Setelah melalui jalanan yang macetnya tak terkendali, akhirnya mereka berdua sampai di apartemen.
Saat itu Zahra melihat ponsel Sofia yang sudah rusak di tanah dan mengambilnya. Apa lagi ini? Handphone Sofia ada disini. Tapi dimana dia? Batinnya dan menanggah melihat ke atap apartemen. Ahh pasti Sofia masih ada di atap. Tanpa menunggu lama ia berlari menuju lantai 22 menggunakan tangga darurat karena kebetulan lift apartemen itu sedang diperbaiki.
"Hah.." dengan nafas yang tak teratur, Zahra berhembus lega saat dilihatnya Sofia duduk bersandar dengan tangan yang menutupi kedua telinganya. "Sofia..." ia menghampiri Sofia lalu memeluk tubuh dinginnya dengan erat. Seketika itu juga tangis Sofia pecah.
Alvin yang menyaksikan itu menahan haru, ternyata dibalik kepanikan Zahra adalah karena sahabatnya.
"Gue benci diri gue sendiri." ucapnya tak bisa menahan sakit di dalam hatinya.
"Tenang Sof. Gue ada disini. Lo bakalan baik-baik aja."
"Gue takut, Ra. Waktu gue berdiri disana. Waktu gue ngejatuhin handphone gue, ternyata jatuhnya ngga secepet yang gue kira. Apa seharusnya gue bunuh diri?"
"Engga! Keputusan lo buat ngga bunuh diri itu udah tepat Sof. Dengerin gue, lo itu Sofia! Sahabat gue yang paling kuat. Kalau lo bunuh diri, gimana sama cerita yang udah lo buat tentang persahabatan kita? Bukannya lo pingin semua orang baca cerita itu? Lo harus nyelesain semuanya! Sama kayak lo nyelesain masalah ini! Gue mohon Sof, lo jangan ngelakuin hal aneh-aneh lagi."
"Yaudah Ra kita bawa Sofia ke apartemennya. Udara disini makin dingin." ajak Alvin. Kemudian ia bersama Zahra membawa Sofia turun dari atap ke apartemennya di lantai 10.
***
"Jadi kalian satu sekolah?"
"Iya." Shila mengangguk. "Gabriel ketua OSIS di sekolah, dan saya wakil ketua OSISnya."
"Kalian ini memang benar-benar berjodoh." lantas mamah Gabriel membuat kesimpulan.
"Mah... Gabriel kan udah punya Zahra. Ngapain sih mamah bahas soal jodoh segala?" tangkas Gabriel.
"Lagian kamu sama Zahra ngga serius kan?"
"Bener kata mamah kamu. Pertemuan kita ini sebenernya akan membahas perjodohan kalian. Ya mungkin bukan sekarang. Tapi nanti kalau kalian berdua udah lulus dari universitas kedokteran." jelas papahnya tanpa basa-basi.
"APA? Gabriel ngga mau! Asal papah sama mamah tau, aku sama Zahra serius! Kita ngga main-main!" dengan lantang ia berdiri meninggalkan semuanya keluar restoran tanpa berpamitan.
"Gabriel!!"
"Sudahlah. Mungkin berita perjodohan ini terlalu cepat untuknya." bela papah Shila.
"Emm pah, om, tante, saya permisi dulu." kemudian Shila berpamitan dan mengejar Gabriel.
***
Zahra terlihat sedang menenangkan Sofia dengan susu coklat hangat di tangannya. Tiba-tiba pintu apartemen terbuka.
"Ada apa ini?" seseorang dengan perasaan heran mengambil langkahnya mendekati Sofia.
"Tadi Sofia hampir mau bunuh diri tante." Zahra yang melihat Sofia terus membisu pun angkat bicara.
"Bunuh diri? Hah...siapa yang mengajarkan itu? Tindakan mu sangat bodoh!"
"Terus kenapa mah? Apa semua tindakan yang aku lakuin terlihat bodoh di mata mamah? Apa aku harus nurutin semua keinginan mamah? Dengan begitu aku akan menjadi orang yang terhormat dan bahagia di atas kesuksesan aku? Mamah salah! Itu semua malah membuat aku menderita mah! Mamah sadar ngga sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Cerita Cinta
Teen FictionIni dia! Pangeran kegelapan dan sang pahlawan kesiangan. Siapakah diantara mereka yang akan mendapatkan hati sang putri? Akankah mereka bisa berjuang melawan masalah dan masalalu yang terus menghantui dan mengelilingi seluruh ruang otaknya? Gabriel...