Chapter 5

6.1K 419 45
                                    


Thanks to @RianiDwi3 yang udah sadarin aku kalok bagian Calvin & Jean nya cuma sedikit :3 di chapter ini insyaallah bakal aku banyakin mereka.

-Jean POV-

Sudah seminggu aku tinggal di rumah Calvin. Dan rumah nya selalu sepi, kemana orang tua dan keluarganya yang lain?

"JEAANN! BIKININ GUE JUS SAWO!!" bentak Calvin dari kamarnya yang berada di lantai 3. Sedangkan aku sedang membersihkan badan di kamar mandi lantai 2. Walaupun berbeda tingkat, namun tetap saja suara Calvin terdengar sampai lantai 2. Aku pun langsung keluar dari kamar mandi dengan tergesa-gesa, sampai-sampai aku terpeleset di tangga. Lumayan sakit loh guys! Kalo kalian mau buktiin sendiri silahkan.

"Aduh Sawo nya udah busuk. Gimana ini?!" Aku pun segera naik ke lantai 3 untuk bilang kepada Calvin bahwa sawo nya sudah busuk. Ya walaupun kaki ku udah sakit gegara jatuh tadi.

TOKK..
TOKK..

"Sapa!?" Tanya nya. Untung saja aku sudah biasa dengan nada bicaranya itu.

"Ini aku, Jean. Aku mau kasih tau kalo sawo nya udah busuk. Mau di ganti apa?" Tanya ku lembut. Lalu terdengar suara pintu terbuka.

"Uaahh.." aku berteriak lalu menutup mukaku dengan tangan saat melihat sosok Calvin yang hanya bertelanjang dada dan bagian bawahnya hanya terlilit handuk.

"Ih loe alay banget sih! Cuma liat gue kayak begini aja teriak" ucapnya datar.

"Yaudah loe buatin gue es teh aja. Abis itu loe kudu nemenin gue main ps. Harus!" Perintah nya

"Tap..tapi kan besok ada ula.."

"Nggak ada tapi-tapi! Udah cepet sana buatin gue minum!" Bentak nya lalu menutup kasar pintu kamarnya. Aku hanya mematung lalu segera berlari menuruni tangga yang lumayan banyak.

Setelah selesai membuat es teh, aku pun segera mengantarkannya ke kamar nya Calvin lagi. Dan aku melewati sebuah kamar kosong yang gelap, yang sudah lama ingin aku lihat seperti apa isinya. Namun ku urungkan niat ku, karena aku takut apabila di marahi oleh Calvin.

TOKK..
TOKK..

"Masuk!" Perintahnya. Ku buka pintunya dan melihat nya yang masih bertelanjang dada namun sudah memakai celana basket.

"Uaaahhh!" Teriak ku (lagi).

"Ih loe kenapa sih? Udah sini masuk terus nemenin gue main ps" ucapnya. Berhubung aku nggak cepet-cepet mendekat, dia malah yang ngehampirin aku. Dia tarik tangan kiri ku, karena tangan kanan ku lagi bawa es teh. Aku pun terhuyung ke arahnya lalu muka ku bertemu dengan dada putih nya. Membuat pipir ku semakin merah. Ya tuhan, kenapa ini? Aku kudu inget kalo aku nggak boleh suka sama cowo yang muka nya hampir sama kayak 'dia'.

"Jean? Loe nggak papa kan? Kening loe agak panas" ucap Calvin lalu mendongakkan wajahku. Tumben Calvin baik ke aku, biasanya dia langsung dorong aku.

Aku pun mendongakkan wajah ke arahnya. Dan pasti kalian tau lah, muka ku semakin menjadi merah setelah melihat wajahnya dari bawah (karena aku hanya se hidungnya). Kulitnya yang putih, hidung mancungnya yang dapat membelah apa saja, mata cokelat berkilaunya yang sedang menatapku tajam.

Langsung saja aku dorong badannya karena saking malunya.

PYYAARRR..

Oh my god! Gelas yang aku pegang terjatuh dari tanganku saat aku akan mendorong Calvin. Aduh bagaimana ini, aku tidak ingin di marahi lagi. Sudah cukup aku tersiksa seperti ini.

"Ma..maafkan..ak..aku" tubuhku gemetar. Aku takut sekali.

Apa kalian tau? Selama aku berada di sini aku tidak hanya di bentak dan di marahi saja, namun dia juga memakai kekerasan. Dan kalian tau kenapa aku tidak melaporkannya ke orang tua ku atau adikku?
.
.
.
.
.
Karena wajah nya, iya... wajah nya mirip dengan seseorang yang sangaaattt aku cintai tetapi malah mengkhianatiku. Dan malah setelah bertemu dengan Calvin jantungku semakin berdegup kencang, namun aku urungkan niat untuk mencintai nya lebih dalam lagi, karena aku sudah trauma dengan percintaan bodoh ini!

Love Two Side Of The MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang