°ACC°•14

294 21 5
                                    

Balik lagi sama saya:*
Yaudah langsung aja ya@

***

Zahra yang terlihat masih bingung langsung menatap seluruh isi ruangan ini. Sejenak pikirannya menyambar kemana-mana.

"Wahh gimana Alvin bisa tinggal di rumah ini ya? Dapet uang dari mana dia?" ucapnya menggerutu pada dirinya sendiri.

Setelah cukup mengagumi isi ruangan ini, tatapan Zahra terhenti pada satu titik. Ia berdiri dan mulai berjalan menuju sebuah meja. Tidak, tidak. Bukan meja, tapi lembaran foto dua sosok cowok yang terlihat rapih di dalam sebuah bingkai. Zahra mulai penasaran. Dan tiba-tiba...

"Aaaaa..." teriaknya kencang begitu melihat dirinya saat melewati cermin. "Kok gue bisa ganti baju? Tadi kan gue pake baju..." potong Zahra saat ingatannya mulai bekerja. "ASTAGA!" pekiknya kemudian. "Alvin yang gantiin baju gue? Dasar cowok gilaaa!" Zahra sekali lagi menyilangkan tangan di dadanya.

Teriakan dan ocehan Zahra menggema hingga terdengar oleh Alvin. Sontak Alvin langsung berlari dan menuju kamarnya yang saat ini ditempati oleh Zahra. Belum sempat ia membuka pintu, Zahra sudah terlebih dahulu membuka pintu kamar dan langsung berhadapan dengan Alvin.

"Lo..." tanya Alvin ragu.

"Lo harus tanggung jawab, Vin!" cegat Zahra dengan nafas memburu.

"Tenang dulu deh, maksud lo tanggung jawab apaan?"

"Lo yang udah gantiin baju gue kan?" Zahra menampilkan mata cokelatnya yang hampir menangis.

Alvin terdiam. Sekarang ia sangat ingin tertawa. Namun ia tahan karena ingin terus melihat wajah kecewa Zahra yang menurutnya sangat lucu.

"Selama ini gue kira lo cowok baik-baik. Lo mengambil kesempatan dalam kesempitan kan? Gue ngga nyangka Vin!" dengan helaan nafas kasar, Zahra menutup wajah dengan kedua tangannya.

Sumpah, Zahra bego banget sih haha. Ucap Alvin dalam hati.

Merasa tidak tahan melihat sikap Zahra, Alvin tertawa lepas di hadapan cewek itu dan membuatnya bingung. Dengan tawa yang masih tersisa, Alvin memegang pundak Zahra.

"Gini ya Ra, selama ini gue ngga pernah mencorengkan kodrat gue sebagai cowok. Meskipun gue tau ada banyak kesempatan yang bisa gue manfaatin buat ngelakuin hal negatif terhadap lo, gue bakalan buang jauh-jauh kesempatan itu. Karna gue tau dan gue ngerti kalau setiap cewek itu sangat menjaga dirinya. Dan gue sebagai cowok yang nantinya akan membutuhkan seorang cewek untuk pendamping hidup, harus siap melaksanakan banyak tugas untuk melindungi cewek dari apapun. Termasuk hawa nafsu gue sendiri." jelas Alvin panjang lebar yang membuat Zahra mematung di tempat.

"Vin..."

"Hmm?"

"Kok gue jadi speechless gini ya?"

"Lah kok bisa?"

Zahra menggeleng kaku. "Jadi bukan lo yang gantiin baju gue?"

Alvin menggeleng mengikuti cara Zahra. Lalu ia melepaskan tangannya dari pundak Zahra. "Masa lo ngga inget? Lo sendirikan yang minta baju anget sama gue, terus lo ganti deh di kamar gue."

"Oh iya?" tanya Zahra sedikit nyengir. Saat ini ia merasa sangat malu karena telah salahm paham kepada Alvin. "Em...yaa-yaudah kalau gitu gue...gue masuk ya." ucap Zahra gugup sambil memegang kenop pintu.

Alvin mengangguk dan tersenyum lembut. "Emm Ra, bentar deh."

"Ya?"

"Lo ngga mau tau siapa cewek yang nantinya bakal jadi pendamping hidup gue?" tanya Alvin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Akhir Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang