BAB​ 4: FREE

469 143 59
                                    

Ardhan POV

Aku melangkahkan kaki secepat mungkin keluar dari ruang rapat setelah sesaat sebelumnya menutup rapat penting seenaknya. Astaga, benar kah dia disini? Apa dia sudah gila? Para bawahan ku melihatku dengan perasaan penuh heran dengan sikap ku yang terkesan tergesa-gesa barusan sangat bertolak belakang dengan keseharian ku yang biasa yang lebih terkesan dingin dan berwibawa. Persetan!

δᴗδ

Radha POV

"Dok, tolong lah. Saya sudah sehat dan saya bosan disini. Saya mau pulang!" Aku merengek kepada dokter yang sudah beberapa hari ini terus merawatku.

Dokter muda dihadapan ku saat ini terlihat melepas kaca matanya. Dia terlihat berfikir sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaanku.

"Saya tau dokter cemas terhadap kondisi kesehatan saya. Tapi tolonglah, Dok, percaya sama saya. Kalau saya tidak akan kembali ke rumah sakit ini dalam waktu dekat." Ucapku sambil terkekeh.

Dokter itu terlihat tersenyum sekilas. Tampan. Hey, aku hampir saja masuk dalam pesona dokter muda ini. Dan di detik kemudian aku mulai merutuki ketololanku barusan.

"Baiklah. Tapi saya akan menghubungi temanmu yang selama ini menjaga mu itu agar dia menjemputmu kesini sekarang."

"Jangan dok, Please! Saya sudah teralu lama menyusahkanya dan saya tak mau menyusahkannya lagi. Believe me. I am strong. You may be looked at me when i was so weak but now I am better!" Aku terus merengek berupaya mendapatkan kepercayaannya melalui argumenku barusan.

"Baiklah" Dia mendesah pasrah.
Aku tersenyum puas karena jawaban dokter muda yang tampan itu.

Eiiith, you must can control yourself, Rad. Omelku tepatnya untuk diriku sendiri.

Setelah merapihkan diri, aku pun bergegas keluar dari tempat dimana aku dirawat beberapa hari terakhir ini. Aku memutuskan untuk harus bisa lebih tegar dari sebelumnya, dan yang terpenting aku harus bisa melewati hari- hariku setelah ini. Aku tersenyum sekilas saat tiba-tiba bayangan tentang Ardhan muncul dalam pikiranku. Aku tak habis pikir bahwa dia bisa mendapat ide berbohong kepada keluarga ku dan mengatakan bahwa aku mendapat tugas ke luar kota selama 5 hari kerja. But, wait.. 5 hari?? Sesalku yang akhirnya menyadari ketololanku untuk cepat-cepat meninggalkan rumah sakit. Oh, dear, harus dimana aku menginap malam ini?

Ardhan, kau harus tanggung jawab! Batin ku dalam hati. Secepat itu aku berubah pikiran dan menyalahkan Ardhan tentang alasannya berbohong ke keluargaku.

Aku menghela nafas dengan kesal. Bagaima tidak, aku tak punya ide tentang dimana aku harus menghabiskan malam ini. Hanya satu tujuan yang terlintas di otakku saat ini. Dia- ya dia harus tanggung jawab.

Ku keluarkan ponselku dan mulai memainkan beberapa permainan yang ada di dalamnya. Di hadapan ku kini sudah terdapat sepiring nasi goreng yang baru saja di hidangkan pelayan caffetaria. Yah, aku memutuskan untuk pergi ke kantor Ardhan sesaat aku menyesali keputusan ku untuk keluar dari rumah sakit pagi ini. Dan sekarang, aku berada di salah satu caffetaria yang ada di kantornya.

Ku edarkan pandangan ku ke sekeliling ruangan. Tempat ini lebih cocok di bilang restoran mewah di bandingkan sebutan caffetaria. Aku menghela nafas agak kasar. Lagi lagi menyesali kebodohanku hari ini. Disaat tabunganku yang sudah sangat tipis, mengapa juga sekarang aku ada di restoran mahal ini.

"Kamu dimana, Ar? Aku ada di kantin kantor mu ya." Segera ku kirim pesan itu ke nomor ponselnya dan aku melanjutkan aktivitas makan ku.

Rasanya mood ku hari ini sudah jauh lebih baik daripada kemarin. Dan tentu saja, hari ini aku merasa sangat lapar setelah beberapa hari ini aku benar-benar kehilangan nafsu makan.

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang