°ACC°•1

1.4K 166 57
                                    

Besok gue mulai sekolah di Jakarta, semoga gue bisa ketemu sama lo. Gue kangen lo...brother.

***

Langkah-langkah kecil terus bergerak menelusuri jalanan yang membawanya pada suatu tempat. Ditatapnya tempat itu penuh kerinduan.

"WOII RAA!! Lo kenapa sih? Ngelamun mulu. Perasaan niat kita lari pagi deh bukan jalan-jalan."

Zahra terkejut dengan suara keras di kupingnya. Reflex ia tutup kuping dengan kedua tangannya.

"Berisik lo, bisa..."

"Ra, Ra, bukanya itu Kak Gabriel ya?" lantas Sofia memotong ucapan Zahra.

"Hmm.." ia berdeham menghirup nafas dalam-dalam.

"Eh eh dia kesini tuh. Mungkin dia mau lari bareng lo kayak biasa."

Dalam hitungan detik langkah cepat Gabriel sudah mendekati mereka. Mendadak tubuh Zahra tegang. Namun Gabriel hanya lewat di hadapannya.

"Loh kok dia ngga nyapa lo sih
main nyelonong aja? Jangankan senyum, lirik lo aja kagak. Lo ada masalah sama dia? Apa mungkin gara-gara..."

Zahra hafal betul apa yang akan dikatakan Sofia.

"Nah itu lo tau. Udah ah gue mau lari lagi, lo ikut ngga?" ucap Zahra menutupi rasa sedihnya.

"Tapi kenapa?" disaat ini entah Sofia yang pura-pura bego atau bego beneran, padahal biasanya apapun itu yang menyangkut cinta dia selalu cepat tanggap.

Tak ada jawaban dari mulut Zahra. Terlihat ia sudah berlari jauh meninggalkan Sofia.

Gabriel Aditya Irawan, nama singkat itu telah meluluhkan hati Zahra dan berhasil menjadi cinta pertamanya. Karena kedua orang tua mereka dekat dalam bisnis, membuat Zahra cepat mengenal Gabriel. Meskipun sifatnya yang dingin dan kalem, bahkan tampang romantis mustahil terpancar dari dirinya, tapi entah apa yang ada dipikiran cewek ini, cowok kayak Gabriel itu malah jadi tipe idamannya. Aneh kan? Emang bener CINTA ITU BUTA!!

*Satu Minggu Yang Lalu

Zahra terdiam di depan cermin sambil menatap lingkar merah besar di kalendernya dan tersenyum lebar.

KRING...KRING...

Ia mengeset alarmnya pukul 5. Hari ini ia terlihat tampil cantik dengan almamater sekolah dan sepatu kulit pemberian sang kekasih. Rambutnya digerai panjang tanpa ada embel-embel yang menempel di kepalanya. Sederhana namun elegan, itulah Zahra si anak polos yang baru tahu apa itu CINTA.

"Bii...! Bibi dimana?" Zahra menuruni anak tangga dari kamarnya menuju dapur.

"Iya Non?" sahut seseorang.

"Papa sama Mama mana?"

"Loh Nyonya sama Tuan udah berangkat kerja."

"Oh gitu ya? Yaudah deh."

"Non Zahra mau sarapan?"

"Ngga nafsu." kemudian ia merogoh saku rok mininya.

Gabriel→→→
Gue tunggu lo di depan kayak biasa ya, Kak.

Sent. Tak ada balasan. Zahra langsung menunggu di gerbang rumahnya. "Udah jam tujuh nih, bisa telat gue." tiba-tiba ponselnya bergetar.

Zahra←←←
Sori. Gue duluan.

APA?!! Emosinya meledak, jarak dari rumahnya ke sekolah kalau naik angkot bisa 30 menit ditambah jalan kota Jakarta yang macetnya ngga kepalang. Terpaksa ia naik angkot daripada membolos.

***

"Sial! Gerbang sekolah udah ditutup." cowok itu menepuk jidatnya. "WOI SATPAM! Kok gerbang malah ditutup sih? Hah? Buka! Ada siswa mau belajar tuh harusnya dibukain! Gimana siswa mau pinter kalau kayak gini caranya?" teriaknya.

"Gila tuh orang." Zahra yang baru sampai geleng-geleng kepala sambil menghampiri cowok itu. "Biasa aja kali, gue juga telat. Ngga usah berlebihan, tetep aja kena hukum."

"Ehh siapa lo?"

"Lo siapa? Ngga tau malu banget, udah telat teriak lagi."

"Lo juga telat."

"Terus?" balas Zahra ketus.
Cowok itu menatap mata Zahra. Mata bertemu dengan mata.

"HEI KALIAN BERDUA! Ikut ke ruangan Ibu!" teriak seseorang dari balik gerbang.

"Mampus gue ketauan Bu Winda."

*
*
*

Gimana jadinya ulang tahun Zahra? Penasaran? Next(:
Btw, ini novel pertama saya loh... Baca sampe abis oke? Cup... Nih bibir saya maju nih ;* *rotfl*

Akhir Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang