°ACC°•9

495 102 17
                                    

Jangan lupa pegang idungnya ^o^ Happy reading !!

*

Hari ujian akhir semester telah tiba. Zahra baru saja turun dari bus bersama Alvin. Lalu ia melihat Sofia dan Sindy. Kali ini wajah Sofia terlihat cerah.

"Wah apa ini? Sang pendekar kini senyumnya kembali lagi." ceplos Alvin lebay menghampiri mereka berdua.

"Iya Sof, lo udah baikan?" tanya Zahra.

"Tenang aja Ra, sahabat kita ini kan kuat. Kalau ngga kuat bukan Sofia namanya." Sindy merangkul pundak Sofia.

"Nyokap lo bilang apa?"

"Emm dia bilang gue boleh ambil bidang sastra kalau gue udah lulus universitas hukum. Tapi yaudahlah gue turutin aja. Lagian Kak Sadam udah pulang ke rumah kok."

"Oh ya? Gimana keadaannya? Masih inget gue ngga?"

"Kesenengan banget lo Sin. Dia udah mulai komunikasi sama gue. Tadi malem dia cerita banyak selama dia di rumah sakit. Tapi kalau sama nyokap sih dia ngga mau ngomong. Taulah kalian gimana kejadiannya." jelas Sofia.

"Gue kagak tau tuh." sela Alvin tiba-tiba. "Ceritain dong, please? Ya? Ya?" bibirnya dimajukan ke depan, wajahnya memelas.

"Males ah. Masuk ke kelas yok? Ujian bentar lagi mulai."

"Gue deg-degan banget tau ngga? Soalnya bakalan susah ngga ya?"

Ketiganya saling rangkul menjauh dari Alvin yang bertambah kesal karena ditinggal sendiri di gerbang sekolah.

***

Bel bertanda ujian pun dimulai. Wajah-wajah kusut dengan lingkar hitam di bawah kelopak mata terlihat jelas di wajah-wajah anak SMA ini. Satu hari...dua hari...tiga sampai enam hari mereka lalui ujian dengan penuh kebencian. Soal yang keluar tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Yaiyalah emang ini sekolah nenek moyang mereka apa? Padahal guru sudah memberikan kisi-kisi. Apa coba kisi-kisi? Bocoran soal ujian yang lebih dikemas menjadi tema dari setiap soal kan? Iya kan? Emang dasar pemalasan.

"Ahh soal matematika tadi bikin gue frustasi." Adi mendengus kesal dan menghentakkan kakinya di lantai.

"Itu mah emang dasarnya elo ngga pernah ngapalin." tegur Riko yang sibuk memasukkan kertas-kertas bekas contekan ke dalam tasnya.

"Kata siapa? Gue ngapalin kali!!"

"Ngapalin apa lo?" Alvin ikut menyahut.

"Perkalian satu sampe sepuluh."

Mendengar jawaban Adi yang tarik, anak-anak kelas X-2 tertawa sekeras-kerasnya.

"Yaeeelah itu mah pelajaran anak tk ADI!! Lo bego atau gimana sih?"

"Yang penting usaha, man! Kagak kayak lo Roko! Nyontek bisanya!!" Adi sengaja mengeraskan suaranya.

"Nama gue Riko dodol!" tangkas Riko menjitak kepala Adi.

Alvin hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku kedua sahabatnya.

"Vin, lo anak baru tapi udah gabung sama anak-anak tengil itu." sindir Sofia dengan tawa sinisnya.

"Siapa yang lo bilang tengil?" tanya Alvin menyipitkan kedua matanya.

"Siapa lagi?" mata Sofia melirik ke arah Adi dan Riko.

"Terus? Yang mau gabung sama mereka siapa? Elo apa gue? Hmm apa mungkin lo suka sama mereka berdua?" SKAK! Ucapan Alvin tak bisa membuat Sofia berkata-kata.

"NAJIS!!"

"Udahlah Sof. Ngga usah diladenin. Pulang yuk guys? Gue belum siap-siap buat kamping nih. Gue harus pikirin baju apa yang pantes gue pake disana. Belum lagi make up gue. Gimana kalau ngga cocok sama udara di puncak?" ucap Sindy santai.

Akhir Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang