-Jean POV-Udah kira-kira lebih dari 2 jam kita di jalan. Padahal kita lagi buru-buru buat ngelabrak rumah Riky, tapi malah ada kecelakaan tadi, aduuuhhh. Semoga aja Riksa nggak kenapa-kenapa.
"Jean, loe santai aja. Nggak usah tegang gitu. Riksa bisa jaga diri kok, jadi loe tenang aja" ucap Calvin menenangkan ku. Tangannya juga menggenggam dan mengusap-usap lembut tanganku.
"Hmm.. iya" jawabku lesu. Walaupun perkataan Calvin itu ampuh, tapi tetap saja aku merasa khawatir kepada adik kesayanganku itu.
"Just relax dear.." ucap Calvin lalu mencium pucuk kepalaku dengan lembut. Makin lama Calvin semakin romantis saja.
Setelah kira-kira 1 jam an kita terjebak macet akhirnya kita bisa melanjutkan perjalanan menuju rumah Riky yang sebenarnya masih agak jauh sih. Ya kira-kira 30 menit an lah kita sampe rumah Riky, tapi kita nggak parkir pas di depan rumahnya Riky ntat ketauan. Jadinya kita semua parkir di taman dekat rumah Riky.
"Oke semuanya dengerin gue, kita masuk tapi jangan sampe ketauan Riky. Cari celah yang bisa buat kita masuk ke dalem." Ucap Vino.
"Oke!" Jawab kami serempak. Waktu kita mulai mendekati rumah Riky, tiba-tiba ada seorang anak yang menahan pundakku. Aku yang terkejut langsung saja teriak, namun tidak terlalu keras. Spontan saja Calvin, Vino, Bagas, Danny, Farhan langsung menengok ke arahku.
"K-kamu siapa?" Tanyaku.
"Loe sapa?! Jangan sentuh-sentuh pacar gue!" Bentak Calvin. Eh? Sejak kapan kita jadian? Sementara yang lainnya hanya melototi lelaki yang tadi menahan pundakku.
"Woy woy santai lho. Gue tadi cuma liat kalian ngendap-endap ke arah rumahnya Riky. Jadinya gue nahan pundak pacar loe. Gue nggak bermaksud apa-apain dia kok" ucal lelaki itu. Kuakui sih lelaki ini sangat tampan, bahkan mengalahkan ketampanan nya Calvin. Dan juga sepertinya umurnya tak jauh dari umurku.
"Loh? Kamu kenal Riky?" Tanyaku. Dia pun mengangguk.
"Emangnya loe sapanya Riky?" Tanya Bagas.
"Gue sodaranya dia. Nama gue Leah. Seminggu sekali gue di suruh liat keadaan dia sama ortunya. Jadinya sekarang gue mau ke rumahnya Riky. Kalian mau ikut sekalian nggak?"
"Iya aku mau ikut!!" Ucapku semangat.
"Eh tapi inget Jean, kita kesini buat nyelidikin ada adek loe nggak di dalem" ucap Bagas sedikit tegas. Aku takut, dia galak. Aku cuma membalas dengan anggukan dan mata ku sudah berkaca-kaca. Melihat aku yang sudah hampir mewek, Calvin pun melingkarkan tangannya di bahu ku dan mengusap nya sesekali.
"Emang adeknya dia kenapa?" Tanya Leah.
"Ceritanya panjang" jawab Danny.
"Gue bakal nyeritain ke loe dengan singkat. Jadi dengerinbaik-baik" ucap Vino yang sudah mulai serius. Leah pun mengangguk dan mendengarkan dengan seksama.
.
.
.
.
.
.".... jadi gitu ceritanya" ucap Vino mengakhiri cerita. Leah hanya mengangguk mengerti.
"Gimana, loe mau bantuin kita nggak? Soalnya cuma loe yang bisa dengan aman masuk kedalem rumah Riky" tawar Bagas.
"Hmm.. yaudah gue bantu kalian. Ntar kalian jaga-jaga di depan rumah Riky ya setelah gue masuk ke dalem. Abis itu ntar kalo gue udah kasih tanda kalian semua langsung masuk ke dalem rumah nya Riky" ucap Leah panjang lebar. Semua pun mengangguk mengerti.
Akhirnya pun kita semua masuk ke dalam rumah berpagar tinggi yang sangat sepi. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Aku dan Calvin menunggu di samping rumahnya. Vino dan Bagas menunggu di dekat semak-semak sementara Farhan dan Danny menunggu di dekat jendela depan rumah nya. Tanpa mengetuk pintu, Leah langsung nyelonong masuk ke dalam rumah Riky. Sepertinya Leah sudah biasa keluar masuk rumahnya Riky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Two Side Of The Mirror
De TodoCuma cerita tentang anak sekolahan yang pulang kampung dan ketemu sama kembaran mantan nya doang. Tapi tau sendiri lah pasti banyak konfliknya wkwkwkwk. ~Jean~ Aku, remaja berusia 16 tahun yang menderita social anxiety disorder. Ya, sejak hari itu a...