Radha POV
Aku sudah bertekad untuk tidak menyerah pada nasib dan tidak akan kalah hanya karena masa lalu yang pahit. Sehingga disinilah aku sekarang berada, di Holding Traco Industries yang merupakan kantor milik sahabatku, Ardhan.
"Pagi, Bu," sapaku ramah disertai senyum ke salah-satu resepsionis cantik dihadapanku.
"Selamat datang. Ada yang dapat kami bantu?"
"Saya ingin bertemu dengan Ardhan."
"Di di kantor ini ada 2 orang yang bernama Bapak Ardhan. Siapa nama lengkap orang yang Ibu maksud?" tanya resepsionis itu dengan nada yang sangat formal.
"Saya mencari Bapak Ardhan Immanuel. Apa dia ada?"
"Apa sebelumnya Ibu sudah buat janji?"
"Belum." Sebuah senyuman bodoh terlukis di wajahku. Entah sudah berapa kali aku memaki ke tololanku dalam hati untuk hal ini. "Tapi bisakah Ibu memberitahu Bapak Ardhannya dulu kalau saya ada di lobby?"
"Oke, akan saya sampaikan ke sekretaris beliau. Siapa nama lengkap Ibu?" Wanita cantik di hadapanku itu masih tetap dengan gayanya yang sangat formal meskipun aku yakin dia mulai meragukanku.
"Radha Anggraini" ucapku tegas. Beberapa detik kemudian aku dapat melihat dia menekan beberapa nomor dan mulai bercakap-cakap.
"Pak Ardhan sedang ada meeting di luar kantor selama 1 hari penuh. Ibu bisa kembali lagi besok."
"Oke." Sebuah senyuman sengaja aku berikan untuknya.
Aku berjalan memunggunginya dan duduk di soffa panjang yang ada di lobby. Sesungguhnya aku malas sekali kalau hari ini harus pulang cepat karena Ibuku tahunya aku sudah mulai bekerja lagi hari ini.
Aku menghela napas panjang sambil memandangi layar ponselku yang sedang tidak ada aktivitas apapun. Pikiranku mulai dipenuhi oleh berbagai kemungkinan tentang kejadian semalam antara Ardhan dan teman wanitanya. Aku menghela napas dengan agak kasar lagi. Aku menyadari kebiasaan buruknya tentang wanita dan kehidupan malam.
"Hai, Ar! Apa kamu sibuk?"
"Hei, Rad. Ada apa?"
Tunggu, bukankah dia sedang meeting? Batin ku.
"Kamu sedang apa?" tanyaku bingung.
"Sudahlah itu tidak penting. Kau sekarang dimana?"
"Lobby kantor mu"
"Jangan pergi kemanapun. Aku segera kesana."
Aku mengoceh dalam hati saat dia memutus sambungan ponsel seenaknya.
Aku membetulkan posisi dudukku. Rasanya kurang nyaman mendapati resepsionis cantik itu mulai memandangku dengan tatapan curiga. Aku mencoba memfokuskan diri ke para karyawan yang lalu lalang membawa dokumen. Mereka semua terlihat sangat formal dengan busana kerja yang mereka kenakan.
"Hai," Sapa seseorang dari arah belakang dengan pembawaan tenang. Dia lalu mengambil alih sofa yang berada tepat disamping ku.
"Kau meninggalkan meetingmu?"
Laki-laki itu tersenyum tenang, "Bagaimana kau tahu?" Dia terlihat mengerutkan kening sejenak.
"Jadi, apa yang dapat saya bantu, nona cantik?" godanya disertai tawa renyah.
Aah, aku merindukan tawa itu. Wait, tunggu.. Apa maksudku dengan kata merindukan? Sadar Radha! Wake up! Kamu baru saja gagal menikah, Batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
With(out) You
Romance[hiatus sementara tapi pasti di lanjut] Bagiku cinta tak lebih dari fragmen masa lalu yang harus dilupakan. Berhenti percaya tentang cinta adalah keputusan yg ku ambil setelah dicampakkan menjelang hari pernikahan. Begitu menyakitkan. Namun, mimpi u...