Destiny or Bad luck?

5.6K 413 25
                                    

TRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIG.

Sophia membuka matanya secara paksa, melirik penuh dendam ke asal suara jahanam yang terus berdering tak karuan di mejanya. Dan demi para dewa, ia baru tidur jam setengah tiga pagi!

Ya. Beberapa jam 'insiden' kemarin, ayah Riko yang mendengar kabar tersebut dari berita langsung ke TKP dan memarahi -ralat, hampir membunuh seluruh anggota tim Seirin, untunglah sang pelatih baik baik saja dan hanya mengalami shock sementara (Ia bahkan masih bisa meninju ayahnya saat itu).

Kurang lebih setengah jam (walaupun terasa berjam - jam bagi para anggota) barulah 'penyiksaan' itu selesai, menyisakan anggota tim yang mungkin nyawanya hanya tersisa setengah di dalam tubuh.

Sophia sendiri menghabiskan waktunya untuk menunggu dan mencoba menelpon Green atau anggota timnya yang lain.

Ya, setelah kabar mengejutkan dari Miss Goldeber tentang pembobolan itu, ia berusaha untuk menghubungi Green untuk konfirmasi, namun sayangnya si narasumber sama sekali tidak mengangkat teleponnya.

Percobaan kedua adalah sang Captain, dan ia juga belum mendapatkan informasi yang cukup lantaran sang Captain tengah rapat. Tentu saja ia tak bisa memecah konsentrasi sang Captain dengan mengatakan hal itu, bukan?

(Walaupun ia sebenarnya 90% yakin bahwa sang Captain juga sudah tau akan hal tersebut sih...)

Ice dan Fire? Tolong jangan ingatkan ia soal Fire. Ketika semalam ia menghubunginya, hal yang didengarnya hanyalah rangkaian pertanyaan bak rel kereta api disertai suara isakan dan tangisan yang lebih mirip suara gergaji mesin.

Kalau saja ia tak ingat bahwa Handphone yang dipegangnya berisi data data dan kontak orang orang penting, ia akan dengan senang hati membanting benda tipis itu untuk sekedar melampiaskan rasa frustasinya sejenak.

Tak menyerah, ia mencoba mengecek server asli dari laptopnya. Namun sayangnya, Server itu tengah di perbaiki, membuat siapapun tak dapat mengaksesnya. Itu membuatnya gelisah dan akhirnya tak bisa tidur sampai subuh tadi.

Akhirnya setelah 5 menit ditemani suara Alarm jahanam tersebut, Sophia dengan setengah niat mengulurkan tangannya dan mematikan benda laknat yang diperkirakan akan masuk ke tempat sampah dalam waktu dekat tersebut.

"Jam setengah lima pagi... sialan. Bunuh saja aku sekarang." Lanturnya sambil mengucek matanya lelah, mencoba mengumpulkan nyawa yang rasanya masih terbang di nirwana untuk sekedar bangun dari kasur yang ditidurinya sekarang.

Perlahan ia turun, melangkahkan kakinya dengan gontai ke kamar mandi dan disertai dengan umpatan umpatan yang sepertinya tak perlu disebutkan.

Sumpah, kalau hari ini ia tak harus mengurusi urusan administrasi di sekolahnya, ia akan dengan senang hati tidur kembali di kasurnya sekarang...

~CNS~

Skip Time~

Pukul 06.00.

Segalanya sudah siap bagi sang Masayoshi. Ia pun mengambil secarik kertas dan menulisnya di tudung saji, menandai bahwa makanan yang ada didalamnya milik sang sepupu dan langsung melesat ke sekolah setelahnya.

Perjalanan Sophia ditemani dengan headset dan mp3 kesayangannya. Handphonenya sudah ia matikan dan di sematkan di tas selempang miliknya. Sayang baterai.

Setelah kurang lebih 15 menit, ia akhirnya sampai ke SMA Seirin. Sekolah masih cukup sepi mengingat ini masih jam enam seperempat.

Code Name : Sea! [SLOW-UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang