"Argghhh......."
Reihan belum selesai dengan uring-uringannya sedari tadi. Tepatnya sejak mengecek email masuk dari maskapai penerbangan melalui ponselnya.
Pemuda itu menggasak kasar rambutnya gelisah. Lalu memukul-mukul tanpa ampun bantal di pangkuannya. Hatinya sedang kesal setengah mati. Rasanya ingin sekali menguliti hidup-hidup si biang kerok pembuat onar.
Kok bisa sih, ada orang sebegitu menjengkelkan seperti artis kampung itu, yang dengan seenak udelnya mengganti tiket kepulangannya? Kenapa Daffa tidak bertanya dulu padanya, apa dirinya mau tinggal lebih lama bersamanya atau tidak? Kenapa dia selalu saja bertindak semena-mena seperti itu? Ah... sialan!
Sementara di sisi lain ruangan, Daffa membuka pintu kamar mandi penuh semangat. Suasana hatinya sesegar pancuran air shower yang baru saja mengguyur tubuh kekarnya. Dengan hanya melilitkan handuk hotel pada pinggangnya, pemuda tampan itu melenggang dengan santai ke arah lemari pakaian di seberang ranjang sambil bersenandung riang, seolah mengejek yang hatinya sedang panas membara.
"La... la... la... la..."
"Grrrr...."
Reihan menggeram jengkel berulang kali seraya melayangkan tatapan membunuh ke arah Daffa yang berdiri membelakanginya di depan lemari pakaian. Lantunan nada yang keluar dari mulut artis kampung itu terdengar sumbang dan sangat mengusik telinganya. Reihan makin emosi jiwa. Dia benar-benar merasa dilecehkan secara mental sekarang.
"Dasar artis kampung kurang ajar! Bisa-bisanya dia terlihat gembira sekali di atas penderitaan orang lain!"
Daffa sadar betul jika dirinya tengah diintai oleh seekor hewan buas dari atas ranjang yang tertangkap dari sudut matanya. Dia terkekeh geli sembari tangannya menyahut selembar sempak dari dalam lemari lalu menyampirkan di bahunya. Dengan santai, dia melepas lilitan handuk pada pinggangnya hendak memakai celana dalam yang baru saja diambilnya. Tapi tentu saja bukan Daffa namanya kalau tidak usil. Dia selalu tergoda untuk mengerjai Reihan. Pemuda tampan itu sengaja tidak segera menyarungkan sempak yang dipegangnya, malahan membiarkan kedua belah pantatnya terbuka tanpa tertutup sehelai kain pun sekarang.
Kontan, kedua mata Reihan langsung membulat, tatapan tajam setajam siletnya pun luruh seketika saat di hadapannya tiba-tiba tersuguhkan pemandangan yang tidak senonoh. Dua bongkah pantat yang dengan sengaja digoyang-goyangkan pelan pemiliknya. Reihan menelan ludah kebingungan sampai tak sadar dagunya jatuh kebawah, membuat mulutnya menganga lebar. Entah kenapa timbul perasaan aneh dalam dirinya saat melihat bokong Daffa yang padat dan putih mulus itu.
Segera, Reihan arahkan jemarinya ke bawah, untuk mengecek keadaan adik kecilnya dari balik celana kolornya. Oh... aman, Reihan tidak sedang horny sekarang. Adik kecilnya tidak terusik, masih tertidur pulas. Berarti dia masih normal, masih bernafsu pada pantat wanita yang lebih semok dan sintal dibanding milik artis kampung itu. Lalu perasaan aneh apa ini yang sedang menggelayutinya sekarang?
Reihan memang tidak sedang terangsang tapi mendadak timbul hasrat menggebu untuk segera turun dari ranjang dan meremas pantat pria di hadapannya. Astaga, apa-apaan ini? Kenapa keinginan laknat itu bisa sampai terlintas di benaknya? Bahkan parahnya lagi, kedua mata Reihan sampai tidak berkedip, seakan terhipnotis oleh pemandangan erotis di hadapannya.
"Hati-hati... matamu nanti bisa melompat lho, kalau keasyikan mengamati bokongku terus..." tegur Daffa tiba-tiba tanpa menoleh.
Oh sialan! Lagi-lagi Reihan mengumpat dalam hati. Dia merasa malu bukan main tertangkap basah sedang memindai pantat milik Daffa. Dia segera membuang pandangannya ke sembarang arah untuk menutupi kecanggungan yang mendadak melingkupinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Superstar (BXB)
Teen Fiction"Grand Prize for 3 Luckiest Winner: Having One Night Romantic Dinner with The Rising Star Rahardian Permana in 5 Star Luxurious Hotel at Bvlgari Bali." "Sial... ini pasti sebuah kesalahan! Hal ini nggak mungkin terjadi padaku! Masa seorang pria bisa...