BAB 12 : JATUH CINTA

291 31 23
                                    

Pria itu berjalan santai ke arah dapur sambil terus menatap wanitanya yang sedang memasak sambil asik mendengar musik dari earphone yang terpasang di telinganya. Tubuh wanita cantik itu dibalut dengan kemeja putih lengan panjang yang tampak kelonggaran dengan dua kancing bagian atasnya yang sengaja dibiarkan terbuka. Sedangkan kaki jenjangnya sengaja di ekspos dengan hanya menggunakan hotpants.

"Cause you are the one for me and i am the one for you. You take the both of us." Suara indah wanita itu terdengar pelan namun sangat merdu disertai dengan goyangan kecil dari tubuh mungilnya.

Wanita itu masih asik dengan aktivitasnya saat ini. Sampai-sampai dia tidak menyadari keberadaan orang lain disekitarnya.

"Lagi masak apa?" tanya Ardhan sambil memeluk tubuh mungil wanita itu dari belakang dengan tiba-tiba, sehingga membuat wanita itu terkejut dan spontan melepas earphone dari telinganya.

Wanita itu- Annabelle, langsung membalikan tubuhnya dan menatap lekat tubuh shirtless milik Ardhan. Sedangkan Ardhan justru menatap lurus ke dalam manik mata milik Annabelle yang bewarna coklat cerah. Jemarinya berjalan menyusuri helai demi helai rambut panjang milik wanita cantik di hadapannya kini.

"Apa ada yang salah dengan tampilanku?" tanya Annabelle gugup. Dia cemas kalau ada secuil saja dari dirinya yang tidak disukai oleh Ardhan.

"Enggak ada kok," ucap Ardhan dengan senyuman miring ciri khasnya.

Ardhan menatap Annabelle sangat lekat. Ya, wanita itu memang sangat cantik meskipun dengan tampilan yang seadanya saat ini. Rambutnya diikat asal dengan menyisakan sedikit rambut yang menjadi pemanis di pipi kanan dan kirinya sedangkan wajahnya dibiarkan polos tanpa make-up. Merekapun saling beradu pandang dan suasana apartement model studio ini mendadak sunyi.

"Nasi gorengnya gosong tuh," ucap Ardhan sambil menunjuk ke arah penggorengan.

Hampir saja Ardhan dibuat tertawa oleh reaksi terkejut yang berlebihan dari Anna. Wanita itu terlihat begitu kaget tadi dan dengan wajah cantiknya yang memelas dia langsung tergesa melihat ke arah kompor. Lucu!

"Astaga!" ucap Anna sambil salah tingkah, "Aku akan memasaknya lagi. Kamu tunggu saja di meja," lanjutnya kemudian sambil terus berkutik di kompor.

"Oke. Masak yang enak ya." Ardhan memberikan ciuman singkat di pundak Anna sesaat sebelum dia berlalu.

Punggung yang semakin menjauh itu tidak bisa berhenti ditatap oleh Anna dan ciuman singkat itu seolah masih sangat terasa. Anna menarik napas dalam-dalam untuk menormalkan detak jantungnya yang saat ini bekerja ekstra. Oh, dear.

15 menitpun berlalu dengan cepat. Kini nasi goreng itupun sudah tersaji cantik di piring dan siap untuk dimakan. Anna sangat berharap kalau Ardhan akan menyukai masakan buatannya. Maklum, sebagai putri tunggal dari keluarga kolongmerat tanah air, Anna selalu hidup dimanja dengan berbagai fasilitas mewahnya sehingga sangat jarang memasak.

Mata itu terus memancarkan aura bahagia, sampai ia melihat prianya sedang asik tersenyum dan bercanda ria di telepon yang entah dengan siapa. Mendadak, hatinya merasa sakit. Dia sadar kalau dia tidak pantas cemburu karena memang Ardhan bukan miliknya. Mereka bahkan baru saling mengenal beberapa hari lalu di sebuah pesta dan memutuskan untuk bersenang-senang bersama. Seperti yang sering dia lakukan bersama pasangan kencannya yang lain. Namun, ternyata dia salah. Hati adalah organ tubuh paling liar yang sangat sulit ditakhluki meskipun oleh pemiliknya. Dia telah jatuh hati.

"Aku lagi di apartemen nih.... Kamu udah makan?...... Hayolah jangan seperti anak kecil atau aku harus kesana untuk menyuapimu, hah?.... Comme on, jangan buat aku cemas.... Kau sudah kurus untuk apa ingin lebih kurus lagi?... Kapan kamu akan bergabung di kantorku, Rad?" Anna dapat mendengar semua ucapan Ardhan ditelepon dengan sangat jelas. Pria itu bahkan tidak berhenti tersenyum meskipun hanya berbincang di telepon. Entah mengapa itu terlihat miris di mata Anna.

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang