Part 20

11.6K 444 4
                                    

"Via?"

Via terkejut saat Keisa mengetahui perbuatannya. Tapi dia dengan cantik menutupi raut wajahnya dengan senyum miringnya.

"Kenapa loe nglakuin ini?"

"Loe bisa tebak sendiri." Jawabnya santai sambil melipat kedua tangannya didada.

Keisa menatap Via tidak percaya. Dia kira Via akan berhenti mengganggunya. Ternyata salah besar, Via masih suka mengganggunya.

Memang sejak pertama kali mereka bertemu saat awal mereka masuk SMA, Via dan Keisa sudah mengibarkan bendera peperangan. Tapi Keisa bersifat acuh, tidak peduli apa yang dilakukan Via. Walaupun Via selalu mengganggunya membuatnya terkadang risih. Sejak kelas sebelas, Via sudah tidak mengganggunya. Keisa tidak tahu alasannya. Tapi dia senang jika Via tidak mengganggunya.

Dan sekarang mereka berada dikelas dua belas, Via memulai mengganggu Keisa lagi. Keisa memejamkan matanya sambil menghela nafasnya. Dia menatap Via tajam, tapi yang ditatap hanya mengangkat alisnya dengan senyum miring.

"Loe gak bosen ganggu gue?"

Via menaikkan alisnya, "Apa terlihat kalau gue bosen ganggu loe? Gak kan?"

Keisa membuang nafasnya dengan kasar. Sudah cukup diganggu dengan Via. Ini adalah yang terakhir. Tidak ada pengganggu lagi.

"Jadi selama ini loe yang ganggu gue? Coret-coret meja gue? Rendam buku gue didalam air? Semua itu ulah loe?"

"Right, pinter banget sih loe Keisa." Jawabnya mengusap rambut Keisa yang langsung ditepis kasar Keisa.

"Wow, loe berani banget. Loe gak tahu kalau gue bersifat baik? Dan dengan mudahnya loe nyingkirin tangan gue dengan kasar?"

"Loe bilang baik? Baik? Cih," Ucapnya menatap wajah Via tajam. "Gak ada sekalipun sifat loe yang baik gue bilang. Semua sifat loe buruk. Loe pernah berbuat baik? Gak akan? Mungkin dipikiran loe gak ada kamus bertuliskan 'baik'. Apa saya betul?" Keisa tersenyum miring sambil mengangkat satu alisnya.

Dia menatap Via dengan tajam. Raka yang melihat Via dan Keisa hanya diam. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Hey ini masalah perempuan, jadi harus ada yang melerainya, ucapnya dalam hati. Raka menoleh ke arah Aulia yang tersenyum. Tersenyum? Aulia tersenyum disaat sahabatnya lagi bertengkar? Apa dia gila? Tanyanya dalam hati.

"Gue normal asal loe tahu," Raka membelalakkan matanya tidak percaya.
"Loe bisa baca pikiran gue?" Aulia menatap Raka dengan wajah datar.

"Gue gak bisa baca, tapi loe natap gue kayak loe emang bilang gue gila." Jawabnya.

Raka menatap Aulia tidak percaya. Sama aja gak ada bedanya, gumamnya dalam hati. Keisa dan Via menoleh di pintu yang dekat dengan mereka. Mereka semua termasuk Raka dan Aulia menatap Adelia dengan tanda tanya. Apalagi Raka yang mengernyit dengan penuh tanya. Apa hubungan Adelia dengan mereka? Tanyanya dalam hati.

"Ngapain loe disini?"

Adelia menatap Keisa tidak suka. Dia mengalihkan arah pandangnya ke arah Raka. Dia tersenyum manis tapi Raka hanya menatapnya datar.

"Kak apa aku harus bantu kak Via? Aku udah gak suka sama perempuan didepan kak Via itu. Dia perempuan yang merebut kak Raka dariku."

Keisa menaikkan alisnya, "Loe bilang apa bocah? Gue yang merebut Raka? Loe gak salah ngomong? Loe bisa cari jawabannya kepada orangnya, tanya siapa yang dia pilih dan siapa yang merebut."

"Loe mau bantu? Sini," Via melambaikan tangannya kearah Adelia agar mendekat ke arahnya. "Loe bilang mau bantu gue?" Adelia mengangguk.

"Bawa Raka pergi dan perempuan disebelahnya itu dari kelas ini. Gue ada urusan dengan perempuan ini." Ucapnya menatap Keisa dengan senyum miringnya.

Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang