"Argghhh... siapa sih yang pagi-pagi gini datang bertamu...?"
Reihan menggerutu jengkel sambil mengucek kedua matanya. Dia masih sangat mengantuk tapi terpaksa memutus tidurnya sebab terusik bunyi bel kamar yang sangat mengganggu.
Semalam Reihan susah tidur karena berbagai macam perasaan aneh yang menyergapnya tanpa ampun. Mulai dari rasa gugup sialan akibat Daffa yang suka menggodanya, lalu rasa canggung sebab tidak terbiasa berbagi ranjang dengan orang lain, sampai merasa parno sendiri gegara takut diisengin si artis kampung saat dia terlelap. Reihan sedikit trauma, mulutnya pernah dizalimi waktu tak sadarkan diri tempo hari. Jadinya pemuda itu baru bisa melepas rohnya saat tengah malam menjelang subuh, di saat dia benar-benar yakin pria yang berbaring di sebelahnya sudah terlelap terlebih dulu.
Reihan menarik tubuhnya malas hingga terduduk di atas ranjang. Kedua matanya mengerjap-ngerjap sambil menoleh ke samping dan mendapati setengah ranjang di sebelahnya kosong. Daffa sudah menghilang entah kemana. Dengan setengah hati, Reihan menggeser tubuhnya ke pinggir ranjang, kemudian menjejakkan kakinya ogah ke atas lantai. Dia masih tidak rela seseorang mengusik tidurnya.
"Iyaaaa... tunggu sebentar!!!" teriak Reihan dongkol setelah susah payah berjalan sempoyongan keluar dari kamar tidur. Nyawanya baru balik setengah namun indera pendengarannya sangat terganggu oleh bisingnya bunyi bel kamar yang tak kunjung berhenti.
"Apaan sih, hah? Pagi-pagi sudah ting-tong ting-tong nggak jelas! Berisik tau!" Reihan langsung memaki dengan muka masam setelah menarik badan pintu ke dalam dan mendapati seorang pelayan hotel tengah berdiri di baliknya.
"Selamat pagi, Mas Reihan," sapa pria yang berpakaian seragam hotel itu seramah mungkin. Dia sadar jika sudah membangunkan hewan buas di pagi hari. "Saya hanya ingin membawakan breakfast yang tadi dipesan oleh Mas Daffa untuk kamar ini. Maaf, kalau sampai mengganggu istirahat Anda."
"Aahh... kamu lagi!" cibir Reihan saat mengenali wajah pemuda di hadapannya, seorang bellboy kepercayaan Daffa yang selama ini selalu mengantar makanan saat dia meninggalkan Reihan sendirian di kamar. "Kenapa nggak siangan dikit mengantarnya sih, Mas...? Aku ini masih ngantuk!" lanjutnya menggerutu.
"Maaf... maaf, Mas Reihan, saya hanya menjalankan instruksi dari Mas Daffa saja. Tadi, dia berpesan langsung pada saya harus mengantar sarapan secepat mungkin ke kamarnya karena Mas sedang sakit, kan? Nggak boleh sampai terlambat makan. Seperti itu katanya, Mas, hehehe..."
"Huh, dasar artis lebay! Memangnya aku kelihatan masih sakit, apa?"
"Yah... mana saya tahu kalau ternyata Mas sudah baikan sekarang." Pelayan itu menjawab sambil tersenyum simpul. Pemuda di hadapannya memang terlihat sudah sehat bahkan barusan sudah bisa marah-marah.
"Ah, sudahlah... ngomong-ngomong di mana si artis busuk itu sekarang?"
"Hmm... sebelum menjawab pertanyaan Mas itu, boleh saya masuk dulu? Saya mau menaruh makanan yang saya bawa ke dalam."
"Tchh..." decak Reihan sambil menarik badan pintu lebih dalam agar memberikan cukup celah untuk pelayan hotel itu masuk. "Ayo, cepat masuk!"
Dan seperti biasa, Reihan kembali dibuat geleng-geleng kepala oleh pesanan Daffa saat menyaksikan pelayan hotel itu mendorong masuk sebuah troli kecil susun dua yang penuh dengan beragam makanan ke dalam ruangan.
"Sial, mungkin artis kampung itu baru puas kalau aku beneran mati kekenyangan!"
"Mas Daffa dan Miss Bella sudah pergi menuju bandara bersama para pihak sponsor dan kru yang lain. Katanya sih, akan ada syuting acara pelepasan para pemenang undian di sana," celetuk bellboy itu setelah selesai menata breakfast mewah yang dibawanya ke atas meja di ruang tamu. Lalu dia menoleh ke arah Reihan yang tengah mengawasi gerak-geriknya sedari tadi. "Lho, Mas Reihan sendiri kenapa nggak ikutan ke bandara? Kok malah ditinggal sendirian di sini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Superstar (BXB)
Teen Fiction"Grand Prize for 3 Luckiest Winner: Having One Night Romantic Dinner with The Rising Star Rahardian Permana in 5 Star Luxurious Hotel at Bvlgari Bali." "Sial... ini pasti sebuah kesalahan! Hal ini nggak mungkin terjadi padaku! Masa seorang pria bisa...