Mereka mencoba permainan dan wahana yang disediakan difestival itu. Hingga waktu berlalu dengan cepat. Raka dan Keisa kembali kemobil dengan tangan mereka membawa makanan atau hadian dari permainan yang mereka mainkan tadi.
Keisa duduk dengan nyaman dengan Raka yang disebelahnya. Dia melihat pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 6pm. Apa gue harus pulang sekarang? Tapi gue masih pengen jalan-jalan sama Raka. Ah gue bisa telepon Mamah, ucapnya dalam hati.
Keisa langsung mencari nama Mamahnya dihandphonenya. Setelah mendapatkannya Keisa langsung bilang kalau dia tidak bisa ikut makan malam bersama.
"Makasih Mah." Jawabnya langsung memutuskan kontak telepon. Dia di ijinkan oleh Mamahnya makan diluar bersama Raka.
"Loe baru saja telepon Mamah loe?" Keisa hanya mengangguk.
"Gue tahu tempat makan yang enak gak jauh dari jalan ini," Ucap Keisa. Raka langsung tersenyum melajukan mobilnya kearah cafe yang tidak terlalu besar. Hanya cafe biasa yang didesain klasik.
"Sepertinya loe tahu cafe yang bagus,"
"Loe tanya diorang yang tepat." Jawabnya penuh percaya diri.
Mereka memasuki cafe itu dengan denting yang terdengar saat membuka pintu. Raka dan Keisa mencari tempat duduk yang bersebalahan dengan kaca luar. Setelah mereka duduk, salah satu pelayan cafe menghampiri mereka menunjukkan menu yang tersedia. Setelah itu pelayan meninggalkan mereka berdua. Menunggu pesanan mereka datang.
"Raka," Raka menoleh menatap Keisa.
"Loe tadi beli apa? Kasih tahu gue."
Raka mendecakkan lidahnya. "Loe gak sabaran banget sih Kei,"
"Bodo amat." Ujarnya sambil mencibir ke arah Raka.
"Loe gak tahu gue beli apa?"
"Kalo gue tahu, ngapain gue tanya loe bego." Ketus Keisa.
Setelah argumen kecil, akhirnya pesanan mereka datang. Keisa dengan senang menerima strobery milk shake yang dipesannya. Setelah itu meminumnya sedikit. Raka yang melihat itu hanya tersenyum kecil. Melihat tingkah Keisa yang berbeda dari biasanya.
"Loe suka strobery?" Keisa hanya bergumam tanpa mengalihkan pandangannya.
Dia mulai memakan makanannya yang sudah tersaji. Masih mengabaikan Raka yang melihatnya makan. Keisa melirik Raka dari ekor matanya yang melihatnya dengan senyum cerahnya. Dia menunduk mengalihkan rona merah yang tiba-tiba muncul dipipinya.
"Loe laper apa doyan sih Kei?"
Keisa mendecih. "Gue laper."
Raka mengusap rambut Keisa. Dia tersenyum ke arah Keisa. Mengakat dagunya agar bertatap muka dengannya. Raka mengarahkan ibu jarinya disudut bibir Keisa yang terkena saus dari makanannya.
Seperti angin yang tiba-tiba berhembus. Keisa merasa tubuhnya tiba-tiba terdiam sesaat setelah tangan Raka dengan beraninya menyentuh bibirnya. Walaupun itu hanya sudut bibir. Raka tersenyum melepaskan ibu jarinya dari sudut bibir Keisa. Dia tahu kalau Keisa sekarang sudah menjadi merah.
Wajah Keisa sudah memerah. Dia ingin marah tapi tidak bisa. Seperti marah itu tertahan oleh sesuatu yang tidak bisa keluar. Keisa langsung menundukkan kepalanya. Dia terlalu malu dan emosi yang dicampur menjadi satu. Raka tersenyum, dia mengangkat dagu Keisa lagi.
"Maaf, tadi ada saus." Keisa hanya mengangguk. Dia mengambil strobery milk shake dan meminumnya.
"Loe marah?" Keisa menggeleng.
"Kalo gak marah pasti loe jawab gue."
"Gue gak marah, serius deh." Ucapnya menatap Raka.
Keisa menatap Raka serius. Memang tadi dia emosi, tapi setelah itu emosinya tiba-tiba reda. "Kalo gitu loe senyum,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl
Teen Fiction[[TAHAP REVISI]] Menurut kalian menjadi bad girl itu bagus gak? Menurut kalian kalo cewek jadi bad girl gimana? Menurut kalian kalo cewek bad girl punya cowok gimana? Menurut kalian cewek bad girl punya saudara overprotektif gimana? Menurut kalian c...