17: Nightmare or Sweet Dream?

3.3K 276 47
                                    

"Hmmppthh... hahaha..." tawa Reihan meledak saat mengekor Daffa keluar dari area parkir mobil.

"Kenapa kamu tertawa, Rei?" kening Daffa mengernyit bingung sambil menghentikan langkah sejenak. Lalu menoleh ke arah pemuda yang tampak cengengesan sendiri dengan kepala menggeleng heran, tengah memandangi deretan bangunan mirip kedai beratap rendah berhias kepulan asap pekat di sekitarnya.

"Yang benar saja, Daff! Jadi kamu membawaku jauh-jauh ehm... " Reihan melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Hampir satu jam lho, perjalanan kita dari hotel ke sini hanya untuk sekadar makan sate? Astaga, kenapa nggak nyari warung sate yang dekat-dekat dengan hotel saja sih, Daff? Padahal kupikir kamu mau mengajakku fancy dinner di mana gitu..."

"Kenapa, Rei? Kecewa? Kamu nggak level makan di warung pinggiran, iya?" balas Daffa sedikit sewot.

"Bukan, bukan itu maksudku, Daff!" sanggah Reihan cepat disertai lambaian kecil telapak tangannya. "Aku nggak keberatan kok, makan di warung bahkan seringnya malah yang lebih parah dari ini bangunannya. Perutku nggak se-sensitif itu, yang terkena makanan kotor sedikit saja sudah langsung mencret-mencret, hehe..." Reihan buru-buru menjelaskan sebelum Daffa salah sangka, dirinya bukan cowok matre. Lalu bergegas merapat ke arah pemuda yang tampak keren dengan setelan blazer coklat muda dan celana bahan berwarna senada.

"Hanya saja..." Reihan menggaruk-garuk tengkuknya sembari memindai penampilan pemuda di hadapannya, dari ujung rambut klimis Daffa yang tertata rapi hingga ke ujung sepatu pantovel Gucci-nya yang kinclong. "Selain buang-buang waktu di perjalanan, coba sekarang lihat dirimu, Daff! Aku rasa kamu nggak perlu berpenampilan se-wah ini kalau hanya untuk sekadar makan di sebuah warung sate penuh asap kayak gini. Hmm... hati-hati nanti baju mahalmu jadi bau sangit lho. Belum lagi kalau ternyata di dalam nggak ada AC... Wah, bisa mandi keringat kamu pakai baju berlapis-lapis seperti itu, Daff, hahaha..." Reihan sudah tidak tahan untuk tidak meledek pemuda yang dianggapnya saltum alias salah kostum.

Daffa sedikit mengangkat dagu sambil berdecih, "tch... jangan lupa kamu sedang makan malam dengan siapa, Rei! Kamu masih ingat kan, kejadian siang tadi di pantai? Aku ini public figure yang sangat terkenal, Rei! Jadi sudah sewajarnya dong, aku menjaga penampilanku di mana saja. Fansku itu banyak dan tersebar di mana-mana. Got it?" imbuhnya tidak mau kalah dengan senyum angkuh andalannya. Setelah itu berjalan pongah meninggalkan Reihan yang langsung memasang tampang jijik dan muak.

"Dih... baru artis skala nasional saja, gayanya sudah selangit. Apalagi kalau skala internasional, bisa-bisa kemana-mana pakai mantel bulu macan sambil naik helikopter, deh. Dasar artis kampung norak dan nggak bermutu! Sudah mukanya biasa-biasa saja, sombong pula. Heran, kok bisa sih banyak yang nge-fans sama dia?"

"Woiii.... tuan Reihan Adiguna! Kenapa kamu kok malah jadi bengong di situ, hah? Ayo, buruan masuk! Aku nggak mau kalau sampai harus menggendongmu lagi karena pingsan kelaparan!" teriak Daffa dari kejauhan, segera menyadarkan Reihan yang sedari tadi malah sibuk sendiri mengutuki kesombongan sang superstar.

"Iya... iya, Daff. Tunggu, aku segera ke sana!" balas Reihan seraya langsung memacu cepat langkah kakinya, menghampiri Daffa yang sudah berdiri di pintu masuk salah satu kedai yang berjejer di situ.

"ME... NE... GA..." Reihan mencoba melafal huruf yang tercetak pada banner besar di bagian atas bangunan yang baru saja Daffa masuki.

"Malam... Mas Rahadian," sapa seorang pelayan wanita ramah, menyambut kedatangan pemuda yang terlihat tidak asing baginya.

"Daff, kenapa jualannya seafood semua? Kok bukan sate ayam atau kambing, sih?" sela Reihan berbisik seraya mengamati keadaan di sekitarnya.

"Malam, Mbak," balas Daffa sopan, tidak menghiraukan pertanyaan Reihan barusan. "Seperti biasa yah orderanku, Mbak. Untuk lauk yang lain coba tanya saja sama temanku ini. Biar dia pilih sendiri mau makan apa."

Superstar (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang