°ACC°•10

495 101 24
                                    

Siap-siap broken heart :•'

*
*
*

Semua anak-anak kelas sepuluh dan sebelas berkumpul di lapangan dengan masing-masing membawa sebuah tas kamping. Perjalanan ini akan menjadi perjalanan yang terbilang jauh. Dan panitia sepakat untuk melakukannya pada malam hari. Apalagi coba kalau bukan untuk menghindari macet?

Zahra yang mengenakan sweater biru dan syal berwarna kuning pucat tengah berjalan mendekati anak-anak. Matanya melebar mencoba menemukan seseorang. Lalu dari kejauhan ia melihat Sofia dan Sindy. Segera ia berlari menghampiri kedua sahabatnya.

"Hai guys." sapanya.

"Ehh elo Ra."

"Heuu katanya males buat ikut kayak beginian." sindir Sofia menyiku Zahra.

"Kalau bukan kalian yang maksa, mana mau gue ikut."

"Bukan karna Alvin si pahlawan kesiangan lo?" ucap Sindy sambil menunjuk ke arah Alvin yang sedang berkumpul dengan teman sepermainannya.

"Pahlawan kesiangan? Hah sampe bulan kebelah juga ngga akan gue anggep dia kayak gitu." jawabnya melihat ke arah Alvin lalu dengan cepat memutarkan kedua bola matanya.

"Demam tinggi lo ya?" tangan Sofia meraba jidat Zahra. "Kejam banget asli. Lo pernah ngga bilang makasih ke dia?"

"Emm iya juga. Seinget gue, gue ngga pernah tuh bilang makasih ke si Alvin."

"Sama sekali?" Sindy melotot.

"Heem. Udah ah ngapain sih bahas dia? Kapan-kapan kalau gue inget, gue pasti bilang kok." tanpa rasa bersalah sedikit pun, Zahra membenarkan syalnya. Perlakuannya itu membuat Sofia dan Sindy menggelengkan kepala dan saling bertatapan heran.

***

Setelah semua pengarahan telah diberikan oleh guru pembina, semua anak-anak merapihkan tasnya di dalam bagasi dan bergegas masuk ke dalam bus. Kelas X-2 berada pada bus nomor 6. Sedangkan kelas XI-1 berada pada bus nomor 5.

Sofia dan Sindy cepat-cepat mengambil bangku di tengah bus yang cukup untuk dua orang. Bukan karena mereka tak ingin duduk dengan Zahra, tapi karena ada something yang sudah mereka rencanakan dari kemarin.

"Ra kita duduk berdua ya." sahut Sindy setengah sibuk dengan make-upnya.

"Hah? Terus gue dimana?"

"Di belakang kita aja apa susahnya sih."

"Ishh.." Zahra mendengus kesal. Terpaksa ia duduk di kursi itu sendirian. Sedikit risih karena di belakangnya ada Adi dan Riko.

"Sendirian aja nih?" tiba-tiba Alvin datang dan duduk di samping Zahra.

"Tau tuh sahabat gue."

Mendengar ucapan Zahra, Sofia dan Sindy cengengesan ngga jelas. Kemudian mereka berdua menoleh ke belakang membuat sebuah isyarat. Dan TOS! TOS! Telapak tangan mereka bertepuk di udara dengan telapak tangan Alvin.

"Berhasil." seru ketiganya.

"Jadi ini semua ulah kalian?"

"Maaf Ra. Abisnya si Alvin ngancem kita mulu. Mana hampir mau disumpahin ilang di hutan lagi." Sofia berdiri menatap Alvin seperti hendak menerkam cowok itu.

"Kalian takut cuman karna cowok ini?" Zahra melirik seseorang di sebelahnya seolah mencari sesuatu yang menakutkan dari Alvin. "Awas gue mau pindah.." lanjutnya berdiri dari dan hendak pergi ke bangku lain. Matanya jelalatan sana sini mencoba menemukan bangku kosong. Tapi sayang, semua bangku sudah terisi penuh.

Akhir Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang