-Author POV-Sudah beberapa hari semenjak mereka (Calvin dan Jean) menjadi pasangan dan 2 hari lagi mereka akan masuk sekolah. Namun sebelum mereka masuk sekolah, Jean meminta Calvin untuk menemani nya meminta izin kepada bunda dan keluarga nya untuk tinggal bersama dengan Calvin..
.
.
.
.-Jean POV-
Aku sangat gugup saat ini. Aku dan Calvin sedang menuju ke rumah ku untuk meminta izin agar aku dibolehkan untuk tinggal di rumah Calvin. Aku ragu kalau Bunda, Ayah, dan Riksa tidak membolehkanku untuk tinggal di rumah Calvin.
"Jangan gugup sayang.. orang tua loe pasti akan nge izinin kok. Positive thinking say" ucap Calvin sambil tangannya membelai lembut kepalaku sedangkan matanya dia kedipkan salah satu untukku.
"Tap-tapi bagaimana jika mereka semua tidak setuju?" Tanyaku.
"Udahlah sayang, gue kan udah bilang buat positive thinking jadi gausah terlalu loe pikir. Kita hadepin semua resiko dan syarat dari orang tua loe" jawab Calvin sambil mengecup keningku lalu kembali fokus kepada jalan yang lumayan tidak rame.
"Hm-m baiklah Calvin" ucapku. Tidak lama kemudian kami sudah memasuki gang rumahku yang agak sempit ini. Calvin melajukan mobil nya pelan-pelan dan waktu sudah sampai di depan rumahku langsung dia parkirkan dengan rapi di pekarangan rumahku.
"Tarik napas dulu say, biar loe nggak terlalu gugup" saran Calvin. Aku pun langsung mengikuti apa yang barusan dikatakan oleh Calvin. Ternyata cara ini lumayan juga, aku sudah tidak terlalu gugup.
TING..
TONG.."Ya tunggu sebentar.." ucal seseorang dari dalam rumahku. Keringat ku meluncur dengan deras membasahi keningku. Namun segera Calvin usap dengan sapu tangannya.
"Eh kakak!" Teriak orang yang membukakan pintu, ternyata itu adalah Riksa. Dia pun langsung memelukku hangat.
"Ekhem!" Riksa pun langsung melepaskan pelukannya lalu menatap Calvin dan membuat tawa palsu.
"Eh kak Calvin, maaf nggak lihat. Ehe-he." Ucap Riksa sambil menggaruk tengkuknya yang sepertinya tidak benar-benar gatal.
"O iya, Bunda dan Ayah dimana?" Tanyaku.
"Bunda lagi di dapur. Kalau ayah lagi tidur di kamar, soalnya barusan aja pulang dari meeting" jawab Riksa. Deg- sepertinta ini bukan waktu yang tepat untuk bicara dengan Ayah dan Bunda.
"Yaudah deh kakak balik dulu ya ke rumah nya Calvin. Ada yang ketingg-"
"Jean!! Anakku sayang!!" Teriak Bunda dari kejauhan dan langsung lari memelukku.
"Bunda kangeeeennnn banget sama Jean. Kenapa Jean jarang pulang ke rumah? Atau sekedar main? Bunda tau kalau kamu ada tugas kelompok dan harus menginap di rumah temanmu selama sebulan, namun sekali-kali kamu juga pulang atau sekedar main ke rumah Jean!" Ucap Bunda panjanh lebar di telinga ku. Lirih namun pasti.
"Maafkan Jean Bunda, Jean tidak bermaksud seperti itu. Namun Jean akan lebih sering main ke rumah" ucapku... astaga aku keceplosan!!
Dengan cepat Bunda melepaskan pelukannya dan menatapku heran.
"Lebih sering main ke rumah? Bukannya kerja kelompok mu sudah selesai ya? Berarti kan Jean udah tinggal di rumah kan?" Tanya Bunda. This is awkward moment. Aku nggak tau kudu bilang apa.
"Iya Bun sudah selesai, tapi.. Jean kesini untuk meminta izin kepada Bunda, Ayah, dan Riksa" ucapku sambil menunduk.
"Meminta izin untuk apa?" Tiba-tiba ada seseorang yang bertanya, suaranya sangat berat dan aku tau ini suara siapa. Ini suara Ayah! Tidak salah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Two Side Of The Mirror
RandomCuma cerita tentang anak sekolahan yang pulang kampung dan ketemu sama kembaran mantan nya doang. Tapi tau sendiri lah pasti banyak konfliknya wkwkwkwk. ~Jean~ Aku, remaja berusia 16 tahun yang menderita social anxiety disorder. Ya, sejak hari itu a...