°ACC°•6

552 121 27
                                    

Dari kejauhan Zahra melihat Gabriel sedang duduk di pinggir danau yang luas. Biasanya kalau seperti ini Zahra selalu mengagetkan Gabriel dari belakang dan membawa vanilla coffe kesukaan Gabriel. Tapi sekarang tidak lagi.

"Lo beneran dateng?" tanya Gabriel saat cewek yang ia tunggu duduk di sampingnya.

Zahra hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Suasana hening. Hanya terdengar hembusan angin dan dentuman air danau.

"Tadi gue cuman nganterin Shila pulang." Gabriel membuka pembicaraan.

"Gue juga tau kak."

"Iya makannya gue bilang kayak gitu. Takutnya lo malah salah paham."

"Waktu itu juga kakak salah paham."

"Kapan?"

"Waktu gue mau ke Giggle Box, gue ketemu Alvin. Terus dia ngajak buat kesana bareng. Yaudah daripada gue jalan sendiri, mending terima ajakannya."

"Dan disana kalian pelukan."

"Reflex, namanya juga takut. Lagian kasih kejutan yang bikin jantungan.

"Emang rumah dia dimana?"

"Depan rumah gue."

"Hah?" ia tersentak kaget.

"Kenapa?"

"Hm? Engga...ngga apa-apa." segera Gabriel menjawab pertanyaan Zahra dan meyakinkannya. Untungnya Zahra dapat percaya.

"Oh ya, kita kan udah ngga ada hubungan apa-apa. Ngapain Kak Iel ngajak gue ketemu?"

"Lucu ya? Kita udah putus tapi gue masih ngerasa lo itu pacar gue. Malah setiap orang nanya gue putus apa ngga, gue malah ngga tau harus jawab apa. Gue cuman mentingin diri gue sendiri tanpa tau perasaan lo, Ra. Hubungan kita tersebar di sekolah itu hal yang wajar. Dan gue baru nyadar sekarang." Gabriel membalikkan tubuhnya saling berhadapan dengan Zahra. "Gue mau hubungan kita balik lagi kayak dulu." lirihnya.

Zahra yang tadinya menatap Gabriel kini menunduk memalingkan wajah. "Tap-tapii."

"Jujur ya, Ra. Awalnya gue benci banget setiap lo ada di deket gue. Lebih mirip penguntit tau ngga? Tapi sekarang gue sadar. Tanpa lo hidup gue kembali jadi hitam putih lagi. Gue sih berharap jawaban lo 'iya'."

"Iya deh."

"Apaan tuh?"

"Iya gue mau balikan lagi." jawabnya tersenyum.

***

Alvin sibuk mengutak-atik ponselnya di gerbang sekolah. Baru saja ia akan memencet tombol sent, ia melihat sebuah motor ninja hijau yang lewat di hadapannya.

"Yah Vin, lo dicuekin tuh. Benerkan kata gue, mereka itu pasti balikan lagi." adu Riko membenarkan ucapannya saat di kantin.

"Aishh..." decak Alvin kesal dan meninggalkan Riko menuju parkiran.

"Lah main pergi aja lo."

Sementara di tempat parkir, ia melihat Zahra turun dari motor dan mengeluh karena tidak bisa membuka helm yang dipakainya.

"Sini gue bukain." Alvin dengan sigap membukakan helm tanpa persetujuan dari pemiliknya itu.

Zahra tidak mengelak. Tapi perlakuan Alvin membuat Gabriel turun dari motornya dan mendorong Alvin jauh-jauh. Beruntung tidak ada anak lain yang melihat kejadian ini.

"Masih pagi kali kak." ketus Alvin dan kembali mendekati Gabriel seolah tak puas dengan dorongan yang ia terima. Tangannya bertepuk di depan wajah Gabriel. "Nyali lo ciut! Berani dorong gue disaat sepi kayak gini. Wahh...gimana jadinya kalau anak-anak tau seorang ketua OSIS yang mereka bangga-banggakan ngelakuin itu? Gimana tanggapan kedua orang tua lo? Apa mereka bakalan ngelakuin hal yang sama kayak yang mereka lakuin ke adik lo?"

Akhir Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang