3. Welcome Nightmare

6.2K 488 24
                                    

Kedua manik mata Rahadian yang baru saja selesai berpakaian langsung membulat saat mendapati seorang pemuda tengah duduk santai di atas sofa ruang tamu, setelah dia melangkahkan kaki keluar dari kamar tidur.

"Hei... idiot! Kenapa kamu masih saja di sini, hah? Bukankah sudah kubilang ini kamarku. Sekarang, cepat angkat kaki dari sini!" semprot Rahadian ketus sembari berjalan mendekat ke arah pemuda yang membuatnya naik darah.

"Err... maaf, tapi aku nggak tahu harus kemana." Reihan mendongakkan kepala menatap innocent wajah pemuda beraut masam yang sudah berdiri di dekatnya.

"Aneh, kamu itu nggak tahu harus kemana tapi kenapa bisa berakhir disini, hah? Hmm... jangan-jangan kamu itu adalah penyusup? Apa kamu ingin mencuri barang-barang milikku, hah? Gila... hotel semewah ini bisa kecolongan seorang pengutil masuk sampai ke dalam kamar. Ayo ngaku, kamu mau maling, kan?" Sedikit membungkukkan badan, Rahadian menyambar kerah baju pemuda yang sedang duduk di hadapannya.

"Enak saja! Aku bukan maling, ngerti!" Reihan langsung menepis kasar tangan Rahadian hingga cengkeraman pada kerah bajunya terlepas.

"Halah... mana ada maling yang mau ngaku! Atau jangan-jangan kamu itu penggemar fanatikku yang sampai bela-belain membuntuti kemari. Sudah, mengaku saja! Dasar freak!"

"Wuih... pria galak macam situ mana bisa punya penggemar? Lagian memangnya situ artis, hah? Kok tampangnya nggak ada istimewa-istimewanya. Biasa saja dan nggak menonjol. Malah abang-abang tukang bakso yang biasa lewat depan rumah banyak yang lebih cakep dari situ." Reihan mulai nyolot karena dia merasa tidak bersalah.

"Sialan, bukannya minta maaf masuk kamar orang tanpa permisi tapi malah menghina! Grrr... apa kamu nggak tahu kalau aku ini artis yang sedang naik daun, hah?" Rupanya Rahadian masih belum terima bila pemuda di depannya itu tidak mengenalinya sebagai bintang yang filmnya sedang booming di seluruh penjuru Indonesia.

"Nggak! Sorry yah levelku itu artis hollywood bukan yang lokal dan kampungan kayak situ."

"Arggghhh... Kamu!!!" Rahadian menggeram jengkel.

"Kenapa? Emosi? Nggak terima? Sini maju!" Reihan segera bangkit dari duduknya sambil kemudian mengepalkan kedua tangannya ke atas dan memasang kuda-kuda siap beradu jotos.

Rahadian menghela nafas panjang melalui mulut agar tidak terpancing emosi. Kemudian melemaskan otot jemari tangannya yang ikutan mengepal. Dia bukan takut untuk melayani tantangan pemuda tengil di hadapannya sebab dia hobby berantem sebelum jadi artis. Namun kali ini dia sadar jika tidak ada untungnya berkelahi sebab seluruh bagian tubuhnya sudah dikontrak oleh pihak sponsor, terutama bagian wajah yang memiliki nilai jual paling tinggi. Dia tidak boleh sampai babak belur atau kemungkinan terburuk cacat saat ini. Jadi daripada membahayakan aset tubuhnya yang mahal mending pemuda tampan itu menghubungi seseorang yang dia yakin sanggup membereskan mahkluk nyolot di depannya.

"Hallo... Bella... segera panggilkan security kemari! Ada penyusup di kamarku!" Rahadian mematikan ponsel dan menyimpannya dalam saku celana. Lalu dia kembali menoleh ke arah Reihan. "Mampus kamu!" desisnya sinis dengan tatapan mengintimidasi.

Glek... Reihan menelan ludah membasahi tenggorokannya yang mendadak tercekat. Nyalinya seketika menciut. Pemuda itu jadi khawatir dan sedikit panik. Kedua tangannya yang mengepal langsung mengendur seraya perlahan turun ke bawah.

"Gawat... dia beneran memanggil security. Lalu aku harus bilang apa pada mereka? Apakah masuk akal jika kubilang aku kemari disuruh si bencong? Lalu bencong siapa, yang mana, bahkan namanya saja aku nggak tahu? Sial, bagaimana kalau aku mengaku sebagai pemenang undian tapi si artis kampung itu nggak mau mengakuinya? Pihak security pasti lebih percaya perkataannya meski dia berbohong sekalipun. Argghhh... tamat deh riwayatku. Batal sudah liburan mewahku di Bali... Semoga mereka nggak membawaku ke kantor polisi dan membuat urusannya jadi panjang bertele-tele."

Superstar (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang