15. Give Up

3.3K 282 48
                                    

"Permisi Mas ganteng, boleh kenalan nggak?"

Reihan mengernyitkan dahi sambil mendongak ke atas dan mendapati seorang pemuda tampan yang terlihat keren dengan kacamata hitamnya tengah mengulurkan tangan padanya. "Sialan, aku kira siapa!"

"Hehehe... kamu sedang apa, Rei?" tanya Daffa cengengesan sambil membungkukkan badan.

"Apa kamu nggak punya mata? Jelas-jelas aku sedang main pasir pakai nanya segala!"

"Huihh... jutek amat sih kamu, Rei," seloroh Daffa sembari ikut jongkok di sebelah Reihan. "Kamu mau buat castle dari pasir, yah?"

Reihan langsung terkekeh geli. Bagaimana tidak, dia hanya iseng mengeruk pasir membuat lubang tapi pemuda di sampingnya mengira akan mendirikan sebuah istana. "Thanks yah pujiannya, Daff, meski aku tahu kamu sedang menyindirku."

"Siapa bilang aku menyindirmu, Rei? Jangan selalu berpikiran negatif padaku. Bagiku lubang tikus yang kamu buat itu sudah menyerupai istana cinderella, bahkan jauh lebih indah, hehehe..."

"Sialan, mana ada lubang tikus sebesar ini, Daff?" Reihan protes tidak terima lalu menoleh ke arah Daffa. "Ehmm... anyway kamu kok masih di sini? Kamu nggak ganti baju dulu, Daff? Masa mau surfing pakai baju lengkap gitu?"

"Engg... kelihatannya aku nggak jadi surfing, Rei."

"Lho, kenapa?" Reihan menelengkan kepala sedikit heran. Rencananya untuk diam-diam mengambil foto topless Daffa setelah surfing nanti terancam gagal.

"Hmm... aku putuskan untuk menemanimu saja. Aku takut kamu bosan kalau sendirian."

"Hah? Memang kalau ada kamu di sini ada bedanya gitu? Yang ada, aku malah semakin bosan karena sering kamu kerjain. Sudahlah, sana pergi berselancar bareng Aryo! Kasihan, dia datang kemari juga demi kamu, Daff. Rencana kalian kan sudah disusun dari jauh hari, masa tiba-tiba kamu batal ikut begitu saja. Kalau jadi Aryo, aku sih pasti bakal kecewa, Daff."

"Yah mending aku mengecewakannya daripada harus meninggalkanmu sendirian, Rei. Lagian Aryo kemari juga nggak sendiri. Masih banyak kawannya yang akan menemani surfing. Sementara kamu? Siapa coba yang akan menemanimu selain aku?"

"Ah, terserah kamu deh, Daff!" ujar Reihan kehabisan kata-kata, lalu memalingkan muka malu-malu. Hatinya menghangat seketika karena perkataan Daffa itu memang benar adanya. "Aku malas berdebat denganmu. Aku rasa kamu lebih tahu apa yang terbaik buat Aryo. Dia kan teman baikmu daripada nanti aku salah komentar lagi seperti tadi."

"Nah gitu donk, Rei. Sekali-sekali itu nurut sama pacar sendiri. Jangan ngeyel melulu kerjaannya."

"Pacar-pacar... kamu mau sepatuku ini pindah ke mulutmu, Daff?" protes Reihan galak sembari langsung menyambar satu sisi sneaker adidasnya yang sudah dia copot sejak main air tadi di sebelahnya.

"Kapan sih kamu itu bisa lebih jinak sedikit, Rei?" tanya Daffa sambil menghalau tangan Reihan yang membawa sepatunya sampai ke depan dadanya. "Kenapa kamu itu bawaannya marah-marah terus kayak cewek lagi datang bulan saja?"

"Sialan! Itu semua salahmu sendiri yang selalu membuatku jengkel, bego! Coba kalau kamu ngomong itu disaring dulu, pasti aku juga nggak perlu mengomel sia-sia."

"Tapi nggak papa deh, semakin kamu judes gitu makin menggemaskan kok, Rei, hehehe..." goda Daffa sambil menggoyang pelan hidung Reihan.

"Apaan sih, Daff! Dasar kelainan!" Reihan mendecak sebal sambil menepis tangan Daffa dari hidungnya. "Ngomong-ngomong, badan Aryo ternyata bagus juga yah, Daff," sambungnya mulai cari gara-gara.

"Badanku juga bagus kok, Rei," balas Daffa tidak mau kalah seraya menaikkan dagunya sedikit sombong.

"Dih... pede amat!" cibir Reihan sambil memasang muka jijik.

Superstar (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang