Case 2 : Beginning (Part 2)

2.1K 123 12
                                    

Tiga hari terlewati semenjak seleksi awal Winter Cup.

Seleksi perlahan tapi pasti menjadi semakin ketat. Sekolah yang belum tersingkir terus berlatih dan memoles kemampuan mereka demi masuk ke dalam kejuaraan musim dingin itu.

Seirin dan Shuutoku tentu saja bukan pengecualian. Malah kedua tim yang sempat berhadapan di interhigh itu nampak jauh lebih kuat dari sebelum-sebelumnya.

(Karena sumpah, beberapa anggota merasa mereka hampir mati berdiri ketika melihat porsi latihan yang disodorkan pelatih masing-masing, dan untungnya tuhan berkehendak membiarkan mereka masih bernyawa sampai detik ini.)

Semua kerja keras itu tentu demi menjamin nama sekolah mereka tercatat sebagai peserta sekaligus memenuhi perjanjian tak tertulis untuk kembali berhadapan. Apalagi Shuutoku nampaknya ingin membalas kekalahan mereka pada Seirin di pertandingan lalu.

Sayangnya, bersamaan dengan dengan itu, kasus kriminal baru menghantam negeri matahari terbit. Dua pemuda hilang dan ancaman berbentuk teka teki mampir, membuat kepolisian cukup uring-uringan sampai menyeret dua remaja asal Tokyo sebagai agen lapangan.

Dan Takao Mizutani yang harus mengambil peran  hanya bisa menyumpah dalam hati.

Meskipun ia menjalani pekerjaan yang terlihat lebih berat, tapi bagi dirinya belum pernah melaksanakan tugas sambil menjalani kehidupan normal, hal itu ternyata lebih merepotkan secara mengejutkan.

"Mizutani-senpai!"

Pemuda yang dimaksud tersentak, reflek menahan bola jingga yang nyaris menghantam wajahnya telak, meski harus mengeryit nyeri menahan sakit ketika jarinya berderak cukup keras.

"Mizutani-senpai! Apa kau tidak apa-apa?!" Si pelempar segera menghampirinya dengan wajah khawatir, kemudian menunduk sembilan puluh derajat didepannya.

"Summimasen!"

Takao tertua itu mengibaskan tangannya santai, "Tidak apa-apa kok. Itu bukan salahmu."

"Tapi-"

"Kubilang tidak apa. Kembali kelapangan, aku akan istirahat dulu."

"Ha-ha'i! Sekali lagi, aku minta maaf!" Sang kouhai yang tidak Mizutani ingat namanya itu menunduk sekali lagi, lalu kembali ke posisinya.

"Keras kepala sekali..." Gerutunya sembari mendudukan diri di bench.

Selembar handuk ia mendadak terulur di depan wajahnya, membuat pemuda berkacamata itu mendongak untuk melihat siapa pemberinya.

"Terima kasih, Ootsubo-san." Ia menerimanya dengan senang hati, satu anggukan diberikan sebagai respon.

"Boleh aku duduk disini?"

"Tentu saja."

Mizutani tak begitu ambil pusing dengan kehadiran sang kapten. Karena meski matanya tetap terfokus ke depan, pikirannya masih melayang-layang.

Dan Ootsubo tak bisa berpura pura tidak tahu.

"Apa kau baik-baik saja, Mizutani?"

Tepukan di bahu dari sang kapten membuat pemilik nama kembali sadar. Dengan cepat ia menolehkan kepala, sedikit memberi tatapan protes.

"Huh? Aku? Tentu baik-baik saja, kapten. Itu bukan masalah be-"

"Bukan itu maksudku."

Mizutani terdiam.

"Beberapa hari ini kau terlihat tidak fokus. Apa ada sesuatu yang menganggumu?"

Hening menyeruak sebentar, membuat sang penanya semakin curiga. Namun tak lama, si pemuda tiba-tiba tertawa keras, mengundang pandangan beberapa adik tingkat yang cukup berani menoleh kearah mereka.

Code Name : Sea! [SLOW-UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang