidak memakai benda sempit itu jika Aldric menginap di sini. Kedatangannya semalam membuatku lupa melepaskannya.
Aku melepaskan tautan bibir kami.
"Kenapa?" tanyanya, ada nada kecewa di sana.
"Mau liat kamu tidur." Aku mengelus pipi Aldric pelan dengan ibu jari, dan berhenti di bibir bawahnya. Dia menghisapnya, membuatku refleks menggigit bibir bawahku.
Aldric memasukkan satu tangannya ke dalam bajuku. "Kamu aja duluan tidur."
"Terus, kamu cari kesempatan gitu?"
Tangan Aldric mengelus punggungku. "Kesempatan apa, hm?" tanyanya berbalik, kemudian mengecup bibirku.
"Kesempatan dalam kesempitan." candaku. "Olahraga, yuk. Tapi aku mau langsung ke inti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake On Rope
RomanceSeseorang pasti memiliki ikatan tali masing-masing. Entah kapan tali itu akan mengikat, yang pasti keduanya akan saling cocok. Tidak denganku, tali-ku salah. Hingga menjadi tali kekang. [21+] nb: karena pemberitahuan wattpad (mulai dr tanggal 19 Sep...