Theater ;; H.Styles

0.8

"Ganyangka ya Sa kita dua bulan lagi UN. Bentar lagi lulus. Lo ke Amerika dan gue ke Inggris. LDR dong ya kita."

"Gausah sok mellow su. Bikin terharry aja"

"Terharu goblok" jawabnya sambil menoyor kepalaku.

"Mulutnya."

"Lo juga kali, Sasa sayang."

"Yakin nih kita LDR"

"Yakin lah, sia-sia dong 14 bulan kita kalau LDR aja gak yakin."

"Eh tapi menurut gue LDR tuh gak nyata bgt tau"

"Gak nyata gimana sih, hm?"

Sekarang kami sudah duduk di taman sekolah. Sambil ngobrol unyu, dan agak serius karna sebentar lagi kita akan menjalani hubungan jarak jauh, kalau kata anak-anak jaman sekarang sih LDR.

Aku memutuskan untuk meninggalkan Jakarta dan kuliah di Amerika, sedangkan Harry memutuskan untuk berkuliah di Inggris.

"Bengong mulu sih Sa"

"Eh iya-iya"

"Iya doang lagi jawabannya. Gue dari tadi nungguin lo jawab malah cuman jawab iya lagi si dugong."

"Nanya apa tadi?"

"Tau ah ngambek"

"Yeu sambalado alay" kataku sambil tertawa dan memeluknya dari samping.

"Pendapat lo tentang LDR"

"Oh itu." aku manggut-manggut sambil memanyunkan bibirku.

"Jadi, menurut gue. Ldr tuh basi banget. Sebesar apapun rasa percaya pasangan, pasti ada negthink nya"

"Lo negthink sama gue?"

"Hm...... ya belum sih"

"Jadi?"

"Gue cuma takut aja, nanti kita LDR. Gue bakal jarang liat lo, dan sebaliknya. Nanti kalau lo macem- macem, gue kan gatau."

"Gabakal macem-macem gue. Gue inget kalau gue udah punya lo" jawab Harry sambil mengelus rambutku. Aku masih ada dipelukannya.

"Ah yang bener?"

"He-em"

"Jalan yuk Har, bakal kangen banget ntar gue jalan sama lo."

"Kalimatnya ituloh, gausah sok galau napa."

"Emang galau"

"Ish, yaudah yuk jalan aja. Daripada lo galau terus" sekejap kemudian, Harry sudah berdiri dan menggandeng tanganku.

"Mau kemana kita?"

"Gunung, bukit, lembah, rumah Swaiper" jawabnya sambil mengikuti logat dora. Membuatku tertawa dan sedikit melupakan ke-galauanku.

"Gitu dong ketawa, kan cantik" ucapnya sambil mencium pipiku singkat.