BAB​ 7: HUG ME, PLEASE

428 85 116
                                    

Radha POV

Kepala ku terasa sangat pusing. Butuh waktu sekitar 5 menit untuk memulihkan penglihatanku. Aku mencoba melihat kesekeliling ruangan dan sadar bahwa ini merupakan tempat asing untuk ku. Tiba-tiba rasa takut dan bersalah menyelimuti ku saat bayangan mengenai kejadian semalam terlintas begitu saja di otakku. Tangisan pilu pecah dari mataku. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa diriku akan jatuh pada pria hidung belang yang bahkan namanya saja belum ku tahu.

"Kamu sudah bangun?"

Aku kaget mendengar tiba-tiba ada suara berat milik seorang pria dan spontan menarik selimut untuk menutup tubuhku.

Hey, tunggu.... Aku merasa mengenal suara ini.

Aku mendongakkan wajahku ke asal suara dan sangat terkejut ketika melihat siapa yang baru saja berbicara dan dia shirtless.

Dia duduk persis dihadapanku dan mengelus rambutku. Aku tidak menapisnya karena sebenarnya aku masih benar-benar bingung dengan apa yang terjadi semalam. Tepatnya takut.

"Jangan takut. Apa kau lupa siapa aku?" Tanya nya sambil menaikan salah satu alis matanya.

Tangisku terdengar semakin kencang. Dia benar-benar bad boy. Aku tidak pernah melupakanmu dan tidak akan pernah. Terlebih setelah apa yang mungkin dia perbuat padaku semalam, Batinku ngeri.

Lelaki itu menatap ku serius. Dia menaikan wajahku agar dapat melihat wajahnya. Prihatin. Itu yang dapat aku baca dari raut wajahnya.

"Apa yang ada di otak kamu semalam? Apa kamu se-frustasi itu ditinggal Steven?" Laki-laki itu masih mengelus rambut ku dengan lembut matanya memancarkan tatapan bersahabat.

"Ini dimana?" Aku mengacuhkan pertanyaannya.

"Kamar hotel," Lelaki itu memberikan sebuah obat pil dan segelas air mineral.

Aku tidak menggerakkan tanganku sedikitpun untuk mengambil pil itu dari tangannya. Aku terus saja menunduk. Aku benar-benar malu. Aku dengar laki-laki itu membuang nafas dengan kasar mungkin dia frustasi dengan tingkahku sekarang.

"Itu obat yang biasa aku minum untuk menghilangkan pusing akibat mabuk. Itu aman."

Aku mengikuti perintahnya dan segera menelan pil yang dia berikan lalu menyenderkan kepala ke dipan tempat tidur. Namun, tiba-tiba saja aku merasa mual dan ingin muntah sehingga aku berlari secepat mungkin ke kamar mandi. Aku menatap kaca yang ada di hadapan ku kini. Pikiranku diliputi oleh rasa takut yang semakin menjadi-jadi dan aku menangis.

Aku kembali ke ruang tidur, tempat dimana pria itu berada sambil terus menunduk. Semua spekulasi dan rasa takut tentang kejadian semalam berkumpul menjadi satu di otakku.

"Apa aku hamil? Apa yang terjadi semalam?" Aku beranikan diri menatap matanya. Wajahku pucat dan tampilanku acak-acakan.

Laki-laki itu tertawa dengan geli. Dia menatapku seolah ada yang aneh dengan penampilan ku sekarang,

"Tenang. You are still virgin, Rad. Rasa mual itu akibat pengaruh alkohol semalam." Laki-laki itu bangkit dari ranjang dan berjalan ke arah ku dengan masih terus tertawa.

"Jadi semalam...." Kata-kata ku terputus. Pikiranku benar-benar buntu saat ini.

"You are still virgin, Radha," Dia mengulang kata kata itu sambil memberi penekanan disetiap penggalan kata.

Aku merasa pipiku memanas. Wajahku pasti sudah seperti kepeting rebus. Aku menatap matanya mencari kebohongan yang mungkin tersirat dari sana.

"Kamu meragukanku? Come on! Aku gak mungkin bohong. Kalau terjadi sesuatu padamu semalam, kamu pasti merasa sangat nyeri di bagian bawah perut dan pastinya sudah tidak bisa berlari seperti sekarang. Oh ya, satu lagi, lihat pakaianmu juga masih utuh!" Dia menaikkan sebelah alis matanya lagi sambil tersenyum miring khas seorang pria yang sedang mencoba menggoda wanitanya, "Atau kamu memang berharap terjadi sesuatu semalam?" Lanjutnya.

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang