16. I Think I Start to Like You

3.3K 285 56
                                    

"Halo..." Daffa membuka percakapan melalui aplikasi Line Call yang masuk pada ponsel Reihan.

"Kemana saja kamu, Rei?" tanya seorang wanita di seberang telfon tajam. "Kak Lina bilang kamu akan segera menghubungiku sendiri setelah dia memberitahu kamu nggak jadi pulang hari ini. Tapi mana buktinya? Sudah tiga jam aku menunggu dan kamu tetap nggak ngasih kabar kalau bukan aku yang menelfon duluan. Kenapa kamu jadi setega ini padaku sih, Rei?"

"Ehem... ehem..." Daffa berdeham memulai permainan. "Ini Dhea, yah?" ujarnya menerka pura-pura tidak tahu.

"Reihan!!! Jangan bercanda!!!" sentak Dhea jengkel.

"Oh, maaf, maaf, aku bukan Reihan."

"Siapapun kamu, cepat berikan telfonnya pada Reihan!" jerit gadis itu tak sabaran.

"Hmm... apa kamu yakin nggak mau berbicara denganku? Awas menyesal lho nanti," tanya Daffa penuh penekanan yang kontan membuat lawan bicaranya bungkam sejenak.

Di seberang, Dhea mengerutkan kening memutar otak. Suara pria yang sedang berbicara dengannya saat ini terdengar sangat familiar. Telinganya kerap kali mendengar suara berat nan sexy itu, tapi dia tidak ingat pastinya di mana.

"Asal kamu tahu, nona cantik, seorang pemuda dekil barusan dengan susah payah menerobos para bodyguard yang mengawalku hanya untuk menyerahkan ponselnya padaku. Dia bilang ingin memberi kejutan kekasihnya sebagai permintaan maaf darinya. Dia bukannya sengaja mau mengabaikanmu tapi memang dari pihak panitia melarang penggunaan ponsel selama acara berlangsung. Lalu, apa kamu masih tetap marah setelah mengetahui usaha kerasnya untuk membuatmu senang itu?" ulas Daffa berbohong dengan senyum licik menghiasi bibirnya, lantas menatap Reihan yang langsung membalas dengan jempol terangkat.

"Astaga... aku nggak menyangka Reihan sampai senekat itu demi menyenangkanku," lirih Dhea pelan berbicara pada dirinya sendiri, lalu terdiam dalam sesal. Gadis itu jadi merasa bersalah sudah emosi terlebih dulu sebelum mengetahui dengan jelas duduk perkaranya.

.....

"Halo.... halo? Apa kamu masih di sana, cantik?" panggil Daffa memecah keheningan. "Gimana? Kalau kamu masih tetap mau mengomeli kekasihmu itu, ok, akan kuserahkan ponsel ini pada pemiliknya sekarang juga."

"Jangan... jangan, tunggu dulu!" potong Dhea cepat. "Aku sudah nggak marah lagi padanya kok. Uhmm... kalau boleh tahu, kamu siapa? Suaramu terdengar nggak asing tapi aku sama sekali nggak punya clue dengan siapa aku bicara sekarang ini."

"Coba nyalakan kameramu, sayang," pinta Daffa lembut yang membuat pemuda di sebelahnya langsung meninju pelan pangkal bahunya dengan mata melotot ganas. Reihan tentu tidak terima kekasihnya dipanggil sayang oleh pria lain, terlebih di depan matanya pula.

"Kyaaaa..." Dhea berteriak histeris setelah menyalakan kamera ponselnya, lalu setelahnya layar mendadak jadi gelap.

"Lho, kenapa kameranya langsung dimatikan, cantik?" tanya Daffa bingung.

"Jangan pakai vidcall Kak, aku malu. Aku baru saja pulang dari kampus dan belum sempat mandi. Rambutku lepek dan wajahku kotor terkena debu seharian. Aku nggak pede, Kak."

"Lho, kenapa kamu nggak pede, sayang? Tadi sekilas kamu terlihat ok kok, nggak ada yang salah dengan penampilanmu. Dhea itu cantiknya alami bukan polesan. Pantas saja kalau Reihan sampai tergila-gila sama kamu," puji Daffa yang berbuah sikutan pada pinggangnya disertai tatapan membunuh dari pemuda di sebelahnya.

"Ya ampun, Kak Rahadian ini bisa aja, hihihi..." balas Dhea malu-malu kucing. Entah mimpi apa semalam dirinya bisa sampai digombali secara live oleh aktor pujaannya.

Superstar (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang